Secara intuitif, mungkin tak pernah terpikir oleh Anda untuk mengasihi seseorang yang telah menyakiti, menghina, melecehkan, bahkan membuat Anda menderita, yaitu musuh Anda. Terlebih, jika orang itu telah menjelekkan-jelekkan atau mengatakan hal yang tidak benar tentang diri Anda. Pastinya Anda akan marah, jengkel, dan mungkin membencinya.
Adalah lebih mudah mengasihi orang yang mengasihi Anda, yang berjasa dalam hidup Anda, atau seseorang yang begitu menyenangkan hati. Namun, mengasihi musuh adalah perintah Yesus yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa demikian dan bagaimana caranya?
Bukan Kasih yang Standar
“Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.” – Lukas 6:35
Kasih yang Yesus ajarkan bukanlah kasih yang standar, seperti yang diajarkan oleh dunia. Di dunia berlaku hukum sebab akibat: “Kalau kamu baik terhadap saya, saya juga akan baik terhadap kamu. Tapi, kalau kamu jahat, saya juga bisa jahat kepadamu!”
Dahulu saya berpikir bahwa pernyataan di atas adalah sesuatu yang disebut keadilan. Jika Anda berbuat jahat, Anda akan menerima perlakuan buruk. Sebaliknya, jika Anda berbuat baik terhadap orang lain, Anda pun akan menerima perlakuan baik dari orang tersebut.
Namun, kasih yang Yesus ajarkan bukanlah sekadar kasih kepada keluarga, orang-orang terdekat, dan sahabat-sahabat Anda saja. Dia juga menginginkan Anda memiliki kasih yang Dia miliki, yang baik terhadap orang-orang yang tak tahu terima kasih, bahkan juga terhadap orang-orang yang jahat kepada Anda.
Sebagai orang percaya, Anda hanya punya satu pilihan dalam menyikapi musuh Anda. Mengasihi musuh adalah standar kasih Tuhan. Untuk itu, kita perlu memahami seberapa tinggi standar tersebut dan bagaimana cara menerapkannya.
Mengasihi Musuh, Level Kasih yang Tertinggi
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. – Matius 18:21-22
Suatu kali, Petrus, yang mungkin sedang jengkel terhadap seseorang atau murid yang lain, bertanya kepada Yesus: Apakah ia cukup mengampuni seseorang sebanyak tujuh kali saja? Barangkali ia berpikir tujuh adalah angka yang sempurna. Jawaban Yesus sungguh di luar dugaan. Ia meminta Petrus untuk bukan hanya tujuh kali mengampuni, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali … yang artinya tanpa batas!
Untuk mengasihi musuh, kita butuh penyangkalan diri, pengorbanan, dan sikap tidak mengutamakan kepentingan sendiri. Tindakan ini juga harus kita lakukan secara aktif, yaitu dengan melakukan hal-hal baik terhadap orang-orang yang tidak memperlakukan Anda dengan baik.
–
“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” – Lukas 6:27-28
Apa saja yang bisa Anda lakukan untuk mengasihi musuh?
- Tetaplah berbuat baik kepadanya. Anda tetap menyapa ketika berjumpa, tetap menghormatinya.
- Berkati orang yang mencaci maki Anda, jangan membalasnya dengan caci maki juga. Jika ada yang menyerang Anda lewat perkataan, balaslah dengan kata-kata yang baik dan sopan. Jangan terpancing dengan ucapannya. Minta Tuhan untuk memberkati hidupnya dan menolongnya agar Jangan Ada “Asumsi” di Antara Kitadapat mengerti tentang kebenaran.
- Doakan dia agar bisa berubah. Berdoalah juga untuk hati Anda sendiri, agar tidak menyimpan dendam dan kebencian, tetapi sebaliknya, memiliki belas kasih terhadap orang tersebut.
Yesus tidak hanya memberikan perintah tanpa melakukan sendiri apa yang Dia perintahkan. Di Taman Getsemani, ketika Yudas datang bersama serombongan orang bersenjata untuk menangkap Yesus , Dia tetap memanggil Yudas sebagai teman (Matius 26:50).
Mari kita teladani kasih radikal yang telah Yesus contohkan. Dan, mari berjuang mempertahankan kasih tersebut di dalam kehidupan kita sehari-hari! Anda pasti bisa!
Related Articles:
- Jangan Ada “Asumsi” di Antara Kita
- Mengasihi Orang yang Menyakiti Kita, Mungkinkah?
- Sulitnya Mengampuni Orang Terdekat
- Bertumbuh Secara Seimbang sebagai Seorang Introver
- It’s All About Love! Definisi Cinta Berdasarkan Alkitab
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Oct 22