Jika berbicara tentang identitas, saya teringat akan lilin malam, yakni sebuah mainan mirip plastisin yang mudah dibentuk (contohnya, play-doh). Sewaktu saya masih TK, ada pelajaran prakarya di mana guru membagi-bagikan lilin yang bisa dibentuk dan dikreasikan sesuka hati. Pelajaran itu terasa mengasyikkan, karena anak-anak bisa membuat apapun yang mereka mau dengan lilin di tangan mereka.
[adrotate banner=”4″]
Hasilnya pun bermacam-macam. Ada yang membentuk binatang, tanaman, rumah-rumahan, dan lain-lain, dari lilin plastisin tersebut. Lilin malam menjadi sebuah ajang kreativitas tanpa henti, karena begitu mudahnya ia dibentuk oleh orang yang memegangnya.
Dari kegiatan tersebut, ada satu hal yang menarik. Wujud dari lilin malam itu tergantung dari si pembuatnya. Lilin itu tak berbentuk sampai ada tangan-tangan yang memberi wujud kepadanya. Hal ini mirip seperti cara kita melihat dan membentuk diri kita, yang kita sebut sebagai identitas.
Pentingnya Identitas

Identitas kita tergantung dari berbagai macam hal, misalnya, latar belakang keluarga, teman-teman, media sosial, sampai idola atau panutan kita. Namun, pada akhirnya, cara kita memandang diri kita tergantung dari keputusan kita dalam memaknai apa yang kita dapat dari hal-hal tersebut.
Sejenak, cobalah membayangkan rasanya tidak punya identitas. Tanpa nama, tanpa ingatan, tanpa citra diri, tanpa visi dan misi, tanpa tujuan dan mimpi yang ingin dikejar. Mengerikan, bukan? Hidup pun terasa sia-sia.
Itulah mengapa setiap orang, termasuk Anda dan saya, terus mencari, memformulasi, dan membentuk diri kita dengan pertanyaan ‘siapa saya?’ Jawaban dari pertanyaan itu tidak akan muncul dengan instan. Mungkin, siapa diri Anda baru akan terkuak setelah bertahun-tahun lamanya Anda mencari.
Dasar Identitas yang Keliru

Namun, jika Anda tidak hati-hati, meletakkan identitas di tempat yang salah sama seperti melihat diri melalui cermin yang retak. Mengapa? Karena, hal-hal tersebut tidak benar-benar merefleksikan diri Anda.
Ada 3 macam hal yang biasa menjadi dasar identitas kita, namun tanpa sadar, bisa membentuk kita secara keliru.
1. Pencapaian atau Prestasi

Jika identitas kita tergantung pada prestasi, sebenarnya kita berdiri di atas dasar yang rapuh. Jika prestasi kita begitu tinggi, kita merasa sangat bangga. Namun, jika prestasi kita rendah, kita akan merasa rendah diri. Masalahnya, adakah jaminan kita akan terus memperoleh kesuksesan? Tentu tidak.
Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! – Yeremia 17:5
Tidakkah mengandalkan pencapaian sama saja dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri? Selain karena kesuksesan dan kegagalan yang tidak tetap datangnya, apa yang Anda capai tidak sungguh-sungguh mendeskripsikan siapa diri Anda.
2. Apa Kata Orang

Pertemanan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter seseorang. Ini pun berlaku bagi kita. Identitas atau siapa diri kita dapat tergantung pada siapa teman-teman kita. Semakin sering kita bergaul dengan seseorang, pendapat dan perkataannya mungkin saja membentuk siapa kita sekarang.
Masalahnya, kita mungkin akan lebih mudah mengingat atau percaya apa kata teman tentang diri kita, lebih dari apa yang Tuhan katakan tentang kita. Di satu sisi, jika seorang teman mengatakan hal yang buruk tentang kita, kita dapat memasukkan kata-kata itu ke dalam hati dan percaya bahwa kita buruk. Di sisi lain, jika teman kita terlalu memuji, kita bisa terlalu fokus pada kelebihan dan sulit melihat kekurangan kita.
Seperti yang dikatakan pada 1 Korintus 15:33, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Jika Anda tidak hati-hati, perkataan-perkataan itulah yang akan membentuk diri Anda, bukan janji-janji Tuhan.
3. Perasaan dan Pikiran Anda

