Written by Gery 4:55 am Devotionals, Bible & Character, Biblical Talk, Character, Self Development, Spiritual Life

4 Ciri Kemunafikan Orang Farisi, Adakah Di Diri Kita?

orang farisi - gereja gkdi - cover

Sebagai orang Kristen, kisah orang Farisi pastilah familiar. Sering mereka tercatat di Alkitab, namun bukan karena alasan yang baik. Mereka dikenal dengan satu karakter: munafik. Berkali-kali mereka berkonflik dengan Yesus, bahkan Yesus menegur mereka dengan keras.

Siapa sebenarnya para Farisi? Kenapa mereka menjadi contoh buruk?

[adrotate banner= “4”]

Siapa Sih Orang Farisi?

orang farisi - gereja gkdi - 1

Orang Farisi adalah sekelompok orang Yahudi yang sangat taat pada hukum Taurat dan tradisi agama Yahudi. Mereka percaya bahwa dengan menaati keduanya, mereka akan mendapatkan keselamatan. Karena mereka sangat paham agama, banyak kaum Farisi juga menjadi pengajar-pengajar hukum Taurat.

Namun, Tuhan Yesus malah mengecam para Farisi.

Dalam Matius 23: 3-4, Yesus berkata, “ … janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.”

Bahkan di ayat 5 Yesus berkata lagi, “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang.”

Ini karena meskipun mereka terlihat baik di luar, isi hati mereka penuh kepalsuan dan kelicikan. Inilah kemunafikan mereka: semua ibadah dan ketaatan mereka hanya untuk menyenangkan manusia, bukan Tuhan. Padahal Tuhan jelas berkata, Ia ingin umat-Nya memiliki kasih dan mengenal Dia, bukan hanya ritual semata (Hosea 6:6).

4 Ciri Orang Farisi

orang farisi - gereja gkdi - 2

Sebagai orang Kristen, sifat-sifat Farisi bisa kita jadikan pelajaran. Karena, tanpa disadari, hati kita bisa jatuh ke dalam kemunafikan. Bagaimana mengetahuinya?

Ada 4 ciri Farisi yang bisa kita renungkan. Berikut 4 ciri tersebut.

Ciri 1: Memamerkan Kebaikan

Dalam Matius 6:5, Yesus berbicara tentang orang Farisi yang suka berdoa di tempat umum untuk dilihat orang. Mereka memamerkan perbuatan baik mereka, bukan sebagai tanda mereka mengasihi Tuhan, tetapi untuk dipuji dan dihormati orang.

Kita harus berhati-hati untuk tidak jatuh ke dalam perangkap serupa. Sebagai orang Kristen, tujuan kita melakukan kebaikan haruslah karena kita mengasihi Tuhan dan sesama, bukan untuk pujian dari orang lain.

Ciri 2: Menuntut Ketaatan pada Hukum tanpa Kasih

Orang Farisi terkenal karena sangat ketat dengan Hukum Taurat, namun seringkali mereka melupakan inti dari hukum itu sendiri yaitu kasih. Dalam Matius 23:23, Yesus mencela mereka yang begitu ngotot pada aturan kecil namun mengabaikan hal-hal yang lebih penting seperti keadilan, kasih sayang, dan iman.

Jadi, kita harus memastikan bahwa dalam usaha kita untuk hidup sesuai dengan Firman Tuhan, kita tidak melupakan esensi dari ajaran-Nya: kasih.

Ciri 3: Menganggap Diri Sendiri Lebih Baik

Orang Farisi seringkali merasa bahwa mereka paling saleh dan suci. Contoh hal ini dapat dilihat dalam Lukas 18:11-12, di mana seorang Farisi berdoa dengan mengucapkan betapa ia berbeda (dan menurut pandangannya, lebih baik) dari orang-orang lain.

Sebagai orang Kristen, kita harus menghindari sikap sombong ini. Sebaliknya, kita harus merendahkan diri dan mengakui bahwa kita semua adalah orang berdosa yang membutuhkan kasih karunia Tuhan.

Ciri 4: Fokus pada Penampilan Luar

Orang Farisi sangat memperhatikan penampilan luar mereka, sementara mengabaikan kondisi hati mereka sendiri. Dalam Matius 23:27, Yesus menggambarkan mereka sebagai kuburan yang dicat putih. Tampak indah dari luar, namun penuh dengan tulang mati dan segala macam kekotoran di dalamnya.

Kita harus berhati-hati untuk tidak terjebak dalam perhatian berlebihan terhadap penampilan luar, tetapi melihat lebih dalam ke kondisi hati kita.

Semua Mulai dari Hati

Kesalahan terbesar orang Farisi bukanlah karena ketaatan atau ibadah mereka, melainkan hati mereka. Semua perbuatan mereka jadi sia-sia karena mereka mengabaikan kasih, dan tidak mengenal Allah yang mereka sembah.

Marilah kita jadikan 4 ciri-ciri di atas sebagai refleksi. Penyembahan kita kepada Tuhan mulai dari hati kita, bukan aktivitas belaka. Sudahkah kita mengasihi dan mengenal-Nya hari demi hari?

Related articles

[adrotate banner= “13”]

[adrotate banner= “11”]

(Visited 10,615 times, 1 visits today)

Last modified: Sep 26

Close