“Saya menyerah!” seru sang penjahat kepada polisi. Di tempat lain, seorang pasien kanker berdoa, “Saya berserah kepada-Mu, Tuhan.” Sepertinya dua situasi ini terkesan mirip. Si penjahat dan si pasien kanker terkesan melakukan hal yang sama: menyerahkan diri ke pihak yang lebih tinggi.
Walaupun demikian, menyerah dan berserah memiliki arti yang berbeda. Apa perbedaannya, dan apa pengaruhnya kepada iman kita?
[adrotate banner= “4”]
Menyerah: Ketika Harapan Telah Hilang

Kata “menyerah” biasanya berarti kehilangan harapan sepenuhnya. Ini adalah saat seseorang merasa bahwa semua upaya telah sia-sia dan tidak ada harapan lagi untuk berjuang. Ketika seseorang berkata bahwa mereka “menyerah”, itu berarti mereka merasa kalah dan tidak lagi percaya bahwa situasi bisa berubah atau membaik.
Situasi ini seperti yang dialami oleh Elia. Elia adalah seorang nabi besar, yang melawan nabi-nabi Baal di gunung Karmel (1 Raja-Raja 18:20-46) untuk mengembalikan orang Israel kepada Tuhan. Namun, sesudah itu, Ratu Izebel yang mensponsori penyembahan Baal berusaha membunuh Elia. Elia pun melarikan diri ke gunung Horeb, dan berkata kepada Tuhan,
”Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku” (1 Raja-Raja 19:4). Elia kehilangan harapan, bahkan meminta Tuhan untuk membunuhnya saja.
Menyerah berarti kita tidak percaya lagi kepada janji-janji Tuhan. Rasanya, semua harapan sudah hilang, dan kita merasa masa bodoh dengan keadaan.
[adrotate banner=”15″]
Berserah: Berharap hanya kepada Tuhan

Di sisi lain, berserah adalah suatu tindakan iman. Ketika seseorang berserah kepada Tuhan, ia meletakkan segala kekhawatiran, ketakutan, dan kesulitan dalam tangan Tuhan. Seperti apapun keadaannya, orang seperti ini percaya Tuhan akan memberi yang terbaik.
Dengan kata lain, berserah berarti percaya penuh bahwa Tuhan akan bertindak sesuai dengan rencana-Nya yang indah. Seperti yang dikatakan dalam Mazmur 55:22, “Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau!“
Tentu, berserah tidak mudah. Sebagai manusia, kita tentu cenderung ingin semuanya seperti yang kita inginkan. Ketika kita memutuskan untuk berserah, kita melepaskan apa yang kita inginkan, dan menuruti apa yang Tuhan inginkan.
Siapa tokoh Alkitab yang berpikir seperti ini? Maria ibu Yesus. Ketika Tuhan memerintahkan dirinya untuk mengandung dan melahirkan Yesus, bukankah itu sebuah masalah? Maria belum menikah, tetapi akan hamil. Bisa-bisa ia dirajam sampai mati karena dianggap berzinah.
Malah, jawaban Maria sungguh mengagumkan. Katanya, ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Lukas 1:38). Bukan lagi dirinya yang ia pikirkan, melainkan kehendak Tuhan.
Pola pikir Maria inilah yang bisa kita contoh. Dalam berserah, bukan lagi apa yang kita inginkan, melainkan apa yang Tuhan inginkan.
3 Perbedaan antara Menyerah dan Berserah

Lalu, apa lagi yang membedakan menyerah dan berserah? Berikut 3 di antaranya.
Iman
Dengan menyerah, sama artinya dengan tidak memiliki iman. Kita terlanjur percaya bahwa sudah tidak ada harapan lagi, bahwa masalah terlalu besar sehingga tak ada jalan keluar.
Sebaliknya, berserah adalah bukti iman yang paling tinggi. Seperti dikatakan pada Ibrani 11:1, iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).” Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Tidak bisa pula melihat masa depan. Namun, kita memilih berserah karena Tuhan pasti akan memberi yang terbaik.
Pandangan Masa Depan
Seseorang yang menyerah melihat masa depan tanpa harapan, sedangkan seseorang yang berserah percaya pada rencana Tuhan yang penuh harapan. Mudah saja berharap jika keadaan sedang senang. Sulit ketika badai dan prahara yang datang silih berganti.
Akan tetapi, berserah artinya percaya bahwa Tuhan akan selalu memberi sesuatu yang baik. Roma 5:5 berkata, “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Kita boleh sedih, marah, atau kecewa dalam hidup ini. Satu hal yang pasti, Tuhan senantiasa berjanji, masa depan kita akan selalu ada.
Respons terhadap Kesulitan
Orang yang menyerah cenderung mundur dari perjuangan, sementara orang yang berserah terus berjuang dengan kekuatan dan bantuan dari Tuhan.
Jika seseorang menyerah, ia cenderung menjadi pasif. Iman dan harapannya akan masa depan sudah menghilang. Sebaliknya, orang yang berserah akan menjadi aktif. Iman dan pengharapannya tegar di atas kebenaran dan kuasa Tuhan (Matius 7:24).
Jangan Menyerah, Ayo Berserah!
Janganlah menyerah dalam menghadapi kesulitan. Mari berserah pada kehendak dan rencana Tuhan. Ketika kita berserah kepada-Nya, kita mempercayakan diri kita pada kuasa Tuhan yang tak pernah gagal. Dengan demikian, kita dapat menghadapi tantangan apa pun dengan kepercayaan dan harapan, karena kita tahu bahwa Tuhan selalu bersama kita.
–
Related articles:
- Pasrah pada Keadaan atau Berserah kepada Tuhan?
- Perjuangkan Iman Anda Sampai Akhir
- Hidup Penuh Derita? Jangan Menyerah! Ini Kuncinya
- “Tuhan, Saya Punya Masalah Besar!” – Ketika Putus Asa Melanda
- Ketika Rencanaku Bukan Rencana Allah
–
[adrotate banner= “13”]
–
[adrotate banner= “11”]
Last modified: Oct 16
