“…kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”
Ibrani 12:14
Tuhan memanggil kita untuk hidup kudus karena Ia kudus (Imamat 19:2). Namun, seberapa seriusnya kita mengupayakan kekudusan dalam hidup kita? Bahkan, adakalanya kita tidak percaya bahwa kita mampu hidup kudus.
Buku The Pursuit of Holiness membahas dengan sangat mendalam tentang kekudusan yang Tuhan rancangkan untuk anak-anakNya. Kita mampu untuk hidup kudus. Namun, kita tidak dapat hidup kudus hanya melalui usaha kita saja. Inilah yang seringkali membuat orang menyerah di tengah jalan dan tidak lagi mengejar kekudusan.
Ilustrasi di dalam buku ini menggambarkan usaha mengejar kekudusan dengan sangat tepat:
Seorang petani membajak sawahnya, menabur benih, memupuk serta memeliharanya. Sementara ia melakukan pekerjaannya, ia menyadari bahwa pada akhirnya ia harus bergantung kepada kekuatan di luar dirinya. Ia tahu bahwa ia tidak bisa menumbuhkan benih yang ditaburnya. Ia juga tidak bisa menurunkan hujan dan sinar matahari. Untuk memanen hasil yang baik, ia harus bergantung kepada hal-hal yang berasal dari Allah.
Meskipun begitu, petani itu tahu bahwa ia harus melakukan tanggung jawabnya. Ia harus rajin membajak, menanam, memupuk, dan memelihara. Jika tidak, ia tidak bisa berharap memanen hasil di akhir musim.
Sesungguhnya, ia sedang bekerja sama dengan Allah. Petani tidak dapat melakukan apa yang harus Allah lakukan, dan Allah tidak akan melakukan apa yang harus dilakukan oleh petani itu.
Mengapa Hidup Kudus Terasa Begitu Sulit?
Setiap pagi, waktu saat teduh, kita kerap tertusuk oleh firman dan mengambil keputusan untuk meninggalkan dosa. Namun, tak jarang kita gagal hanya beberapa jam setelahnya. Bahkan, ujian sering datang tepat setelah kita menutup Alkitab.
Jika Tuhan merancang orang-orang Kristen untuk hidup kudus, mengapa kita begitu sulit meraihnya? Jawaban atas pertanyaan ini dapat dikelompokkan menjadi tiga masalah mendasar.
Masalah pertama kita adalah sikap kita terhadap dosa yang lebih berpusat kepada diri sendiri daripada Allah. Kita lebih peduli pada “kemenangan” kita atas dosa daripada kenyataan bahwa dosa menyedihkan hati Allah. Jika kita tidak dapat menoleransi kegagalan dan pergumulan, itu karena orientasi kita adalah kesuksesan. Bukan karena kita tahu bahwa dosa tidak menyenangkan hati Allah.
Allah ingin kita berjalan di dalam ketaatan – bukan kemenangan. Ketaatan berorientasi kepada Allah. Kemenangan berorientasi kepada diri sendiri.
Masalah kedua adalah kita salah memahami makna “hidup oleh iman” (Galatia 2:20). Kita kira untuk mengejar kekudusan, kita tidak perlu berusaha. Kita harus menghadapi kenyataan bahwa kita mempunyai tanggung jawab pribadi dalam perjalanan kekudusan kita. Seperti kisah petani tadi, ada bagian yang hanya dapat dikerjakan oleh kita.
Masalah ketiga adalah kita tidak serius memandang dosa. Tanpa sadar kita mengelompokkan dosa ke dalam beberapa kategori. Ada dosa yang tidak dapat diterima, dan ada dosa yang dapat sedikit ditolerir. Mungkin kita pikir hanya sedikit kompromi. Mungkin kita pikir tak mungkin ada orang yang bisa sepenuhnya tidak berdosa. Kita telah meremehkan dosa dan bahkan mungkin sedikit “memeliharanya.”
Apakah kita bersedia menyebut dosa sebagai “dosa”? Bukan berdasarkan besar-kecilnya, tetapi karena Allah membencinya? Jika kita mau hidup kudus, kita harus menganggap semua dosa sama.
Peran Kita dan Peran Allah
Hidup kudus bukanlah cara untuk meraih keselamatan. Keselamatan adalah karunia Tuhan. Tetapi, sama seperti semua hal di dalam hidup, ada tanggung jawab yang harus kita kerjakan.
Seperti apa tanggung jawab yang harus kita kerjakan untuk hidup kudus? Kita takkan dapat benar-benar memahaminya sampai kita memahami kekudusan Tuhan. Saat kita menyadari kekudusan Tuhan, kita akan mulai melihat kekudusan yang harus kita kerjakan. Kita bisa menjadi kudus dalam tubuh, dalam roh, dan juga dalam iman. Kita bisa melatih disiplin pribadi dan kebiasaan-kebiasaan kita untuk hidup dalam kekudusan.
Buku ini akan memperlengkapi kita untuk mulai mengerjakan bagian-bagian kita dalam hidup kudus. Sambil bersandar kepada bagian-bagian Allah yang hanya dapat dikerjakan oleh-Nya. Mengejar kekudusan adalah sesuatu yang harus selalu kita upayakan dalam kehidupan kita.
–
Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official
Artikel terkait: Kasih yang Terbesar
Video inspirasi:
Last modified: Jul 25