Menjadi orang yang bijaksana merupakan keinginan setiap orang beriman. Namun, kebijaksanaan tidak datang dengan sendirinya. Amsal 2:3-4 menjelaskan bahwa untuk menggapai hikmat kita perlu berseru, mencari, dan mengejar. Oleh karena itu, mari ketahui seberapa penting karakter bijaksana, serta bagaimana cara memilikinya.
Bijaksana itu Seperti Apa?
“Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” – 1 Raja-Raja 3:9
Bijaksana berarti memiliki pengertian untuk membedakan apa yang baik dan jahat, serta menerapkannya dengan tepat. Zaman sekarang, banyak hal terletak di area abu-abu. Contohnya, berbohong untuk kebaikan. Namun, adakah tertulis di Alkitab tentang bohong demi kebaikan? Tidak ada. Dosa adalah dosa.
Untuk menjadi pribadi yang bijak, kita perlu belajar dari sumber kebijaksanaan itu sendiri, yaitu Tuhan. Hari ini, kita tidak mendengar suara Tuhan secara langsung seperti pada zaman Perjanjian Lama. Namun, kita dapat mendengar suara-Nya melalui firman Tuhan. Lewat Alkitab, kita bisa mengetahui dengan jelas mana yang benar dan yang salah.
Jadi, hal-hal apa saja yang perlu kita miliki untuk menjadi seorang yang bijaksana?
Berdoa Sebelum Bertindak
Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.” – Yakobus 4:13-16
Orang yang bijaksana menyadari betapa singkatnya hidup ini, dan karena itu ia membutuhkan penyertaan dari Tuhan. Dengan berdoa, kita mengakui kekuasaan Tuhan dan bahwa hanya Dia yang memegang kendali atas segala hal. Kita mengakui bahwa tanpa-Nya kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5). Berdoa sebelum bertindak merupakan cara kita melibatkan Tuhan dalam setiap rencana yang kita buat.
Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku. – Mazmur 55:17
Sudahkah Anda melibatkan Tuhan, sumber segala hikmat, dalam setiap perencanaan Anda? Apakah Anda meminta hikmat dan petunjuk sebelum memutuskan segala sesuatu? Jika belum, mari mulai menyertakan Tuhan dalam hidup kita melalui doa.
Mencari dan Menerima Nasihat
Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak. – Amsal 24:6
Orang yang bijaksana tahu dirinya memiliki keterbatasan dan bagaimana manusia memiliki blind spot, di mana ada hal-hal yang tidak bisa ia lihat. Oleh karena itu, ia tidak segan-segan meminta pendapat orang lain. Ia tidak hanya bergantung pada pengalaman sendiri saja, sehingga tidak salah langkah.
Hal yang penting kita perhatikan adalah kepada siapa kita meminta nasihat. Jika kita mencari nasihat dari orang yang salah, alih-alih semakin bijak, kita malah jadi terpuruk, bahkan tersesat. Oleh karenanya, kita perlu memiliki komunitas yang positif, yang mampu mengarahkan kita untuk menjadi orang yang bijak dan benar di dalam Tuhan.
Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. –1 Korintus 15:33
Jika Anda ingin bergabung dengan komunitas rohani yang para anggotanya bisa saling mendukung, Anda bisa hubungi kami lewat kontak yang tertera di akhir artikel. Kami memiliki grup untuk para remaja, single (orang yang sudah bekerja dan belum menikah), pasangan menikah, serta lansia.
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. – Ibrani 10:24
Responsif, Bukan Reaktif
Dalam 1 Raja-raja 3:16-28, kita melihat hikmat Salomo saat ia menghadapi dua wanita yang sama-sama mengaku sebagai ibu dari seorang bayi.
Kata raja: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.”
Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: “Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia.” Tetapi yang lain itu berkata: “Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!”
Tetapi raja menjawab, katanya: “Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya.” – 1 Raja-raja 3:25-27
Jika Salomo orang yang reaktif, mungkin ia akan berteriak marah, jadi panik, atau bahkan mengusir para wanita itu dengan kata-kata, “Kalian urus saja masalah kalian sendiri. Saya ini raja. Saya tidak mau mengurus hal-hal sepele seperti ini.” Alih-alih bereaksi demikian, Salomo merespon masalah mereka dengan tenang. Dan, dengan hikmat Tuhan, ia mampu memecahkan masalah tersebut dengan bijaksana.
Ketika masalah datang, sikap apa yang sering kita tunjukkan? Marah? Takut? Kehilangan kesabaran? Itu adalah tanda-tanda orang yang reaktif. Kita perlu memiliki sikap responsif. Artinya, kita tidak cuek atau bodo amat, tetapi juga tidak terpancing emosi atau terpengaruh keadaan. Belajarlah dari Salomo yang tetap tenang saat menghadapi masalah. Bukan berarti kita diam saja, melainkan berpikir, mencari solusi, dan menyelesaikannya dengan bijak.
Kebijaksanaan Salomo tidak diperoleh begitu saja, tetapi karena ia memintanya dari Tuhan (1 Raja-raja 3:9). Membiarkan diri dikuasai emosi itu bertentangan dengan apa yang Tuhan inginkan. Untuk itu, kita perlu berlatih mengendalikan emosi dan tunduk terhadap kehendak-Nya. Cara kita merespon masalah akan memengaruhi orang lain di sekitar kita. Jika kita bersikap reaktif, orang lain tidak akan terinspirasi oleh kehidupan kita sebagai anak-anak Allah.
Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menjadi bijaksana. Di antaranya adalah dengan berdoa, menyertakan Tuhan dalam setiap rencana kita, meminta nasihat dari orang-orang yang bisa dipercaya, serta bersikap responsif, bukan reaktif. Jangan lupa, teruslah meminta hikmat dari-Nya, Sang Sumber Kebijaksanaan itu sendiri. Semangat!
–
Related Articles:
- Hikmat: Bagaimana Cara Mendapatkannya?
- Bijak Gunakan Media Sosial dengan 4 Tips Ini
- Strategi dalam Doa, Perlukah?
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Aug 2