
“Single itu pilihan. Jomblo itu nasib.”
Itu tulisan yang saya baca di kaus seorang teman sepelayanan. Sablonnya rapi, dengan font jelas dan komposisi warna tepat, membuat tulisan itu seakan menghipnotis semua mata yang melihat, termasuk mata saya. Tanpa pikir panjang, saya datangi teman saya untuk mengomentari kausnya, lantas bertanya, “Kamu yang mana?” dengan nada bercanda.
“Single, dong!” sahutnya sambil tersenyum dan menekuk lengan, menunjukkan otot-otot yang rajin dilatih.
Sambil tertawa saya jawab, “Mantap!”
Kejadian singkat tersebut membuat saya bertanya-tanya, sebenarnya apa, sih, beda single dengan jomblo? Keduanya sama-sama tidak punya pasangan / pacar, sama-sama masih sendiri dan mengharapkan pacar / pasangan, jadi apa bedanya?
Setelah mencari tahu ke sana-sini, saya menyimpulkan bahwa single dan jomblo itu berbeda. Intinya ada pada perbedaan pola pikir dan sikap hati. Single itu optimis, sementara jomblo cenderung pesimis. Single tidak merasa kesepian, tahu akan pilihannya, dan tetap trust God meski belum punya pacar / pasangan. Di sisi lain, jomblo dihantui rasa takut—takut kesepian kalau tidak dapat pacar. Merasa sumber kebahagiaannya hanya melalui pacar.
Bicara soal single tidak lepas dari proses pencarian pasangan hidup. Ibarat film, ini adegan paling menarik. Genrenya pun bisa berubah-ubah. Kadang drama, kadang aksi, kadang komedi, bahkan bisa jadi horor, hahaha. Semua tergantung pada tindakan si pemeran utama.
Lalu, bagaimana pandangan Alkitab tentang mencari pasangan? Bagaimana cara memilih pasangan yang tepat? Apa saja kriterianya? Kapan waktu yang tepat?
Saya akan berbagi apa yang menjadi keyakinan saya. Perlu saya tekankan bahwa tulisan ini ditujukan bagi para single yang serius mencari pasangan hidup. Bukan sekedar cari pacar untuk memuaskan hasrat, demi status, atau supaya diakui lingkungan, apalagi buat gaya-gayaan. Kalau itu tujuannya, saya sarankan jangan lanjut membaca, karena tulisan ini tidak akan sesuai harapan Anda. Kalau Anda masih membaca tulisan ini, saya asumsikan Anda memang serius mencari pasangan hidup.
Pacaran ala Kristen
Jangankan kata “PDKT”, Kalau kita mencari kata “pacaran” di Alkitab, saya yakin tidak ada. Percayalah! Saya sudah coba cari, kok, hehehe.
Kalau begitu, berarti orang Kristen tidak boleh pacaran?
Tenang, kita bukan kembali ke zaman Siti Nurbaya, kok.
Menurut Wikipedia, “Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.” Artinya, tujuan akhir pacaran adalah pernikahan. Tentu, bukan pernikahan yang amburadul, yang bertengkar setiap hari atau dingin tanpa kasih mesra. Saya yakin kita menginginkan pernikahan yang damai, mesra, harmonis, dan menjadi berkat bagi orang lain.
Lebih dalam lagi, 1 Petrus 3:7 mengatakan:
“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.”
Menurut ayat di atas, pernikahan adalah sarana pewarisan kasih karunia, alias keselamatan, alias Surga. Jadi, nggak mungkin, dong, kita asal pilih pasangan hidup?
Lalu, langkah-langkah apa yang harus dilakukan supaya suatu hari kita bisa memiliki pernikahan yang Alkitabiah? Apa saja filter yang kita terapkan saat PDKT?
Prinsip dunia vs prinsip Tuhan
Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah memisahkan prinsip dunia dengan prinsip Tuhan.
“Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.”
“Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.”
(2 Ptr 2:20-21)
Prinsip Tuhan adalah kekudusan, sementara prinsip dunia adalah hawa nafsu, pemenuhan ego, dan kecemaran-kecemaran lain. Sangat bertolak belakang. Sebagai seorang Kristen (saya menyebutnya Pengikut Kristus) kita harus mengutamakan prinsip Tuhan dan meninggalkan prinsip dunia. Jadikan prinsip Tuhan sebagai dasar / pondasi hidup, supaya langkah, cara pikir, serta cara kita memandang hubungan selaras dengan-Nya. Singkat kata, kita satu frekuensi dengan Tuhan.
Kenapa ini penting? Karena tidak mungkin menggabungkan frekuensi dunia dengan frekuensi Tuhan. Sangat tidak mungkin mengabdi kepada dua tuan.
