Setiap malam, saya meluangkan waktu untuk sujud berdoa kepada Tuhan. Saya tuangkan semua perasaan dan pergumulan yang dialami hari itu, entah seputar pekerjaan maupun keluarga. Berdoa memberi kelegaan tersendiri bagi saya, seolah-olah Tuhan ada di sisi saya untuk merangkul dan menghapus setiap tetes air mata saya.
Hal ini membuat saya merenungkan bagaimana Tuhan bisa merasakan apa yang kita rasakan. Dia memahami dan berempati dengan kita. Dan, tentulah Tuhan memberi kita perasaan bukan hanya untuk diluapkan saja.
Lalu, bagaimana cara mengolah perasaan menjadi kekuatan, agar kita tidak terus-menerus tenggelam dalam luapan emosi?
Kekuatan Tiga Perasaan
Ada kekuatan yang bisa kita gali dari ketiga perasaan ini, seperti yang Yesus alami saat menghadapi pergumulan besar di Taman Getsemani (Matius 26:36-46):
1. Perasaan Sedih
Lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” – Matius 26:38
Karena terlahir sebagai manusia, Yesus juga bisa merasakan hal-hal yang kita rasakan. Bahkan, Dia pernah sampai di titik di mana rasa sedihnya membuatnya serasa ingin mati. Malam itu, ketika berdoa di Taman Getsemani, Yesus bergumul untuk menerima cawan yang harus diminum-Nya. Dia sedih karena harus mengorbankan nyawa-Nya untuk menanggung dosa manusia.
Namun, saat bersedih, Yesus tidak meratap sendirian. Dia memberi tahu orang-orang terdekatnya kalau diri-Nya sedang sedih. Yesus tidak mengurung diri atau menutup-nutupi perasaannya agar terlihat kuat.
Apa yang membuat Anda sedih hari ini? Masalah keluarga? Pergumulan di tempat kerja? Konflik dengan pasangan? Nilai studi yang buruk? Ditinggalkan oleh orang yang dikasihi?
Ketika ini terjadi, apakah Anda menjalaninya sendirian, atau berbagi perasaan kepada orang yang tepat? Apakah Anda pergi menghibur diri dengan cara yang salah, atau datang kepada Tuhan dengan hati berserah?
Perasaan sedih itu wajar dan tak boleh diabaikan. Anda boleh bersedih dan mengekspresikan diri, karena itu akan membantu meringankan beban hati Anda. Namun, kesedihan akan menjadi hal yang melumpuhkan kalau Anda membiarkannya berlarut-larut tanpa mencari solusi.
Datanglah kepada Tuhan dalam doa dan bagikan perasaan Anda kepada orang yang Anda percayai. Tapi, jangan berhenti sampai di situ. Jangan berkubang dalam kebiasaan mengasihani diri.
Carilah jalan keluar untuk mengatasi masalah Anda. Kesibukan ini juga dapat membantu Anda melupakan kesedihan. Renungkan, saring, dan terapkan saran atau masukan dari orang-orang yang Anda curhati. Dengan demikian, Anda akan cepat bangkit dari kesedihan dan kembali semangat menjalani hidup.
2. Takut
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” – Matius 26:39
Yesus yang sangat mengenal diri-Nya sendiri pun bisa sangat ketakutan. Dia takut karena cawan penderitaan-Nya akan memisahkan-Nya dari Allah Bapa. Namun, meskipun Dia berdoa agar cawan itu berlalu, Yesus mau melawan rasa takut-Nya agar dapat melakukan tugas-Nya.
Untuk melawan rasa takut, Anda harus mengenali apa pemicunya. Rasa takut bisa datang ketika Anda harus mengambil keputusan besar, menerima tanggung jawab, melewati sebuah proses, dan lain sebagainya.
Setelah mengetahui apa rasa takut Anda, bawalah dalam doa dan mintalah kekuatan dari Tuhan. Berjuanglah menghadapi tantangan itu dengan kesadaran bahwa semua yang Anda lalui tidak akan sia-sia. Itu adalah proses yang akan menguatkan jiwa Anda.
Ingat, kematian Yesus di kayu salib adalah bukti kekuatan yang dihasilkan dari rasa takut yang Dia lawan dengan mengikuti kehendak Bapa-Nya.
Perasaan takut tidak akan menghasilkan apa-apa ketika Anda hanya berdiam diri. Lawanlah rasa takut itu, dan saksikan hal-hal luar biasa yang akan terjadi ketika Anda menang.
3. Kecewa
Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? – Matius 26:40
Ada tiga penyebab rasa kecewa: kecewa pada Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Yesus kecewa karena orang-orang yang Dia kasihi tidak bisa merasakan pergumulan-Nya. Tak seorang pun mengerti apa yang Dia rasakan. Murid-murid-Nya malah ketiduran, padahal Dia sudah meminta mereka untuk berjaga-jaga dengan-Nya.
Mungkin ada banyak kekecewaan yang Anda rasakan saat ini. Anda kecewa pada sahabat atau orang tua yang tidak memberi dukungan. Kecewa karena impian Anda tak kunjung tercapai. Atau, kecewa pada diri sendiri karena tidak mampu melakukan sesuatu sesuai target.
Lalu, apakah rasa kecewa membuat Anda tidak mau lagi mengasihi orang lain? Apakah Anda menjadi pahit, menyerah, atau sibuk mengasihani diri sendiri?
Andai Yesus larut dalam kekecewaan, mungkin tidak akan ada kisah penyelamatan terbesar. Takkan ada manusia yang selamat dari murka Allah. Namun, Yesus mau memproses rasa kecewa-Nya. Dia bersedia mati untuk murid-murid-Nya, untuk Anda dan saya, orang-orang yang telah mengecewakan hati-Nya.
Perasaan kecewa akan menjadi kekuatan yang berarti ketika kita tetap mengasihi orang lain yang mengecewakan kita. Yesus pernah mengalaminya dan Dia memberi teladan agar kita tetap mengasihi Allah dan sesama dalam segala situasi.
Alih-alih menyangkal atau tenggelam dalam rasa sedih, takut, dan kecewa, belajarlah untuk memproses ketiga perasaan ini. Yesus datang ke dunia sebagai manusia biasa dan berhasil mengolah perasaan-perasaan ini menjadi kekuatan terbesar. Saat kita percaya ada kekuatan yang bisa kita gali di balik setiap pergumulan hidup, kita pun bisa melakukannya. Amin!
*Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official
Artikel terkait: Berkat Tersembunyi dalam Kesedihan
Video inspirasi:
Last modified: Aug 23