Written by David M 4:23 am Devotionals, Bible & Character, Biblical Talk, Character, Lifestyle, Parenting, Relationship, Self Development, Spiritual Life

6 Dosa Orang Tua terhadap Anak yang Sering Tidak Disadari

dosa - gkdi

gkdi laguBukan hanya anak yang bisa melakukan dosa terhadap orang tua mereka, orang tua pun bisa berdosa terhadap anak. Dalam usaha kita memberikan pengasuhan yang baik dan sehat untuk anak-anak kita, tanpa sadar kita sering melakukan sejumlah kesalahan.

Jika dilakukan berulang kali, dosa-dosa ini dapat merusak kesehatan emosional anak, membuat mereka tidak bahagia, bahkan menghambat perkembangan potensi terbaik mereka. Istilah bagi tipe orang tua semacam ini adalah toxic parents, alias “orang tua beracun.”

Inilah dosa-dosa yang membuat orang tua menjadi “beracun” bagi anak:

Dosa 1: Menolak Bertumbuh

dosa - gkdi 1

Meski sudah banyak kursus parenting (keayahbundaan) di berbagai platform, belum ada ijazah pendidikan yang bisa menyatakan bahwa kita lulus sebagai orang tua. Namun, ini bukanlah alasan bagi kita untuk malas belajar. Seiring bertambahnya usia anak, sudah seharusnya pola asuh kita turut berkembang.

Sayang, yang kerap terjadi adalah orang tua mengeluh bahwa mengasuh anak tidak lagi semudah dulu, lantas menuduh anak susah diatur. Ketidaktahuan akan pola asuh yang benar membuat orang tua menerapkan didikan sebatas pengetahuan mereka saja. Padahal, anak mereka sudah bertumbuh, sehingga cara mengasuhnya pun harus ikut bertumbuh.

Lantas, dari mana kita bisa mendapatkan ilmu parenting? Saya pribadi belajar paling banyak dari komunitas gereja, yang kemudian saya lengkapi dengan sumber-sumber luar seperti buku. Manfaatkan kemudahan akses informasi dan keragaman platform belajar sebagi sarana untuk terus bertumbuh sebagai orang tua.

Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga. – Amsal 12:27

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. – Amsal 22:6

Dosa 2: Membandingkan Anak

dosa - gkdi 2

Setiap anak punya keunikan masing-masing. Sayang, tidak sedikit orang tua yang suka membandingkan anak dengan saudaranya atau anak orang lain. Padahal, membandingkan anak sesungguhnya secara tidak langsung mengajarkan mereka untuk berkompetisi. Tak hanya menjadikan anak kecil hati, hal ini juga bisa menumbuhkan kebencian di dalam hatinya terhadap anak yang menjadi pembanding tersebut.

Terimalah keunikan anak apa adanya. Ada anak usia empat tahun yang sudah fasih membaca; ada juga yang belum, tetapi ia pandai berhitung. Jangan memandang kelebihan dan kekurangan anak dengan hati yang menghakimi. Jika anak perlu bertumbuh dalam hal tertentu, bantulah ia dengan kasih, bukan dengan mempermalukannya atau menggunakan anak lain sebagai patokan.

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. – Efesus 4:29

Dosa 3: Mengabaikan Pendapat Anak

dosa - gkdi 3

Kesalahan lain yang dilakukan orang tua adalah menganggap pendapat mereka paling penting, sehingga anak harus mendengarkan mereka, tapi mereka tidak perlu mendengarkan anak. Mereka mengabaikan pendapat anak dengan alasan, “Itu tidak penting.”

Sekecil apa pun usia anak, orang tua harus tetap menghargainya, karena ini mengajarkan cara berkomunikasi yang baik kepada anak. Jika pendapatnya sering diabaikan, bukan tak mungkin anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri, tidak bisa mengekspresikan perasaan, atau sulit berteman dengan banyak orang.

Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. – Efesus 6:4

Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. – Yakobus 1:19 

Dosa 4: Memberi Pernyataan Negatif

dosa - gkdi 4

Banyak orang percaya bahwa perkataan orang tua adalah doa bagi anak. Benar atau tidak, yang pasti kata-kata orang tua punya pengaruh besar terhadap perkembangan mental anak. Mengapa? Karena, orang tua adalah orang terdekat yang paling dipercaya oleh anak.

Salah satu contoh dosa ini adalah mengatai anak nakal, bodoh, atau cengeng. Pernyataan negatif orang tua akan masuk ke alam bawah sadar anak, yang jika berulang-ulang disampaikan, akan membuat anak berpikir bahwa itu benar. Akibatnya, ia justru jadi bersikap seperti apa yang dikatakan oleh orang tuanya.

Anak-anak cenderung belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar. Apakah anak kita bersikap seperti apa yang kita tuduhkan? Jika ini yang terjadi, ada baiknya kita sebagai orang tua mengevaluasi diri: adakah kata-kata negatif yang sering tanpa sadar kita lontarkan kepada anak?

Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. – Kolose 3:21

Dosa 5: Melampiaskan Kemarahan pada Anak

dosa - gkdi 5

Umumnya ini terjadi ketika orang tua bertengkar, lalu anak menjadi sasaran kemarahan mereka. Saya pun tidak luput dari kesalahan yang satu ini.

Suatu ketika, saya terlibat argumen keras dengan istri. Karena kesal, saya mengungkit kesalahan anak-anak kami, lalu memarahi mereka di depan istri saya. Tujuan saya melakukan itu adalah untuk menyakiti perasaan istri, dan anak-anak kami, yang tidak tahu apa-apa, menjadi korban pelampiasan emosi saya.

Melampiaskan kemarahan kepada anak adalah tindakan berbahaya. Jangan menjadikan anak kita sebagai korban dari konflik dengan pasangan. Jika terus dilakukan, anak dapat tumbuh dengan kondisi mentalitas korban (victim mentality). 

Anak dengan victim mentality cenderung berpikiran negatif, merasa dirinya selalu menjadi korban atas kesalahan orang lain atau apa yang ia lakukan selalu salah. Dampaknya, anak selalu hidup dalam kekhawatiran, sering menyalahkan orang lain, atau menghindari tanggung jawab.

Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. – Efesus 6:4

Dosa 6: Mengasihi dengan Syarat

dosa - gkdi 6

Mungkin kita pernah mengatakan kepada anak, “Kamu harus jadi anak baik kalau ingin disayang.” Padahal, sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mengasihi anaknya dalam keadaan apa pun.

Sayangi anak yang bersikap baik, dan kasihi juga anak yang bersikap buruk, yaitu dengan cara mendidik dan memperlakukannya secara adil. Bukankah Tuhan tetap mengasihi kita yang sudah melakukan banyak kesalahan terhadap-Nya?

Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman. – 1 Timotius 5:8

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” – Matius 7:12

“Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” – Matius 19:19

Belajar menjadi orang tua adalah proses seumur hidup. Kita bisa belajar dari orang-orang yang pakar di bidang ini, juga dari komunitas yang sehat. Hindari dosa-dosa yang membuat kita menjadi “racun” bagi anak, dan jika sudah telanjur dilakukan, lekaslah kita tinggalkan. Mari berikan yang terbaik buat anak-anak kita, karena memang itulah kewajiban kita sebagai orang tua. Amin.

Related Articles:

Gereja GKDI terdapat di 41 kota di Indonesia.
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:




Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp

(Visited 5,480 times, 1 visits today)

Last modified: Jul 25

Close