Pastikan Dia Kehendak Tuhan (PDKT)
Setiap pertengahan minggu, saya biasa ngopi bareng dengan sekelompok teman. Kami menceritakan kabar masing-masing dan mendiskusikan aneka topik, mulai dari hobi, politik, film, hingga topik paling seru sepanjang masa, yaitu gebetan. Kami menyebutnya “favorit”. Kurang lebih begini percakapan saya dengan salah satu teman:
Saya: “Btw, siapa favorit lu sekarang?”
Teman: “Nggak ada.” Sambil senyam-senyum.
Teman saya ini tipe orang yang mesti dikorek-korek dulu baru mau bicara. Harus diperlakukan seperti mata-mata negara yang tertangkap. Diinterogasi dengan ancaman, tapi yang bersifat rohani.
“Kalau nggak ngaku, kita doain nggak ada beneran, lho. Kita doain jadi single forever,” ancam saya beserta teman-teman lain.
“Iya, ada. Si … (menyebut sebuah nama),” akunya, entah karena takut ancaman atau memang sebenarnya kepingin cerita tapi gengsi.
Saya tanya lagi, “Emang lu kenal? Udah sering ngobrol?”
Dia jawab, “Belum, sih.”
Makin penasaran, kali ini saya lempar pertanyaan lebih dalam. “Memangnya apa yang bikin lu suka sama dia?”
Jawabnya, “Hm, apa ya … Suka aja, sih. Kelihatan kalem dan cantik.”
Bagi saya, kriteria teman saya itu sah-sah saja. Kita semua punya kriteria pasangan ideal, dari segi penampilan, latar belakang keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Namun, apakah hal itu cukup sebagai landasan kuat menuju hubungan yang lebih serius? Apakah Anda benar-benar mengenal gebetan Anda saat PDKT? Atau, jangan-jangan Anda ‘membeli kucing dalam karung’?
Tahap pencarian kecocokan adalah tahap paling penting sebelum membangun hubungan serius atau memutuskan pacaran—biasa disebut PDKT (pendekatan). Ada pendapat bahwa hubungan akan lebih awet kalau PDKT-nya lama. Artinya, dalam fase PDKT kita perlu betul-betul mengenal siapa gebetan kita. Kalau zaman dulu, istilahnya tahu “Bobot, Bibit, Bebet” si gebetan.
Di zaman now, saya pakai istilah kekinian, yaitu PDKT. Bukan singkatan dari pendekatan, tapi “Pastikan Dia Kehendak Tuhan”. Keren, kan? Saya sudah membuktikannya dan melihat pasangan-pasangan yang diberkati Tuhan dengan luar biasa melalui cara ini.
Kenapa harus kehendak Tuhan?
Alasannya sederhana. Karena hanya rancangan Tuhan yang membawa kepada damai sejahtera dan masa depan penuh harapan (Yer 29:11).
Contoh rancangan manusia misalnya, “Carilah pasangan yang kaya.” Bukan berarti pasangan kita tidak boleh kaya, lho. Namun, cukup sering saya melihat / mendengar orang kaya yang pernikahannya berantakan, bahkan sampai bercerai.
Lantas, bagaimana cara mengetahui apakah sang gebetan sesuai kehendak Tuhan atau tidak?
Jawabannya: carilah pasangan yang rohaniah.
Terus, apa saja ciri orang yang rohani? Apakah yang rajin ke gereja? Yang terlibat banyak pelayanan? Yang kelihatannya baik? Atau mungkin, yang ramah dan jago berteman?
Kriteria pasangan rohani
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)
Sesuai ayat di atas, orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh Tuhan (rohani), akan menghasilkan tiga hal yaitu kekuatan, kasih dan ketertiban. Mari kita bahas satu-persatu.
Kekuatan
Kekuatan di sini bukan mengenai otot, tapi tentang keyakinan akan Firman Tuhan. Tahan uji terhadap segala macam pencobaan dan tekanan hidup.
Ambillah teladan Yesus yang dicobai iblis saat berpuasa. Yesus punya kekuatan dan kuasa untuk menjawab tantangan iblis. Dia bisa saja pamer kekuatan, tapi tidak melakukannya. Dan, inilah kekuatan sesungguhnya, yaitu menolak apa yang tidak sesuai kehendak Bapa.
Contoh lain adalah Daud yang memiliki kesempatan untuk membunuh Saul, tapi tidak melakukannya (1 Sam 24).
Dalam kehidupan sehari-hari, keyakinan kita selalu dihadapkan pada ujian. Diawali saat bangun pagi: seberapa kuat kita bertekun melakukan saat teduh, atau justru takluk pada dorongan mengecek akun-akun sosmed? Apakah kita berani bersikap jujur di tengah lingkungan yang tidak jujur? Apakah kita tetap setia, tidak malu dan tidak takut bersaksi tentang Tuhan, walaupun beresiko dianggap aneh oleh orang lain?
