Pernikahan…kata ini sudah tak asing lagi bagi kita semua. Manusia-manusia hingga di seluruh pelosok bumi pun bahkan sudah memiliki pengertian masing-masing tentangnya. Jika kita mencari di internet tentang topik seputar pernikahan, tak terhingga sudah bermacam-macam pengertian dan nilai yang sebenarnya berasal dari pengembangan opini manusia itu sendiri.
Opini tentang pencarian kebahagiaan, menemukan cinta sejati, pendamping seumur hidup, teman berbagi, hingga simbol pencapaian adalah sebagian dari arti pernikahan yang saat ini masih dipegang oleh masyarakat pada umumnya. Tetapi, benarkah hanya sebatas itu? Jika menikah adalah untuk mencari kebahagiaan atau teman seumur hidup lantas mengapa begitu banyak kegagalan dan perceraian terjadi? Apakah Tuhan menciptakan pernikahan hanya untuk gagal? Lalu, pertanyaan inti berikutnya yang harus kita tanyakan adalah bagaimana sebenarnya desain pernikahan yang sesungguhnya dari Tuhan?
Jika kita kembali menggali panduan hidup dari Tuhan yang disebut Alkitab, tak ada satupun Tuhan menyatakan bahwa menikah adalah sarana mencari kebahagiaan, sarana mendapatkan teman berbagi seumur hidup, zona bebas konflik, dan semacamnya. Pernikahan bukanlah kotak penuh hadiah ataupun lampu aladin yang siap memberikan apapun yang kita mau. Sebaliknya, ia justru layaknya sebuah kotak kosong yang harus diisi. Bagaimana dan dengan apa saja kita hendak mengisinya itulah yang harus dipikirkan. Apakah kita ingin mengisinya dengan nilai-nilai Tuhan seperti kasih, pengampunan, penerimaan, respek, dan hal-hal yang benar atau malah diisi dengan ego, ekspektasi berlebihan, kesempurnaan, serta hal-hal destruktif lainnya?
Jika demikian, lantas desain Tuhan tentang pernikahan sebenarnya apa? Mari kita lihat apa yang Tuhan katakan dalam alkitab mengenai pernikahan:
Siapakah identitas diri kita yang sebenarnya?
Kejadian 1 : 26-28
Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Sedari awal, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar-Nya. Berarti sebenarnya manusia itu sangat berharga. Tetapi, berapa banyak saat ini orang-orang yang hidupnya sesuai dengan identitas ini?
Setelah Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, Ia berfirman agar manusia beranak-cucu…inilah awal bagaimana Tuhan menciptakan hubungan pernikahan. Pernikahan itu ibarat harmoni kepribadian tritunggal Allah. Sebuah pernikahan yang berpusat pada Tuhan akan bergerak menuju keseimbangan, namun sebaliknya jika sebuah pernikahan berpusat pada diri sendiri atau hanya kepada pasangan maka niscaya akan bergerak menjauhi keseimbangan.
Ikatan pernikahan mencerminkan hubungan Kristus dengan Jemaat.
Efesus 5 : 31-32
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Bagaimana kasih Kristus terhadap jemaat-Nya? Sangat luar biasa! Kristus rela berkorban, memaafkan, mengasuh, menguduskan, dan tak terhitung banyaknya bentuk kasih Tuhan yang telah diberikan kepada jemaat-Nya. Pada ayat-ayat sebelumnya dari Efesus 5 ini dipaparkan bagaimana seharusnya suami dan istri menjalankan sebuah pernikahan yang jika diperhatikan dengan seksama akan sangat berbeda dengan nilai-nilai yang umumnya beredar di masyarakat.
Bila seorang pria dan seorang wanita yang mengenal siapa identitas mereka di dalam Tuhan dan mengerti bagaimana hati Kristus terhadap jemaat, lalu membentuk suatu komitmen maka dapat dibayangkan betapa hubungan mereka akan menjadi inspirasi.
Dengan pengertian yang benar, maka cara menjalankan sebuah pernikahan pun akan menjadi sangat berbeda. Kotak yang kosong itu akan diisi dengan banyak sekali kasih yang tidak egois, pengampunan, kesabaran, penerimaan, kemurahan hati, harapan, kebenaran serta kekudusan. Bukankah ini yang sebenarnya dirindukan oleh hati setiap manusia? Inilah desain awal yang Tuhan pikirkan tentang sebuah pernikahan. Sangat jauh bukan dengan nilai-nilai yang beredar di masyarakat saat ini?
Mari kita jujur dan bertanya kepada diri masing-masing…pengertian siapakah yang sedang saya anut dan jalankan dalam pernikahan? Apakah pernikahan yang saya jalani sudah sesuai dengan blueprint Tuhan?
Artikel terkait: Will You Marry Me?
Last modified: Jun 13