Memasuki satu tahun pandemi, kehilangan terdengar akrab di telinga kita. Di bulan Juni-Juli 2021, satu per satu berita duka datang seolah tanpa jeda. Bahkan orang-orang terdekat kita pun tidak luput, seperti rekan kerja, teman, sahabat, sampai keluarga. Wabah penyakit yang mungkin tidak pernah terpikir sama sekali, kini datang dan membuat kita kehilangan orang-orang yang terkasih.
Apapun sebabnya, ditinggalkan orang terkasih bukan masalah sepele. Hal ini bisa membawa luka dan duka yang bisa berlarut-larut. Di samping itu, kita mungkin sulit percaya bahwa hal ini terjadi pada hidup kita sendiri. “Mengapa harus aku yang mengalami?” Mungkin dalam hati kita bertanya seperti itu.
Kehilangan = Hal yang akan Dialami Setiap Orang
Kehilangan. Saya pernah mengalaminya tahun lalu ketika seorang teman gereja saya meninggal secara mendadak. Kabarnya datang tanpa pertanda apapun, masuk tanpa permisi. Ia meninggal karena penyakit jantung yang sudah dideritanya selama bertahun-tahun. Saya syok, tak percaya bahwa teman saya ini sudah tiada. Padahal, beberapa hari sebelumnya, saya dan kawan-kawan masih bercanda ria dengannya.
Di hari ia dimakamkan, saya bersedih. Masih tak percaya jika kawan itu sudah menghadap Tuhan. Pada hari itulah saya menyadari, kehilangan orang terkasih adalah sesuatu yang akan dialami semua orang pada satu titik dalam hidupnya.
Namun, mengapa kehilangan orang yang terkasih terasa begitu menyakitkan? Ada bermacam-macam alasannya, namun mungkin dua hal berikut yang paling mewakili:
Mengapa Kehilangan Terasa Begitu Sakit?
1. Kehilangan Melukai secara Emosional
Menahan luka secara fisik itu mudah. Namun, kalau sudah hati yang terkena, sakitnya terasa berbeda. Mudah untuk mengobati luka di tubuh. Sulit kalau hati atau perasaan yang terluka. Seperti dikatakan pada Amsal 17:22, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, namun semangat yang patah mengeringkan tulang.”
Jika patah semangat saja sudah sangat memengaruhi jiwa kita, apalagi ditinggalkan oleh orang yang dikasihi. Apalagi jika hubungan kita dengan orang tersebut begitu dekat, seperti keluarga, teman, atau sahabat.
2. Kehilangan Mengubah Hidup secara Drastis
Selain secara emosional, ditinggalkan oleh orang terkasih juga dapat berdampak pada hidup sehari-hari. Misalnya, jika sebuah keluarga ditinggalkan oleh pihak pencari nafkah, tentu akan memengaruhi keadaan finansial keluarga. Orang-orang yang biasa menjadi tumpuan hidup, baik secara ekonomi atau emosi, kini tidak ada lagi.
Hidup pun terasa berbeda. Hari-hari terasa berat dan asing. Rasanya seperti hidup baru saja diruntuhkan dan harus dibangun ulang.
Tidak mudah jika Anda sedang atau pernah mengalami dukacita karena kehilangan orang yang Anda cintai. Namun, setiap orang tidak akan luput dari hal ini. Orang-orang disekeliling kita hanyalah titipan Tuhan dan tidak selamanya mereka bersama kita. Kehilangan tidak terelakkan. Namun, bagaimana kita melewatinya adalah pilihan.
Menyikapi Kehilangan dengan Penuh Iman
Reaksi orang dalam menghadapi kehilangan berbeda-beda, dan tidak dapat disamakan seluruhnya. Ada orang yang sangat bersedih dan ada juga orang yang tidak terlalu bersedih. Namun, boleh dikatakan bahwa kedukaan dan rasa sedih yang menyertai pasti ada.
Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana cara menghadapi rasa sedih tersebut? Bolehkah kita berduka sebagai orang yang percaya? Tentu saja boleh. Yesus pun bersedih. Dalam Yohanes 11:33, Yesus, yang mendapati Maria dan Marta bersedih karena meninggalnya Lazarus, turut menangis. Alasannya ada pada ayat 5, “Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus.”
