Written by gery 7:25 am Biblical Talk, Devotionals, Quite Time & Pray, Spiritual Life

Kelemahlembutan: Tetap Tahan Diri Meski Kesabaran Tipis-Tipis

kelemahlembutan - gereja gkdi - cover

Kelemahlembutan sering dianggap sebagai kelemahan.

Ya, ‘kan? Siapa yang mau lemah lembut dianggap mudah diinjak-injak. Lebih baik marah-marah, perjuangkan hak. Supaya terlihat gagah berani.

Sebaliknya, Alkitab berkata bahwa lemah lembut itu adalah tanda kita memiliki Roh Kudus (Galatia 5:23). Kita yang mau mengikut Yesus harus lemah lembut, apapun yang terjadi. Ketika kesabaran sudah setipis-tipisnya, bagaimana kita dapat tetap gentle?

[adrotate banner=”4″]

Apa itu Kelemahlembutan?

kelemahlembutan - gereja gkdi - 1

Kelemahlembutan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan diri dengan sabar dan rendah hati, meskipun kita benar-benar ingin marah atau frustrasi.

Ini adalah sikap hati yang tunduk pada kehendak Tuhan, mengutamakan damai daripada amarah, dan menghindari balas dendam. Kelemahlembutan bukan tanda kelemahan, melainkan cerminan kekuatan yang tenang dan terkendali, sebagaimana diajarkan oleh Yesus.

Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi” (Matius 5:5). Ini menunjukkan bahwa kelemahlembutan adalah jalan menuju kebahagiaan dan berkat yang sejati. Orang yang lemah lembut memiliki ketenangan batin, yang membuat mereka mampu menghadapi situasi yang sulit tanpa kehilangan kendali atas diri mereka.

Musa, Pemimpin yang Gentle

Salah satu tokoh Alkitab yang sering dikaitkan dengan kelemahlembutan adalah Musa.

Dalam Bilangan 12:3, Musa digambarkan sebagai “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” Meskipun Musa adalah pemimpin besar yang memimpin bangsa Israel, ia tidak pernah memaksakan kehendaknya. Apalagi dengan kasar, marah-marah.

Bahkan ketika menghadapi pemberontakan dari bangsanya sendiri, Musa seringkali memilih untuk berdoa dan menyerahkan masalah tersebut kepada Tuhan. 

Contoh nyata dari kelemahlembutan Musa dapat dilihat ketika saudaranya, Harun dan Miryam, mengkritik kepemimpinannya. Alih-alih membalas dengan marah, Musa tetap tenang dan membiarkan Tuhan yang membela dirinya (Bilangan 12:1-15).

Keputusan Musa untuk tidak membalas kritikan menunjukkan sifat lembut yang luar biasa, yang menghasilkan pembelaan dan keadilan dari Tuhan sendiri.

[adrotate banner=”15″]

Langkah-Langkah untuk Mengembangkan Kelemahlembutan

kelemahlembutan - gereja gkdi - 2

Meskipun mungkin tampak sulit untuk selalu bersikap lemah lembut, ada beberapa langkah praktis yang dapat kita ambil untuk mengembangkan kelemahlembutan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa caranya.

1. Mengingat Teladan Tuhan Yesus 

Yesus adalah teladan utama dalam hal lembut. Dia menunjukkan kelemahlembutan dalam berbagai situasi, termasuk ketika Dia difitnah, dianiaya, dan disalibkan. 

Dalam Matius 11:29, Yesus mengundang kita untuk belajar dari-Nya: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Dengan selalu mengingat teladan Yesus, kita dapat lebih mudah menjaga sikap lembut dalam setiap situasi.

2. Mengendalikan Amarah

Salah satu musuh terbesar dari kelemahlembutan adalah amarah. Dalam Yakobus 1:19-20, kita diberitahu untuk “cepat mendengar, lambat berkata-kata, dan lambat untuk marah, sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Mengendalikan amarah adalah kunci untuk tetap tenang dalam menghadapi situasi yang menantang. Ini berarti mengambil waktu sejenak untuk berpikir sebelum bereaksi, dan tidak membiarkan emosi negatif menguasai diri.

3. Minta Bimbingan Roh Kudus

Kelemahlembutan adalah buah Roh, dan oleh karena itu, kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk mengembangkannya dalam hidup kita. Berdoalah agar Roh Kudus membimbing kita dalam setiap situasi yang membutuhkan kelembutan.

Dengan meminta bimbingan-Nya, kita dapat belajar untuk menanggapi setiap tantangan dengan sikap yang penuh kasih dan pengendalian diri.

4. Belajar Mengampuni

Orang yang lemah lembut tidak memendam dendam. Mereka cepat untuk mengampuni, karena mereka menyadari bahwa Tuhan juga telah mengampuni mereka (Efesus 4:32).

Dengan mempraktikkan pengampunan, kita menanggalkan beban kebencian dan kemarahan, yang memungkinkan kita untuk hidup dalam damai dan tetap lemah lembut.

5. Melatih Kerendahan Hati

Kelemahlembutan selalu disertai dengan kerendahan hati. Untuk menjadi lemah lembut, kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki, termasuk kemampuan kita untuk bertahan dalam situasi sulit, adalah anugerah dari Tuhan. 

Amsal 29:23 berkata, “Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.” Kerendahan hati adalah cara kita untuk belajar lemah lembut.

Kelemahlembutan Sebagai Cerminan Kasih Tuhan

Pada akhirnya, sifat lemah lembut adalah cerminan dari kasih Tuhan. Seperti yang tertulis dalam Kolose 3:12, kita harus hidup dalam “belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.” Ini bukanlah sesuatu yang bisa kita capai dengan kekuatan kita sendiri, melainkan melalui hubungan yang erat dengan Tuhan dan pertolongan dari Roh Kudus.

Mungkin kita kurang sabar. Mungkin ada saatnya kesabaran kita “sudah tipis-tipis”. Namun, kita bisa menjadi lembut karena kekuatan yang lahir dari ketergantungan penuh pada Tuhan. Dan ketika kita hidup dalam kelemahlembutan, kita menjadi alat kasih Tuhan bagi dunia di sekitar kita.

Jadilah Si Paling Gentle

Siapa yang tidak suka jika punya teman yang gentle? Tidak lekas marah, tidak mudah ngambek, bisa mengendalikan diri dan tenang.

Itulah inti dari kelemahlembutan. Apapun yang terjadi, kita tetap bertindak tanpa marah atau emosi, tetapi penuh penguasaan diri.

Sudahkah kita minta kepada Tuhan, agar kita bisa gentle?

Related articles:

[adrotate banner=”13″]

[adrotate banner=”11″]

(Visited 1,047 times, 1 visits today)

Last modified: Sep 12

Close