Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan kata “gembira” dan “sukacita” secara bergantian, seolah-olah keduanya memiliki arti yang sama. Katakanlah, kita merasakan sesuatu yang menyenangkan: diterima bekerja, dapat cuan, mendapat pasangan hidup, atau happy setelah menonton konser atau jalan-jalan.
Akan tetapi, jika kita pandang sesuai Alkitab, kedua kata ini ternyata berbeda. Gembira dan sukacita ternyata bisa memengaruhi hidup rohani kita. Bagaimana caranya?
[adrotate banner=”4″]
Apa Itu Gembira? Apa Itu Sukacita?

Gembira seringkali diartikan sebagai perasaan senang yang muncul karena kejadian atau situasi tertentu. Ini adalah emosi yang sementara dan bisa berubah tergantung pada kondisi eksternal.
Katakanlah, Anda baru saja menonton konser. Anda merasa senang, karena menyaksikan musisi idola Anda. Namun, sepulangnya dari situ, Anda kehilangan kunci mobil Anda. Kesenangan yang Anda rasakan tiba-tiba berganti menjadi kepanikan.
[adrotate banner=”15″]
Ironisnya, inilah yang lebih sering kita cari. Rasa senang sementara, yang bisa tiba-tiba hilang.
Sementara itu, sukacita terasa lebih dalam dan bersifat spiritual. Sukacita merupakan buah dari Roh Kudus, seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22, “Tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera…“. Jadi jelas, sukacita bukan berasal dari dunia. Melainkan karena kuasa Roh Kudus.
Kita bersukacita bukan hanya karena sesuatu yang baik. Sukacita timbul karena adanya Tuhan yang menguasai diri kita, sehingga dalam segala situasi, segala keadaan, ada rasa damai yang melingkupi.
Contohnya seperti Paulus pada 2 Korintus 4:7-9, Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
Membedakan Sukacita dan Gembira

Bagaimana membedakan gembira dan sukacita? Lihatlah 3 hal berikut.
Sumbernya
Gembira sering kali bersumber dari faktor eksternal, seperti keberhasilan, pujian, atau hadiah. Sebaliknya, sukacita berasal dari dalam, dari hubungan yang mendalam dengan Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam Nehemia 8:11, “… sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu.”
Ketahanannya
Gembira bisa datang dan pergi dengan cepat, bergantung pada perubahan situasi. Sukacita bisa bertahan, bahkan di tengah kesulitan atau penderitaan. Ini dikarenakan oleh sumbernya yang berbeda. Kegembiraan tahan sebentar saja; sukacita bisa berlangsung lebih lama.
Dalam Yakobus 1:2 tertulis, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu sukacita, jika kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan…” Bahkan di tengah-tengah situasi yang sulit pun, sukacita akan tetap ada.
Dampaknya
Gembira dapat memberikan kebahagiaan sementara tetapi sering kali dangkal. Sukacita, di sisi lain, memberikan kedamaian dan kekuatan batin yang mendalam, membantu kita melewati tantangan dengan iman dan keteguhan hati.
Pilihlah Sukacita
Kita bisa merasakan gembira karena berbagai alasan, tetapi sukacita yang sejati ditemukan dalam relasi kita dengan Kristus. Gembira mungkin datang dan pergi, tetapi sukacita kekal abadi, menembus batas-batas situasi kita.
Jadi, tanyakan pada diri Anda: “Apakah saya hanya merasakan gembira yang sementara, atau sukacita yang berakar dalam Kristus?” Mari kita cari sukacita yang sejati dalam perjalanan iman kita.
–
Related articles:
- Membandingkan Diri, Si Pencuri Sukacita
- Bagaimana Menemukan Rasa Damai di Dunia yang Serbacepat?
- Daniel di Gua Singa: Hadapi Tantangan Iman di Tempat Kerja
- Hati-Hati! 4 Hal ini Bukan Sumber Hidup Bahagia yang Sejati
- Resep Rahasia Sukacita Sejati
–
[adrotate banner=”13″]
–
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Aug 1