Written by Adimin Chandra 10:20 am Devotionals, Biblical Talk, Character, Family, Lifestyle, Marriage, Relationship, Self Development, Spiritual Life

3 Langkah Praktis Menjadi Suami yang Dewasa

dewasa - gereja gkdi - cover

Suatu hari, istri saya mengatakan saya bukan suami yang dewasa. Itu jelas menyakiti hati saya. Namun, saya tak dapat menyangkal perkataan itu. Namun, demikianlah kenyataannya. Demikianlah perasaan istri terhadap saya.

Saya akui, ada saatnya saya tidak dewasa. Misalnya, saya suka ngambek, sulit memaafkan, bahkan mendendam. Lalu saya berpikir, bagaimana mengatasi semua itu?

[adrotate banner=”4″]

Apa Arti Menjadi Suami yang Dewasa?

dewasa - gereja gkdi - 1

Menurut KBBI, arti kata dewasa adalah mencapai usia akil balig. Orang yang mencapai usia ini, bukan lagi anak-anak atau remaja

Di masa anak-anak atau remaja, orang masih labil secara emosi. Kepentingan sendiri adalah yang utama. Yang penting, mereka bahagia dan apa yang diinginkan, tercapai.

Tentu tidak demikian dengan seorang yang telah dianggap dewasa. Mereka diharapkan sanggup mengendalikan emosi, bertoleransi, serta memelihara hubungan dengan baik.

Lalu, dari uraian di atas, bagaimanakah sosok suami yang dewasa? Menurut saya, seorang suami yang dewasa mampu mengambil tanggung jawab untuk membangun dan menghidupi rumah tangga bersama sang istri. Suami yang dewasa menguasai diri, mengontrol emosi, dan mengasihi istrinya.

[adrotate banner=”15″]

Cara Menjadi Suami yang Dewasa

dewasa - gereja gkdi - 2

Melihat pengertian di atas, rasanya tidak sulit untuk menjadi sosok suami yang dewasa. Saya hanya perlu mengingat dan melakukan komitmen saat menikah, dan mengendalikan emosi. “Apa sulitnya sih?” menurut saya. Akan tetapi, ternyata saya masih sering gagal.

Setelah merenung, saya berpaling kepada firman Tuhan. Saat saya membaca Alkitab, saya mendapatkan pengertian tentang menjadi suami yang berkenan di mata Tuhan, suami yang dewasa. 

Prinsip-prinsip firman Tuhan yang membantu saya adalah sebagai berikut:

1.Suami yang Mengasihi Istri

Efesus 5:25 “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.”

Bisa dikatakan ayat ini adalah ayat pamungkas dalam pernikahan. Kita seharusnya sudah tahu bahwa seorang suami harus mengasihi istrinya. Akan tetapi, sudahkah kita sungguh mengasihi istri kita?

Sebagai suami, kita perlu mengasihi menerapkan kasih Kristus itu kepada istri. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengorbankan ego dan kesombongan. Kita perlu menyangkal diri demi mengasihi istri.

Saat istri memiliki kesalahan dan kelemahan, kita memutuskan untuk mengampuni dan mengasihinya. Saat istri sedang berbeban berat, kita maju menolong dirinya. Kita memberi kehangatan, kasih, dan kekuatan pada istri.

Suami yang dewasa tidak akan ngambek supaya mendapat perhatian istri, atau supaya istri menyadari kesalahannya.  Sebaliknya, ia akan berinisiatif untuk mengasihi sang istri.

2.Suami yang Bertanggung Jawab

Suami yang dewasa akan mengambil tanggung jawab utama untuk memenuhi kebutuhan istri atau keluarga. Mungkin ada saatnya istri harus bekerja membantu perekonomian keluarga. Mungkin ada istri yang penghasilannya melebihi suami. Namun, peran pencari nafkah tetap ada pada suami.

Saat ada berbagai tantangan, suami dewasa tidak akan mudah menyerah. Dia akan tetap berdiri tegak menghadapi terjangan badai kehidupan. Bahkan, saat tak mampu berdiri, dia akan tetap berjalan maju meski harus terseok-seok.

Ada satu ayat yang sangat membantu saya. Di 1 Korintus 16:13 tertulis, “Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!” 

Saat saya mulai mau menyerah saya akan mengingat ayat di atas. Tuhan menghendaki saya menjadi laki-laki kuat. Bukan hanya kuat secara fisik, tetapi juga kuat secara mental, dengan sikap hati yang tidak mudah menyerah.

3.Suami yang Dekat dengan Tuhan

Dekat dengan Tuhan tidak berarti kita berdoa berjam-jam lamanya setiap hari. Namun, kita mengambil waktu setiap awal hari untuk berdoa, menyelidiki firman-Nya, juga melakukan kehendak-Nya.

Seperti dikatakan pada Roma 10:17, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Iman kepada Tuhan hanya akan bertumbuh jika kita mendengar firman Tuhan

Saat dekat dengan Tuhan, kita akan diberikan hikmat bagaimana menjadi suami yang dewasa. Kita akan terdorong mengasihi istri seperti Tuhan mengasihi kita. Pernikahan pun menjadi kuat dan kudus.

Dewasa itu adalah Keputusan

Ada ungkapan yang mengatakan, tua adalah kepastian, dewasa adalah pilihan. Saya setuju dengan hal tersebut. Menjadi suami dewasa adalah keputusan. Terlepas dari latar belakang keluarga, posisi sebagai anak sulung atau bungsu, menjadi suami dewasa adalah keinginan Tuhan bagi kita. 

Saat kita melakukan peran sebagai suami dengan sebaik-baiknya, dan berdewasa, kita akan menuai hasilnya. Istri akan bahagia dan merasa aman menjalani kehidupan bersama kita. Pernikahan kita juga akan bertumbuh dan menginspirasi orang lain. 

Masih ada harapan bagi kita untuk berubah dan bertumbuh. Suatu hari kita akan tersenyum mendengar istri berkata, “Aku bersyukur menjalani hidup denganmu, Sayang. Kamu sungguh suamiku yang dewasa.”

Related articles:

[adrotate banner=”13″]

[adrotate banner=”11″]

(Visited 402 times, 1 visits today)

Last modified: Sep 9

Close