Written by 10:21 am Devotionals, Biblical Talk, Character, Family, Heart & Feeling, Lifestyle, Parenting, Relationship, Self Development, Spiritual Life

Parents, Hindari 4 Kekeliruan ini Ketika Berbicara dengan Anak!

kekeliruan - gereja gkdi - cover

Dalam mendidik anak, kita sebagai orangtua sering membuat kekeliruan. Utamanya dalam hal perkataan. Padahal, setiap kata yang kita ucapkan ada kuasanya; kata-kata dapat membangun dan menyembuhkan, juga merusak dan menyakiti. Perkataan kita berpengaruh sepenuhnya kepada anak, baik secara mental, emosional, dan spiritual.

Dalam artikel ini kita akan membahas empat kekeliruan umum yang sering diucapkan ayah dan ibu kepada anak-anaknya. Sedikit disclaimer, artikel ini bukan untuk menuduh Anda sebagai orangtua. Sebaliknya, artikel ini dimaksudkan untuk membantu Anda untuk berefleksi, dan bertumbuh dalam parenting Anda.

Kekeliruan 1: “Papa/Mama Sayang Kamu Kalau…”

kekeliruan - gereja gkdi - 1

Sering diucapkan terutama ketika menyangkut pelajaran dan sekolah. Misalnya, “Kalau kamu nilainya bagus, papa sayang sama kamu.” Atau di luar akademis, “Kalau kamu manis-manis ngomongnya, mama sayang sama kamu.”

Mungkin kita tidak pernah mengucapkan kata-kata ini secara harfiah. Akan tetapi, jika kita hanya mengasihi ketika anak berperilaku baik atau perform, tanpa disadari kita mengirim pesan bahwa kasih itu ada syaratnya. Akan jadi masalah kelak ketika mereka dewasa; mereka bisa menuntut diri mereka untuk perform supaya mendapat kasih sayang.

Namun, Roma 5:8 mengingatkan kita bahwa “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Sebagaimana Allah mengasihi kita tanpa syarat, kita pun perlu mengasihi tanpa syarat juga. Tentu kita mendidik anak untuk berperilaku baik dan berprestasi, namun itu untuk kebaikan mereka sendiri, bukan demi memenangkan kasih kita.

Kekeliruan 2: “Kamu selalu…” atau “Kamu Nggak Pernah…”

Menggunakan istilah absolut seperti “selalu” atau “tidak pernah” seringkali tidak akurat, dan bisa membuat anak merasa tidak dihargai. Anak akan menganggap bahwa orangtua selalu mau dimengerti, tapi tak mau mengerti dirinya.

Sebagai gantinya, cobalah untuk mengkomunikasikan masalah sesuai dengan kejadiannya. Alih-alih menggunakan “selalu” atau “tidak pernah”, cobalah tanyakan alasannya. Biarkan anak menjelaskan apa yang terjadi. Beri teguran, tapi hanya sesuai kesalahan yang ia perbuat.

Kolose 4:6 menasehati kita, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Demikianlah kita berbicara kepada anak. Bukan dengan teguran absolut, tetapi sesuai dengan kejadian yang ada.

Kekeliruan 3: “Adikmu/Kakakmu Bisa X Lho, Kok Kamu Engga?”

Perbandingan ini merusak dan dapat menciptakan rasa iri, persaingan, dan perasaan tidak layak dalam hati anak. Ini karena kita abai akan kekhasan anak, dan malah membandingkan dirinya dengan orang lain.

Roma 12:6 berkata, “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.” Kita memiliki karunia yang berbeda sesuai dengan anugerah yang diberikan kepada kita. Kita harus mendorong anak-anak kita untuk memahami dan menghargai keunikan mereka, bukan membandingkannya dengan orang lain.

Kekeliruan 4: “Ini Bukan Urusan Anak Kecil.”

Perkataan ini terkesan meremehkan pengetahuan atau perasaan anak. Sebagai gantinya, kita harus menghargai perspektif mereka dan berusaha memahami, mengapa mereka berpikir seperti itu. Bukankah baik jika anak memiliki keingintahuan yang besar, sehingga mereka terus belajar dan berkembang sepanjang hidup?

Kolose 3:21 berkata, “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”  Ini berarti mendengarkan, memahami, dan mengarahkan mereka dengan bijaksana dan kasih sayang. Jika anak bertanya tentang hal-hal di luar pengetahuannya, jelaskan dan arahkan agar anak dapat mengerti.

Orangtua, Mari Bicara dalam Kasih

kekeliruan - gereja gkdi - 2

Dalam merespons kekeliruan ini, penting bagi orangtua untuk mengingat bahwa kita semua berbuat salah dan butuh belas kasih. Yakobus 3:2 mengatakan, “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.” 

Melalui doa, kesabaran, dan kasih sayang, kita dapat belajar untuk berbicara dengan kebenaran dalam kasih (Efesus 4:15), membangun anak-anak kita dalam iman dan kasih yang diberikan oleh Tuhan kita, Yesus Kristus.

Related articles:

Gereja GKDI terdapat di 41 kota di Indonesia.
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:




Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp

(Visited 165 times, 1 visits today)

Last modified: Oct 9

Close