Namun, bijakkah bagi kita untuk terus bersedih?
Dukacita yang dihasilkan kehilangan memang menyakitkan, namun terus-menerus berduka tanpa mencoba bangkit juga tidak akan menghasilkan apa-apa. Orang yang sudah pergi pun tidak akan kembali, meskipun tentu selamanya mereka akan ada di hati kita. Yang perlu kita lakukan adalah bangkit dan menyikapi kehilangan dengan penuh iman. Berikut hal-hal yang Ada perlu lakukan:
1. Menerima Kenyataan
Percayakah kita, bahwa segala sesuatu–baik atau buruk–datang seizin Tuhan? Hal ini disadari oleh Ayub. Ayub kehilangan segalanya dalam satu hari: harta, keluarga, hingga kesehatannya, tanpa alasan yang jelas. Istri Ayub bahkan menasihati, agar ia mengutuk Tuhan dan mati. Namun, apa jawab Ayub?
“Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya” – Ayub 2:10.
Kejadian baik dan buruk silih berganti dalam hidup ini. Ada kalanya, kita tidak dapat memilih mana yang kita inginkan dan mana yang kita ingin hindari. Akan tetapi, Ayub menegaskan, apapun yang Tuhan izinkan terjadi, ia menerimanya.
Itulah yang perlu kita sadari. Ketika orang yang kita kasihi pergi, itu sudah dalam rencana Tuhan. Dan kita perlu untuk bisa menerima kenyataan itu dan melanjutkan hidup.
2. Percaya bahwa Tuhan akan Menyembuhkan dan Memulihkan
Tentulah Tuhan mengerti bahwa kita berduka. Dan Ia tidak diam. Berulang kali Tuhan berjanji untuk menghibur dan menyembuhkan luka hati kita.
Pada Mazmur 34:18, dikatakan bahwa, “Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati,
dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” Lalu, di Mazmur 147:3, kembali dikatakan, “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka”
Bahkan, pada saatnya nanti, Ia berjanji di dalam Wahyu 21:4 untuk “…menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”
Mengapa Tuhan perlu memberi janji ini? Saya percaya bahwa Tuhan mengerti akan kesedihan kita. Ia bukanlah Tuhan yang kejam dan dingin. Sebaliknya, Ia adalah Bapa yang menyembuhkan dan menguatkan kita. Kita hanya perlu datang dan minta agar Ia membalut luka-luka kita dan memberikan penghiburan.
Sekali lagi, kehilangan bukanlah sesuatu yang mudah dihadapi. Ada orang yang bisa pulih dengan cepat. Namun, ada juga yang perlu waktu cukup lama lama untuk pulih. Namun, apapun proses yang kita hadapi, ingatlah bahwa semua ini adalah bagian dari rencana Tuhan dan Ia akan menyembuhkan. Hal ini tentu akan menguatkan kita.
Teruslah berharap dan percaya bahwa Tuhan punya rencana yang terbaik. Ingat, apapun yang terjadi, life must goes on. Jika Tuhan menyertai kita di masa-masa indah, di masa sulit pun, seperti masa berduka karena kehilangan orang yang kita cintai, Tuhan akan tetap menyertai kita. God bless you!
–
Related Articles:
- Bertumbuh dalam Rasa Sakit
- Melewati Badai Bersama Yesus
- Gunakan Waktu untuk Tiga Hal Berikut, Selagi Masih Bisa Menyebut “Hari Ini”
- Berkat Tersembunyi dalam Kesedihan
- Obati Rasa Kecewa dengan Cara Benar
Yuk, baca top artikel kami:
Muda & Gaul di Mata Tuhan: Bagaimana Caranya?
Seperti Apa Ibadah yang Sejati dan Berkenan kepada Allah?
Mazmur 91: Jika Tuhan Melindungi, Mengapa Musibah Tetap Menimpa?
Teladan dari 3 Wanita Hebat dalam Alkitab
Menjadi Orang Kristen yang Punya Integritas
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Jun 23