Pikiran dan perasaan jelas tidak menggambarkan identitas kita dengan tepat. Kita bisa merasa begitu luar biasa pada satu hari dan merasa begitu payah di hari yang lain. Namun, banyak orang mendasari tindakannya dari apa yang mereka pikirkan atau rasakan. Padahal hal itu adalah keliru.
Hal ini begitu nyata pada orang-orang yang sensitif. Pernahkah Anda mendengar cerita seseorang yang mood-nya rusak hanya karena satu kejadian buruk? Misalnya, orang itu sedang mengalami hari yang baik, namun karena kopinya tumpah, ia pun langsung uring-uringan sepanjang hari. Jika hal serupa terjadi terus menerus, lama-lama ia dapat berpikir, “Aku memang begini orangnya! Ceroboh. Payah.Tidak bisa berubah.”
Identitas berdasarkan mood, pikiran, dan perasaan jelas tidak kokoh. Bagaimana bisa kita lantas membangun diri di atas sesuatu yang mudah berubah dan berganti setiap hari? Seperti orang yang membangun rumah di atas pasir, kita bisa-bisa menjadi orang yang mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh.
“Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal, tetapi siapa berlaku dengan bijak akan selamat.” – Amsal 28:26
Dasar Identitas Kita: Janji-Janji Tuhan

Oleh karena itu, kita membutuhkan satu dasar yang kuat dan terpercaya untuk melandasi identitas kita. Apakah itu? Firman Tuhan dan janji-janji Tuhan itu sendiri.
Di dalam Alkitab, Tuhan sudah meletakkan apa yang seharusnya Anda percayai tentang diri Anda sendiri, yaitu:
- Tuhan menganggap Anda begitu berharga (Yesaya 43:4, Matius 6:26)
- Tuhan menciptakan Anda begitu menakjubkan dan indah (Mazmur 139:14)
- Tuhan berjanji untuk menguatkan dan menyertai Anda (Yesaya 41:10)
- Anda adalah God’s masterpiece. Tuhan menciptakan Anda untuk pekerjaan baik (Efesus 2:10)
- Yesus mengasihi Anda. Bahkan, Ia rela mati bagi Anda, ketika Anda masih berdosa (Roma 5:7-8)
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. – 2 Korintus 5:17
Jangan biarkan masa lalu kita, kegagalan, kata-kata orang lain tentang kita yang tidak membangun, perasaan dan pikiran kita mendefinisikan siapa diri kita hari ini. Tuhan Yesus telah mati untuk membuat kita menjadi manusia yang baru. Kita tidak lagi dinilai berdasarkan hal-hal duniawi, tetapi oleh apa yang Tuhan katakan tentang kita.
Masih ada banyak lagi janji dan design Tuhan untuk kita yang bisa Anda temukan di dalam Alkitab. Itulah yang seharusnya menjadi pegangan dan identitas kita, yang harus kita percaya. Tuhan, pencipta kita, Dialah yang paling tahu blueprint kita, siapa kita, dan apa identitas kita.
Yang perlu kita lakukan kita harus hidup sesuai dengan identitas yang Tuhan berikan itu. Jika Tuhan melihat kita begitu berharga, masterpiece-nya Tuhan, kita pun perlu melihat diri kita sesuai cara pandang Tuhan.
Jadi, Dengan Dasar Apa Kita Membangun Identitas Kita?

Pencapaian, perkataan orang, serta pikiran dan perasaan kita tidak dapat menjadi dasar yang bisa dipercaya untuk membangun identitas kita. Ketiganya selalu berubah-ubah di dunia yang tidak pasti ini. Namun, memegang janji Tuhan akan memberikan Anda suatu rasa aman tanpa tanding, karena firman Tuhan tidak akan berlalu.
Jika Anda terlanjur membentuk identitas Anda dengan dasar yang salah, tidak perlu khawatir. Anda bisa membentuk kembali identitas yang baru di dalam Tuhan, sesuai dengan rancangan dan janji Tuhan di dalam Alkitab. Semangat!
–
Related Articles:
- Bagaimana Melihat Diri Sendiri Sesuai Gambar Allah?
- Apa Tujuan Hidup Anda?
- Mengolah Perasaan Menjadi Kekuatan
- Tumbuhkan 4 Hal Ini agar Orang Senang Menjadi Teman Anda
- Berani, Karakter Vital bagi Pertumbuhan dan Perubahan Hidup
[adrotate banner=”13″]
–
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Jun 21
