Dunia remaja adalah dunia yang sangat kompleks dan penuh dengan gejolak. Ketika anak masih kecil, mungkin Anda tidak terlalu ambil pusing, karena mereka masih ada dalam kontrol Anda.
Namun, memasuki usia remaja, Anda akan menemukan bahwa anak Anda berbeda. Ada fenomena-fenomena baru, cara berpikir, cara bersikap, hobi, bahkan hal-hal baru yang ingin mereka lakukan. Misalnya, mereka mulai memperhatikan penampilan karena mulai melirik lawan jenis. Mereka lebih suka bersama teman-temannya daripada bersama orang tua. Dan masih banyak hal-hal lainnya.
Lalu, bagaimana caranya orang tua mengatasi hal ini?
Jatuh Cinta terhadap Lawan Jenis

Salah satu dunia remaja yang paling umum kita temukan adalah mulai adanya benih-benih cinta. Alias, mulai jatuh cinta. Beberapa orang tua sangat khawatir ketika anak mereka mulai menyukai teman sekelas atau sepermainan. Anak mulai sibuk dengan ponselnya. Berkirim pesan bahkan telpon-telponan hingga larut malam.
Kemudian, apa yang biasanya orang tua lakukan? Orangtua mulai membajak ponsel anak, diam-diam membaca chat mereka dan bahkan bersikap over-protective. Akhirnya, anak dan orang tua jadi bermain kucing-kucingan. Anda gelisah dan dipenuhi berbagai ketakutan. Anak pun merasa tidak nyaman dengan sikap orang tua.
Lalu bagaimana seharusnya orang tua menyikapi fenomena ini?
Sebenarnya ketika anak beranjak remaja dan mereka mulai menyukai lawan jenis, itu adalah hal yang normal. Ini adalah bukti bahwa anak-anak kita memiliki ketertarikan yang wajar. Serta bukti bahwa mereka bertumbuh menjadi orang dewasa. Namun, karena orang tua sudah telanjur khawatir, takut sekolah anak terganggu, takut anak jatuh ke dalam hubungan yang tidak sehat, mereka acapkali menjadi panik.
Berikut adalah hal-hal yang bisa orang tua lakukan :
- Ajak anak berbicara terbuka. Ketika anak jujur, terima perasaan-perasaan mereka
- Jangan larang anak jatuh cinta. Itu adalah sebuah perasaan yang normal, yang tidak bisa dihindari. Yang bisa orang tua lakukan adalah menjelaskan manfaat dan efek buruk berpacaran di usia muda
- Jelaskan batasan-batasan dalam sebuah hubungan pria dan wanita
- Ajarkan dan beri tahu alasan mengapa anak lebih baik berteman daripada berpacaran. Misalnya, jelaskan tujuan pacaran serta resikonya terhadap studi mereka. Didik mereka untuk mengerti bahwa pacaran diperuntukkan untuk orang dewasa yang sudah matang, mandiri, dan siap untuk menikah
- Ajak anak untuk terbuka mengenai hubungan tersebut, misalnya, pergi kemana, dengan siapa, dan kegiatan apa yang dilakukan
- Beri pemahaman dan didik anak tentang pasangan hidup yang sesuai dengan firman Tuhan.
Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu dan mendatangkan sukacita kepadamu – Amsal 29:17
Tidak perlu panik ketika ciri dari dunia remaja yang satu ini timbul. Jadikan fase ini sebagai kesempatan bagi orang tua untuk mulai mendidik anak dan memberi pengetahuan mengenai hubungan antar lawan jenis.
Jangan biarkan anak mendapat informasi yang keliru dan salah dari teman-temannya atau pihak lain yang tidak bertanggungjawab.
Bermalam di Rumah Teman

Suatu kali, saya teringat akan masa remaja saya. Bermain bersama teman terasa sangat menyenangkan dan mengasyikkan. Bahkan jika mungkin, saya tidak ingin pulang ke rumah. Saya ingin menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman sepermainan selama mungkin.
Diam-diam, saya berharap, kami bisa tinggal serumah dan menghabiskan waktu sepanjang hari bersama. Menghabiskan waktu dengan bercerita, bersenda bergurau, dan jalan-jalan, tentu sangat menyenangkan.
Meskipun beda generasi, fenomena tersebut juga masih terjadi sampai sekarang. Mereka juga mengalami hal-hal yang serupa. Contohnya, tiba-tiba anak saya bisa mulai minta izin untuk bermalam di rumah teman sekolahnya atau teman baiknya.
Beberapa keluarga atau orang tua mungkin memberikan izin kepada anak untuk bermalam di rumah teman yang dikenalnya. Beberapa lagi, tidak membiarkan anak menginap dimanapun, kecuali di rumah.
Bagaimana menyikapi permasalahan yang satu ini?
Berikut beberapa tips untuk orang tua :
- Ketika anak meminta izin untuk menginap di rumah teman, pastikan Anda mengenal teman tersebut dan juga keluarganya dengan baik. Pastikan mereka memiliki nilai-nilai yang sesuai dengan firman Tuhan. Mengapa hal ini penting?
Janganlah kamu sesat; Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. – 1 Korintus 15:33
Alkitab mengajarkan bahwa kebiasaan yang baik dapat dirusak oleh pergaulan yang buruk. Demikian juga dengan anak remaja Anda. Meskipun Anda menanamkan nilai-nilai yang baik sejak dini, tetapi jika pergaulan mereka buruk, mereka bisa terpengaruh akan hal-hal yang buruk. Lambat laun, kebiasaan baik yang sudah diajarkan akan terlupakan, bahkan tergantikan dengan kebiasaan buruk. Misalnya, merokok, minum-minuman keras, kecanduan obat terlarang, dan pergaulan bebas.
Membiarkan anak bermalam di rumah teman yang Anda tidak kenal, sangat berisiko. Terlebih jika Anda memiliki anak perempuan. Anda harus lebih banyak memberi arahan, nasihat, serta lebih protektif. Jangan sampai anak mendapat perlakukan buruk, seperti pelecehan seksual. Atau mereka diajak menonton film porno, pergi ke diskotik, atau melakukan hubungan seksual.
2. Anda membuat batasan atau aturan yang disetujui oleh anak. Contohnya, mereka diizinkan menginap di rumah teman yang anak dan orang tuanya Anda kenal baik. Serta keluarganya juga mempraktekkan nilai-nilai yang sesuai Firman Tuhan.
3. Kadang kala, anak tidak tinggal diam. Mereka bisa saja melakukan trik dengan alasan sudah kemalaman, tak ada yang mengantar, tidak ada kendaraan lagi, dan lain-lain. Jika memungkinkan, jemput anak. Jika tidak memungkinkan dan pilihan terbaik adalah menginap di rumah temannya, pastikan mereka aman dan tidak melakukan hal-hal buruk.
Anda bisa video call untuk memastikan mereka tidak keluar di malam hari. Ingatkan mereka untuk tidak melakukan hal-hal yang negatif, serta tetap melindungi dirinya. Keesokan harinya, tanyakan apa yang mereka lakukan semalam di rumah temannya. Ingatkan juga, lain kali mereka tidak boleh menginap dan harus pulang ke rumah.
Menjelajahi Dunia Remaja dengan Berpetualang

