Bulan ini, tema khotbah di gereja membahas tentang 1 Korintus 13. Sepanjang bulan kami membahas apa itu kasih dan bagaimana mengasihi. Saya sendiri menikmati tema ini, tetapi di sisi lain saya merasa tertegur.
Alasannya, karena saya teringat betapa saya masih jauh dari kasih yang sejati. Mengasihi bukan hanya perasaan saya, melainkan ada pada tindakan dan karakter saya.
“Pasal Kasih”

1 Korintus 13 sering disebut sebagai “Pasal Kasih” dalam Alkitab. Di sini, Paulus tidak hanya mendefinisikan apa itu kasih, tetapi juga memberikan contoh dan tindakan yang sejalan dengan kasih.
Ketika saya mendalami kembali 1 Korintus 13, hal itulah yang semakin saya sadari. Kasih bukan hanya rasa yang muncul dari hati. Kasih harus nyata dalam tindakan nyata. Tidak percaya? Kita buka saja.
Begini kata ayat 4, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”
Kalau saya mengasihi, saya harus bersabar dan bermurah hati. Di sisi lain, saya tidak boleh cemburu, tidak memegahkan diri (menganggap diri saya paling penting), dan tidak sombong. Semua berbicara tentang perbuatan, bukan perasaan.
Jadi, jika kita mengaku mencintai seseorang atau sesuatu, maka akan terlihat dalam perbuatan kita.
Mengasihi Menurut 1 Korintus 13

Ketika kita membicarakan tentang kasih, seringkali kita berfokus pada perasaan kita sendiri—perasaan senang, nyaman, atau bahagia. Akan tetapi, menurut 1 Korintus 13, bukan itu yang utama.
Yang lebih penting adalah bagaimana kita memperlakukan orang lain, bagaimana kita bereaksi dalam situasi yang sulit, dan bagaimana kita memilih untuk bertindak setiap harinya.
Jadi, berdasarkan apa yang kita pelajari, bagaimana mengasihi yang tepat?
[adrotate banner= “4”]
1. Kasih adalah Komitmen, Bukan Hanya Emosi
“Kasih itu sabar, kasih itu murah hati” (1 Korintus 13:4).
Sabar dan murah hati adalah tindakan, bukan perasaan. Ini adalah komitmen untuk melakukan kebaikan, bahkan ketika situasinya sulit.
Percaya atau tidak, keadaan sulit adalah kesempatan kita bertumbuh. Bayangkan situasi di mana Anda sulit sabar – antrian yang panjang, internet lemot, bos yang menyebalkan, atau klien yang banyak maunya. Bayangkan situasi di mana Anda bermurah hati, kepada orang yang tidak Anda sukai atau yang tidak nyambung dengan Anda.
Ketika Anda masuk dalam situasi di mana Anda tidak sabaran, itulah kesempatan Anda untuk bersabar. Waktu Anda harus murah hati kepada orang yang berbeda dengan Anda, di situlah Anda belajar mengasihi dengan tulus.
Jadi, kasih sejati dijalankan dengan komitmen. Bukan “saya mengasihi karena situasinya mudah,” tetapi “saya mengasihi karena saya memutuskan untuk mengasihi.”
[adrotate banner=”15″]
2. Kasih Melampaui Ego
“Ia (kasih) tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain” (1 Korintus 13:5).
Kasih yang sejati berarti meletakkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri, dan itu adalah suatu tindakan. Dengan kata lain: kasih tidak egois.
Harus kita akui, sebagai manusia, mudah sekali untuk egois. Menang sendiri, untung sendiri. Orang rugi kita tak peduli. Namun, kasih tidak begitu. Orang yang mengasihi pasti akan memikirkan kebutuhan orang lain.
Selain itu, mudah bagi kita untuk marah-marah, emosian, dan mendendam. Namun, kembali ini adalah perwujudan ego kita. Jika kita mengasihi, kita akan mengampuni dan lemah lembut.
3. Kasih adalah Dasar dari Semua Hal Baik
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13). Tanpa kasih, semua tindakan atau kata-kata baik akan sia-sia.
Kasih adalah fondasi dari semua yang kita lakukan yang baik dan benar.
Karena kasih tidak berkesudahan, ia harus menjadi sesuatu yang tampak menonjol dalam hidup kita. Memiliki pengetahuan, talenta, dan karunia adalah sesuatu yang baik, namun tak sempurna tanpa kasih.
Sudahkah kita menonjolkan kasih dalam hidup ini?
Hiduplah dalam Kasih
1 Korintus 13 mengajar kita untuk menjadikan kasih sebagai karakter dan perbuatan yang nyata. Seperti dikatakan Yohanes 3:18, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.“
Jadi, mari kita belajar untuk mengasihi lebih dalam, lebih tulus, dalam hidup sehari-hari. Karena pada akhirnya, kasih yang sejati adalah tindakan, bukan sekadar kata-kata atau perasaan.
–
Related articles:
- Bagaimana Cara Mengajarkan Kasih kepada Anak?
- Kasih yang Menutupi Banyak Kesalahan
- Kasih Tidak Pernah Gagal. Benarkah?
- Kasih Yesus dalam Lima Roti dan Dua Ikan, Seperti Apa Ya?
- Kapan Terakhir Anda Tunjukkan Rasa Terima Kasih kepada Istri?
–
[adrotate banner=”13″]
–
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Oct 9
