Apakah Anda sungguh mengerti arti mengampuni?
“Jika kamu mengatakan sudah memaafkan seseorang, tapi kamu menyimpan amarah, maka kamu tidak mengerti arti mengampuni sebenarnya.” Ini adalah pernyataan Steve Harvey pada sebuah program Straight Talk miliknya. Kata-kata ini membuat saya tertusuk.
Dulu saya berpikir bahwa saya sudah mengerti arti mengampuni. Namun, waktu saya mendengar pernyataan tersebut, saya tersentak dan jadi berpikir, “jangan-jangan selama ini, saya belum benar-benar mengampuni”.
[adrotate banner =”4″]
Bisa jadi banyak orang juga salah paham tentang ini. Mereka pikir, mereka sudah memaafkan, tapi selalu menghindar atau tidak ingin bertemu. Kalau bertemu, masih ada rasa kesal dan marah. Hati tidak tenang, belum ada rasa lega, dan bahkan mungkin masih ada kepura-puraan saat ketemu orang itu.
Kalau masih ada perasaan seperti itu, mungkin Anda belum benar-benar memaafkan.
Berikut 3 prinsip Alkitab yang bisa membantu kamu untuk mengampuni:
1. Mengampuni Adalah Perintah Tuhan

“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” – Lukas 17:3-4
Ini adalah perintah Yesus secara langsung kepada murid-murid-Nya. Sekalipun kita tahu bahwa memaafkan itu tidak mudah, tapi Tuhan bilang kita harus mengampuni. Berapa kali? Bahkan jika orang menyakiti kita berkali-kali, kita harus memberikan pengampunan 70 x 7 kali (Matius 18:22). Kita harus memberi pengampunan yang tidak terbatas.
Meskipun ini sebuah perintah, Tuhan memberi kita kehendak bebas untuk mengambil keputusan (free will). Namun, Tuhan ingin kita mengerti apa akibatnya jika kita salah mengambil keputusan.
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” – Matius 6:14-15
Kita bisa melihat sangat jelas bahwa jika kita tidak memaafkan orang lain, Tuhan tidak memaafkan kita. Kalau Tuhan yang berdaulat atas segalanya sudah berkata demikian, tentu Dia punya otoritas penuh atas kita. Tuhan memberi kita perintah untuk memaafkan orang lain. Jadi, mari kita memaafkan orang-orang yang bersalah kepada kita.
2. Mengampuni Bukan untuk Orang Lain, tapi untuk Dirimu

Saya pernah mengalami perselisihan dengan beberapa orang. Tidak sepenuhnya salah saya, atau bahkan sama sekali bukan salah saya.
Singkat cerita, tidak lama kemudian, saya pindah kota. Meskipun sibuk, entah kenapa saya merasa tidak baik-baik saja. Setiap berdoa atau baca firman, saya seperti diingatkan terus tentang perselisihan ini. Itu sangat mengganggu saya.
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” – Matius 5:23-24
Ayat ini menegur saya untuk membereskan hati saya dan juga hati orang-orang tersebut, yang mungkin kecewa juga. Karena satu dan lain hal saya tidak bisa menyelesaikannya melalui telepon, saya bertekad untuk menemui orang-orang itu. Setelah berdamai, saya merasa lega, seolah ada beban yang hilang dari pundak saya.
Kadang kita bisa berpikir, “Ah dia yang salah, kenapa mesti saya yang minta maaf.” Kalau kita yang lebih dahulu minta maaf, rasanya pride kita turun. Tapi, mana yang lebih baik buat kita, menyimpan “rasa tidak enak itu” selamanya, atau pergi berdamai dan merasa lega?
Mengampuni baik buat kita. Diampuni atau tidak, melepaskan pengampunan akan memberikan kelegaan. Yang paling penting, kita benar di hadapan Tuhan. Kita tidak harus “main petak umpet” ketika melihat wajah orang itu. Kita hidup tanpa beban, dan melihat orang di sekeliling kita adalah teman, bukan musuh.
Secara medis, rasa benci dan dendam bisa mengganggu kesehatan fisik dan mental. Jadi, kalau kita memaafkan, kita bisa sehat secara fisik dan mental.
Ketika Anda merasa berat untuk memaafkan, ingat pengampunan itu bukan buat orang lain, tapi untuk kita. Lagipula, kalau tidak memaafkan, bukannya lebih berat?
3. Stop Buat Alasan, Ampuni Sekarang!

“Kamu gak tau sih sakitnya hatiku!”
“Perbuatannya udah kelewatan, gak bisa dimaafkan”
“Dia gak layak dimaafkan, dari dulu orangnya emang ngeselin”
“Aku paling gak bisa diginiin, di rumahku gak ada yang berani buat aku marah”
Sering mendengar atau bahkan melontarkan alasan-alasan di atas? Iya, memang perasaan Anda tidak salah. Tapi, mana yang benar, ikuti perasaan Anda atau firman Tuhan? Di poin 1 sudah ditegaskan, mengampuni adalah perintah Tuhan dan wajib hukumnya.
Kalau kita mengaku sebagai pengikut Yesus dan mengasihi-Nya, kita harus memprioritaskan perintah Tuhan di atas perasaan kita. Karena kebenaran firman Tuhanlah yang absolut. Jadi, stop buat alasan dan mulai mengampuni!
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” – Kolose 3:13
Tuhan saja tidak memakai alasan mengampuni kita. Tuhan tidak katakan:
“Dosamu terlalu banyak, Aku bosan memberikan pengampunan.”
“Katanya, gak mau jatuh dosa lagi, eh ternyata jatuh lagi.”
Tuhan saja tidak banyak alasan dalam mengampuni kita, lalu mengapa kita banyak alasan dalam mengampuni orang lain? Padahal mungkin, dosa mereka kepada kita tak sebesar dosa kita kepada Tuhan.
Setelah membaca artikel ini, coba evaluasi diri, apakah Anda sudah benar-benar mengampuni? Jika belum dan Anda masih merasa sulit, ingatlah 3 hal ini. Mengampuni adalah Perintah Tuhan, bukan pilihan. Kita harus mengampuni satu sama lain. Pengampunan juga bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri kita sendiri. Last but not the least, stop buat alasan dan mulailah mengampuni!
Yuk, saling memaafkan dan buat dunia tempat yang lebih indah!
–
Related Articles:
- 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Memaafkan Secepatnya
- Sulitnya Mengampuni Orang Terdekat
- Memberi Kesempatan Kedua Kepada Sesama
- 3 Respon yang Benar terhadap Keselamatan
- Sudah Saatnya Kita Menjadi Kristen yang Dewasa
–
[adrotate banner =”13″]
–
[adrotate banner =”11″]
Last modified: Sep 18
