Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah kasih dan cinta. Namun, banyak orang yang mungkin tidak menyadari bahwa keduanya memiliki perbedaan yang cukup tajam.
Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan antara kasih dan cinta, serta bagaimana Alkitab memandang kedua hal ini. Mari kita lihat bagaimana kita dapat menerapkan keduanya dalam kebenaran.
[adrotate banner=”4″]
Cinta: Gairah dan Keinginan Memiliki
Cinta sering kali dikaitkan dengan perasaan yang mendalam dan intens terhadap seseorang. Ketika kita berbicara tentang cinta, kita mungkin memikirkan rasa kagum, gairah, dan keinginan memiliki. Cinta bisa sangat kuat sehingga membuat kita rela melakukan apa saja demi orang yang kita cintai.
Alkitab menggambarkan cinta dalam beberapa bentuk, salah satunya adalah eros, yang merujuk pada cinta romantis dan penuh gairah. Eros adalah cinta yang didasarkan pada hasrat dan ketertarikan fisik.
Namun, cinta jenis ini juga bisa bersifat egois. Kidung Agung 8:6 mengatakan, “karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati…” Karena perasaan manusia bisa begitu kuat, apalagi bersangkutan dengan memiliki orang lain.
Kita percaya bahwa eros diciptakan Tuhan, dan bahwa tujuan Tuhan adalah sangat baik, yakni agar manusia dapat berketurunan (Kejadian 1:28). Namun, kita juga harus hati-hati dalam menyalurkannya. Jika tidak dikendalikan, eros bisa mengarahkan kita kepada perzinahan dalam hati (Matius 6:28).
Kasih: Memberi, Menyayangi, Menjaga

Kasih, di sisi lain, memiliki makna yang lebih dalam dan mulia. Ia berbicara tentang tindakan pengorbanan, kebaikan, dan perhatian tanpa syarat. Pendeknya, bagaimana memberi dan membahagiakan orang lain.
Arti mengasihi adalah memberi tanpa mengharapkan balasan, menyayangi tanpa syarat, dan menjaga dengan tulus. Seperti orang tua kepada anaknya, seperti seorang kakak dengan adiknya.
Alkitab mengajarkan bahwa kasih adalah inti dari hukum Tuhan. Dalam Matius 22:37-39, Yesus berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
[adrotate banner=”15″]
Berkebalikan dengan eros yang kita bahas di atas, yang diutamakan adalah agape. Agape identik dengan karakter Tuhan yang berkorban, mengasihi tanpa syarat, bahkan rela memberikan nyawa. Ia tetap ada, meski tak mendapat balasan.
Inilah cara Tuhan mengasihi kita. Tanpa syarat, tanpa tedeng aling-aling.
Bagaimana Kita Menerapkan Cinta dan Kasih dalam Kebenaran?

Kita percaya bahwa baik kasih dan cinta adalah karunia Tuhan yang luar biasa. Nah, sekarang bagaimana kita menerapkan keduanya sesuai kehendak Tuhan?
Menjadikan Kasih sebagai Dasar Hubungan: Kita harus menjadikan kasih sebagai dasar dalam semua hubungan kita, baik dengan Tuhan maupun dengan sesama. Dengan demikian, kita dapat memberikan yang terbaik untuk orang lain tanpa harus selalu berharap balasan.
Mengendalikan Cinta dengan Hikmat: Meskipun cinta adalah perasaan yang kuat, kita harus mengendalikannya dengan hikmat dan tidak membiarkannya menguasai hidup kita. Tidak melulu egois, tidak melulu ingin memiliki, tetapi juga ingin memberi dan melayani.
Mengasihi Seperti Kristus Mengasihi: Tuhan Yesus memberikan teladan yang sempurna. Ia mengasihi tanpa pamrih, berkorban bagi kita semua, bahkan ketika kita masih berdosa (Roma 5:8). Dengan demikian, kita pun wajib mengikuti teladan Yesus dalam mengasihi.
Menghidupi Kasih dalam Perbuatan: Kasih bukan hanya kata-kata atau perasaan, tetapi juga tindakan. Dalam 1 Yohanes 3:18, kita diingatkan, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.“
Mengasihi Seperti Yesus
Tuhan memberikan keduanya bagi kita, sehingga hidup ini bisa menjadi indah. Terlebih jika kita mengikuti teladan Yesus dalam mengasihi – mengasihi dalam kebenaran.
Sekarang, keputusan ada di tangan kita. Akankah kita mengasihi dan mencintai dalam kebenaran? Sudahkah kita mengasihi seperti Kristus? Sudahkah orang-orang melihat bahwa kasih Allah hidup dalam diri kita?
Marilah kita mengasihi, karena Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi kita.
Related articles:
- Friendship Evangelism: Efektif Beritakan Injil Dengan Bersahabat
- 3 Komitmen untuk Membangun Hubungan Persahabatan yang Tidak Terpisahkan
- Kepedulian, Kasih, dan Pengampunan dalam Surat Filemon
- Sulitnya Mengampuni Orang Terdekat
–
[adrotate banner=”13″]
–
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Sep 3
