Alkisah seorang penjual buku tertekan karena angka penjualannya begitu rendah. Ia heran melihat rekannya Boy (sebut saja begitu) yang gagap tapi penjualannya selalu bagus.
Merasa perlu belajar dari Boy, penjual ini pun bertanya apa strategi jitunya.
Dengan polos, Boy menjelaskan, “A-aku cu … cuma ta-ta-nya pada pe-pembeli, ‘A … ap-pakah mau beli b-buku ini atau s-ssaya ba … bacakan?’” Singkat cerita, para calon pembeli memilih untuk membeli bukunya saja daripada dibacakan oleh Boy.
Ilustrasi humor di atas bukan dimaksudkan untuk mengolok-olok mereka yang memiliki kekurangan wicara. Sebaliknya, cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa terkadang kelemahan bisa menjadi kekuatan.
Musa berkali-kali menolak panggilan Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dengan alasan tidak pandai bicara, berat lidah, berat mulut (Keluaran 4:10). Namun, apakah itu menjadi masalah di kemudian hari? Tidak, sejarah justru mencatat hebatnya kepemimpinan Musa dan betapa istimewanya ia di mata Tuhan.
Apakah saat ini Anda merasa tidak percaya diri karena kelemahan yang Anda miliki? Apakah itu membuat Anda ragu bahwa Anda sanggup melakukan sesuatu yang dipercayakan kepada Anda?
Mari belajar cara mengatasi keraguan dan rasa rendah diri dari kisah Musa.
Musa, From Zero to Hero
Ketika Tuhan memilihnya, Musa sangat tidak percaya diri dengan keadaannya. Dia seorang buronan yang melarikan diri ke tanah Midian (Keluaran 2:11-22) di mana ia kemudian bertemu dengan calon istrinya. Musa lalu bekerja sebagai gembala atas domba-domba mertuanya. Puluhan tahun lamanya, Musa, yang dulu dibesarkan di istana, harus bergelut di padang rumput seharian.
Siapa sangka, Tuhan mengutusnya untuk sebuah pekerjaan besar: membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Di pundak Musa, diletakkan masa depan sebuah bangsa.
Tentu saja, tidak siap menerima tugas sebesar itu. Ia mencoba bernegosiasi dengan Tuhan.Musa bertanya tentang identitas Tuhan, lalu meminta tanda atau mukjizat sebagai bukti pengutusannya (Keluaran 3:1-14, Keluaran 4:1-9).
Setelah itu, Musa mempermasalahkan kemampuan bicaranya yang buruk.
Lalu kata Musa kepada TUHAN: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.” – Keluaran 4:10
Tuhan sabar menghadapi penolakan Musa. Dia berjanji menyertai lidah Musa dan mengajarinya apa yang harus disampaikan. Namun, Musa terus berkelit dan meminta Tuhan mengutus orang lain saja (Keluaran 4:11-17).
Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara ….” – Keluaran 4:14a
Akh janji-Nya, Tuhan senantiasa menyertai mereka.
Saat kehausan, mereka tidak bisa minum karena airnya pahit (Keluaran 15:22-27), tetapi melalui Musa, Tuhan memberi jalan keluar. Dalam pelarian, ketika mereka terjebak antara laut dan tentara Mesir, Tuhan memberikan pertolongan-Nya lewat Musa (Keluaran 14:15-31). Untuk menyampaikan hukum dan aturan-Nya kepada bangsa Israel, Tuhan berbicara lewat Musa (Keluaran 24:12).
Allah mampu membuat seorang pelarian yang tidak percaya diri menjadi sosok yang besar di mata orang Israel.
Jangan Biarkan Putus Asa Menjatuhkan Anda ke dalam Dosa
Sebagai manusia yang memiliki batas kesabaran, Musa juga bisa kesal dan kewalahan menghadapi bangsa Israel. Mereka bersungut-sungut memberontak, dan menyalahkan Musa, rindu pada tanah Mesir, berkali-kali melupakan Tuhan dan berpaling pada Allah lain. Semua itu membuat Musa putus asa dan ingin mati saja.
“Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja …” – Bilangan 11:14-15a
Musa berduka melihat kebebalan bangsa Israel. Sikap mereka yang tidak sabaran telah memancing kemarahan Musa, sehingga ia jatuh ke dalam dosa. Tuhan menyuruh Musa bicara kepada bukit batu agar mengeluarkan air untuk diminum, tetapi Musa justru memukul batu itu dua kali dengan tongkatnya (Bilangan 20:2-13). Kesalahan yang tampaknya sepele itu membuat Tuhan marah dan menghukum Musa.
Kelemahan yang Disempurnakan
Jadi, bagaimana cara memandang kelemahan agar kita tidak terjebak rasa kurang percaya diri?
1. Ingat Bagaimana Keadaanmu Ketika Dipanggil
Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. – 1 Korintus 1:26
Di bawah gemblengan Tuhan, seorang pelarian dan gembala yang minder karena tak pandai bicara, menjelma menjadi nabi dan pemimpin yang gagah berani. Dari bukan siapa-siapa, Musa menjadi seseorang yang luar biasa.
Seiring perjalanan spiritual kita bersama Tuhan, perubahan apa saja yang sudah kita alami? Mungkin pola pikir dan karakter kita semakin baik; mungkin juga, kita mengalami perbaikan taraf hidup atau hubungan yang dipulihkan.
Jika keadaan Anda sekarang jauh lebih baik, bahkan terpandang di mata dunia, puji Tuhan! Jaga diri Anda dari rasa tinggi hati, dan jangan pernah lupakan bagaimana keadaan Anda sewaktu dipanggil oleh Tuhan. Ingatlah betapa indahnya ketika metamorfosis kehidupan kita membuat nama Tuhan dimasyhurkan.
2. Cukuplah Kasih Karunia-Ku Bagimu
Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. – 1 Korintus 1:26
Sejatinya tidak ada pribadi yang sempurna di muka bumi. Hal-hal besar yang dilakukan Musa bagi Tuhan memang tak tertandingi (Ulangan 34:10-12), tetapi ia punya kekurangan dalam hal wicara.
Pastilah mudah bagi Tuhan untuk menghilangkan kelemahan Musa, tetapi tidak Dia lakukan. Tuhan ingin Musa bersandar kepada-Nya, sebab dalam kelemahanlah, kuasa-Nya menjadi sempurna.
Dan, meski secara fisik Musa tidak pernah sampai ke tanah perjanjian (Keluaran 20:12), bukan berarti itu mengurangi kasih Allah kepadanya. Terbukti beberapa abad kemudian, saat Yesus mengalami transfigurasi di atas gunung, Musa adalah salah seorang tokoh yang datang kepada-Nya (Markus 9:4).
Jika saat ini Anda masih bergelut dengan rasa kurang percaya diri, percayakan diri Anda kepada Allah dan geser fokus Anda—dari kelemahan yang merugikan menuju kelemahan yang akan disempurnakan Allah.
Terlepas dari semua kelemahan dan ketidaksempurnaan yang kita miliki, kita harus terus bertumbuh dan berproses ke arah yang lebih baik. Kasih karunia Tuhanlah yang akan menyempurnakan kita. Kelemahan kita adalah sarana kebesaran Tuhan, jalan yang menghubungkan kita dengan kasih karunia-Nya. Amin.
Masih banyak kisah hidup Musa yang bisa menjadi teladan bagi kita. Apakah Anda sedang bergumul mengatasi karakter temperamental atau hati yang keras? Yuk, baca Musa – Bagian 2 – Dari Pangeran Temperamental Menjadi Gembala Berhati Lembut.
–
Related Articles:
- Musa – Bagian 2 Dari Pangeran Temperamental Menjadi Gembala Berhati Lembut
- Meraih Kembali Rasa Percaya Diri yang Hilang
- Kasih yang Radikal: Mengasihi Musuh
- Lemah Rohani: Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya
- “Tuhan, Saya Punya Masalah Besar!” – Ketika Putus Asa Melanda
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Dec 21