Kekuatan berbicara tentang seberapa besar kesediaan kita untuk patuh dan dibimbing/dibentuk oleh firman Tuhan.
Kasih
Kasih merupakan ciri khas Pengikut Kristus. Definisi kasih tertulis di 1 Korintus 13:4-8.
Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih yang tulus tidak melihat rupa. Mudah untuk mengasihi orang yang baik atau menguntungkan kita, tapi kita pasti pikir-pikir dulu untuk mengasihi orang yang menyakiti kita. Jangankan yang jahat, kita mungkin sulit mengasihi mereka yang berbeda suku bangsa dan warna kulit.
Kasih itu aktif, peka terhadap kebutuhan orang lain, dan diwujudkan dalam tindakan. Gampang saja mengatakan, “Kasihan, ya, dia,” atau, “Dia butuh bantuan.” Namun, relakah kita meluangkan waktu untuk menemani dan mendengarkan keluh-kesah orang tersebut? Untuk memberi bantuan atau nasihat, serta mendoakannya?
“Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:35)
Ketertiban (Disiplin)
Tidak ada manusia yang sempurna. Betul, saya sependapat. Namun, bukan berarti ketidaksempurnaan itu menjadi alasan untuk tidak melakukan apa-apa.
Mari lihat sosok L.M. Zohri, juara dunia lari 100 meter U-20 asal Indonesia. Nama Zohri menjadi sangat viral setelah menjadi pelari Indonesia pertama yang menjuarai lomba lari internasional. Padahal, sewaktu bayi, Zohri pasti sama dengan saya dan Anda: sama-sama tidak bisa lari. Yang membedakannya hingga menjadi pelari tingkat dunia adalah kedisiplinan/ketertibannya melatih diri.
1 Timotius 4:8 mengatakan: “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.”
Saya mengajak Anda mengingat kembali resolusi-resolusi rohani awal tahun Anda. Kita pasti semangat saat menyusunnya. Apakah hari ini kita masih konsisten mengejar pertumbuhan itu dengan semangat yang sama?
Bertumbuh secara rohani ibarat mendaki gunung. Perjalanannya tidak melulu berupa tanjakan (baca: semangat), tetapi juga ada turunan (baca: lemah rohani). Dengan konsisten melangkah, pada satu titik kita akan menemukan bahwa kita berada di level lebih tinggi dari sebelumnya—yang jika dilanjutkan, akan memungkinkan kita mencapai puncak (sempurna).
Kedisiplinan bukanlah tentang perjalanan yang mulus, tetapi tentang kemampuan kita untuk bangkit kembali meski terjatuh berkali-kali.
Pastikan Anda juga pasangan ideal bagi gebetan
Jadi, cukup mudah kan, mengetahui apakah gebetan kita termasuk sosok rohaniah atau tidak? Lihat saja cara hidupnya. Kalau memenuhi tiga kriteria PDKT di atas, saya sarankan kepada Anda, “Lanjutkan!” Kalau belum, berarti Anda harus, “Kerja, kerja, kerja!” Dengan kata lain, membantu gebetan Anda menjadi sosok rohaniah terlebih dahulu.
Namun, sebelum ‘lanjut’ atau ‘kerja’, ada satu hal penting yang perlu Anda lakukan. Pastikan Anda sudah menjadi orang yang tepat bagi gebetan Anda. Dalam pernikahan pertama di Alkitab (Kej 2:18), Allah menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan bagi Adam. (Menurut KBBI, sepadan berarti mempunyai nilai yang sama; sebanding; seimbang; berpatutan). Cukup adil, bukan? Anda dan gebetan harus merasakan hal yang sama sewaktu mendapatkan pasangan yang sesuai kehendak Tuhan.
Nah, semoga kiat-kiat PDKT di atas bisa membantu Anda mencari pasangan yang sesuai kehendak Tuhan. Saya berharap Anda dapat menambahkan kriteria-kriteria lain seiring perjalanan Anda mempelajari firman. Saya doakan semoga Tuhan segera menjawab doa Anda, mempertemukan Anda dengan orang yang tepat. Amin!
Artikel ini diedit dari juara favorit kategori singles (RBG Dodik Yudistira Pola) dalam “GKDI Writers Day 2018“.
Gereja GKDI memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di 35 kota. Jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi melalui WhatsApp 0821 2285 8686 berikut.
Nikmati playlist lagu rohani kami di link berikut: http://bit.ly/gkdi-music
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website : https://gkdi.org
Facebook : https://www.facebook.com/GKDIOfficial/
Instagram : https://www.instagram.com/gkdiofficial/
Blog : https://gkdi.org/blog/
Youtube : https://bit.ly/yt-gkdi
Whatsapp : https://bit.ly/gkdi-wa
Video Musik:
Last modified: Jul 7