Suatu ketika anak lelaki saya yang sudah memasuki usia remaja bercerita tentang bagaimana temannya mulai mengendarai motor sendiri. Saya merasa galau. Terbesit dalam pikiran saya, “Mungkinkah saya ikhlas melepaskannya untuk berkendara di jalanan yang penuh bahaya?”
Namun, yang saya khawatirkan terjadi juga. Anak saya mulai mengendarai motor sendiri. Saya sangat khawatir, sehingga saya banyak berdoa untuk perlindungan Tuhan ketika ia berkendara. Melarangnya juga bukan pilihan yang baik. Mau sampai kapan dia terus diantar? Toh, suatu hari, mereka juga harus bisa mandiri. Tidak bisa terus bergantung kepada orang tua.
Selain berkendara, biasanya remaja juga akan mulai menginginkan kebebasan menjelajahi dunia remaja mereka. Beberapa mulai suka traveling bersama teman-temannya, tanpa dampingan orang tua. Remaja putri mungkin mulai suka berpesta dan nongkrong cantik.
Sedangkan, anak laki-laki biasanya mulai tertarik untuk kebut-kebutan atau melakukan kegiatan yang memacu adrenalin. Mereka menyukai tantangan dan pencapaian. Contohnya, anak saya laki-laki saya. Ketika ia beranjak remaja, ia mulai minta izin untuk mendaki dan berkemah di gunung.
Lalu, bagaimana sikap kita sebagai orang tua menyikapi hal-hal ini?
- Anda bisa menemani anak Anda menjelajah hal-hal baru yang ingin dia coba. Misalnya, berkemah atau camping bersama keluarga.
- Jika orang tua tidak mungkin menemani, Anda bisa mengutarakan ide kepada PIC (person in charge) komunitas rohani anak Anda untuk mengadakan kegiatan tersebut. Jadi, anak-anak yang suka berpetualang dapat pergi bersama, tetapi tetap di bawah pengawasan mentor-mentor yang dapat dipercaya.
- Jika anak tertarik dengan aktivitas yang terlalu berbahaya, seperti terjun payung, bungee jumping, dan lain lain, arahkan mereka untuk beralih kepada aktivitas lain yang resikonya lebih rendah.
Dunia remaja sangat kompleks dan penuh gejolak. Masih banyak lagi fenomena lainnya yang Anda akan hadapi seiring mereka beranjak dewasa. Ini adalah hal yang normal terjadi. Namun demikian, Anda jangan putus asa. Rajinlah mencari nasihat dan masukan dari orang tua lain yang juga memiliki anak remaja dan dewasa.
Belajarlah dari mereka. Belajar dari kesalahan dan keberhasilan mereka dalam mendidik anak. Sebuah peribahasa dari Afrika berkata, “It takes a village to raise a child.” Artinya, butuh orang sekampung untuk membesarkan seorang anak. Butuh kerja keras dan kerja sama dari banyak orang.
Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-riang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana! – Mazmur 144:12
Pada akhirnya, sebagai orang tua, tentu kita ingin anak-anak remaja kita kelak menjadi orang yang berhasil dan berguna dalam hidupnya. Namun, lebih dari semua itu, ada hal yang jauh lebih penting, yaitu agar mereka bisa menjadi pribadi yang takut akan Tuhan. Jadi, apapun fenomena dan gejolak dalam dunia remaja, didik mereka berdasarkan kebenaran firman Tuhan.
Good luck!
Referensi : https://en.wikipedia.org/wiki/It_takes_a_village
–
Related Articles:
- Tegar Hadapi Broken Home bagi Remaja Kristen dengan 3 Tips Berikut
- Terbuka dan Dekat dengan Anak yang Beranjak Remaja
- Metode Bijak Mengajar Anak Remaja agar Takut akan Tuhan
- Kasih Sayang Orang Tua: Mengutamakan Hati, Bukan Penampilan
- Kiat Jalani Tantangan Orang Tua Tunggal
–
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Oct 6

