Setiap orang tidak luput dari kesalahan. Berbuat salah adalah sesuatu yang manusiawi, karena tak ada seorang pun yang sempurna, tanpa cacat dan cela—kecuali, tentu saja Yesus, Tuhan kita.
Namun, bagaimana jika Anda pernah melakukan kesalahan besar? Suatu kebodohan atau kekeliruan fatal. Mungkin Anda membuat pilihan yang salah, atau mengerjakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan, dan kini harus menanggung konsekuensinya. Apakah Anda terus-menerus dihantui perasaan bersalah dan hidup dalam penyesalan tanpa akhir?
Bagaimana pandangan Tuhan mengenai kesalahan kita, dan bagaimana seharusnya kita menyikapi kesalahan?
Tuhan Tidak Memperhitungkan Kesalahan
“Berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya. – Roma 4:8
Ada sebuah peribahasa yang populer sewaktu saya duduk di bangku sekolah, yang berbunyi, “Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. Peribahasa ini bukan sekadar kiasan, melainkan fakta dalam kehidupan sehari-hari. Hidup adalah ujian. Sekali Anda berlaku tidak jujur atau curang, orang tidak akan memercayai Anda lagi.
Ketika ayah saya belum mengenal Tuhan, setiap kali memarahi saya, beliau akan mengungkit semua kesalahan yang pernah saya perbuat. Waktu itu, saya merasa sangat terpukul. Ternyata Ayah masih menyimpan semua kesalahan saya, termasuk hal-hal yang saya anggap telah lama berlalu atau selesai.
Akan tetapi, di dalam Tuhan saya merasa aman dan nyaman. Saya tahu saya takkan luput dari kesalahan, tapi Tuhan tidak memperhitungkan kesalahan saya. Tatkala saya datang meminta ampun kepada-Nya, saya yakin Tuhan tak pernah lelah mengampuni dan menghapuskan dosa saya. Dengan demikian, saya dapat memulai kembali dengan lembaran baru yang bersih.
Berbahagialah karena Tuhan kita adalah Allah yang Maha Pemurah! Dia mudah mengampuni dan tidak rewel merinci kesalahan kita. Jadi, janganlah Anda terus dihantui rasa bersalah dan penyesalan tak berujung, karena Tuhan sudah melupakan kesalahan Anda.
“… dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.” – Ibrani 10:17
Kasih Karunia-Nya Lebih Besar Daripada Kesalahan Kita
Engkau telah mengampuni kesalahan umat-Mu, telah menutupi segala dosa mereka. – Mazmur 85:2
Petrus mungkin takkan pernah melupakan kesalahan besar yang ia perbuat: menyangkal Yesus—bukan hanya sekali, tetapi tiga kali (Markus 14:72). Tentulah ia dihantui rasa bersalah, bahkan menderita karenanya. Barangkali ia merasa tidak berguna, seorang pengkhianat, yang tak berbeda jauh dengan Yudas Iskariot.
Ya, Yesus layak untuk kecewa, marah, dan mendendam padanya. Petrus tidak pantas menerima amanah kunci Kerajaan Surga dan disebut “batu karang” (Matius 16:18-19).
Namun, dugaan Petrus keliru. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menemui Petrus di pantai Tiberias (Yohanes 21:1-14) dan meneguhkan amanat-Nya agar Petrus menggembalakan domba-domba-Nya (Yohanes 21:15-19). Kita melihat bagaimana Petrus memulai perluasan Kerajaan Allah dengan gigih dan berani. Dia berkhotbah dengan penuh kuasa (Kisah Para Rasul 2:14-40), dan 3000 jiwa menjadi pengikut Kristus pada hari itu juga.
Kasih karunia Tuhan lebih besar daripada kesalahan kita. Perbuatan salah kita, sebesar apa pun itu, tidak dapat meniadakan kasih-Nya atau membatalkan janji keselamatan-Nya bagi kita. Bahkan, kesalahan kita bisa diubah menjadi kemuliaan bagi Tuhan.
Akui kesalahan Anda dan bertobatlah, maka kasih karunia-Nya akan menutupi semua kesalahan Anda.
Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. – Yesaya 1:18b
Kasih Karunia Bukan Kesempatan untuk Berdosa
Banyak orang salah mengartikan kasih karunia. Mereka mengira karena Tuhan Maha Pengasih, Maha Pengampun, dan Maha Pemurah, kita bebas berbuat dosa dan melakukan kesalahan, karena toh semuanya akan dihapus. Benarkah demikian?
Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? – Roma 6:1b-3
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. – Galatia 5:13
Kalau Anda menganggap enteng cinta Tuhan dan bermain-main dengan dosa, hati-hati: kasih karunia-Nya tidak berlaku lagi dalam hidup Anda. Allah tidak bisa dipermainkan. Dia tahu isi hati Anda. Jika Anda melakukan kesalahan yang sama terus-menerus, tanpa ada niat untuk bertobat, atau tidak berusaha berubah, itu bukan lagi kesalahan, melainkan keputusan. Dengan kata lain, Anda telah memutuskan untuk berdosa.
Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. – 1 Petrus 2:16
Kita adalah orang-orang yang merdeka, tapi bukan merdeka berbuat dosa dan kesalahan. Kita merdeka, karena kita tidak perlu takut bahwa Tuhan akan memperhitungkan semua kesalahan kita, atau mengingat-ingat dosa kita seperti yang dilakukan manusia. Mari hargai cinta-Nya sebaik mungkin, dan jangan sia-siakan keselamatan yang kita peroleh dalam darah-Nya. Tuhan memberkati!
–
Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official
Artikel terkait: Kepahitan dan Kelicikan: Dua Bahaya yang Mengintai Hati
Video inspirasi:
Last modified: Sep 2