Mazmur 1 merupakan sebuah kontras.
Ketika kita membacanya, terlihat jelas: kebahagiaan orang benar, dan kehancuran bagi orang fasik. Dari sudut pandang dunia, ini saja sudah aneh.
Bagaimana tidak? Orang yang benar belum tentu mujur, orang yang jahat belum tentu sial. Apa maksud dari kebahagiaan yang dimaksud dalam Mazmur 1 ini?
Pula, bagaimana hidup benar dapat membantu kita berbahagia?
[adrotate banner=”4″]
Apa Maksud dari ‘Bahagia’ di Mazmur 1 Ini?

Kata yang diterjemahkan ‘berbahagialah’ dalam pasal ini adalah esher. Esher berarti ‘lurus’, ‘benar’.
Berarti, mereka yang berbahagia adalah mereka yang hidupnya lurus atau berkenan di hadapan Tuhan. Bukan berlimpah secara materi, bukan yang sudah mencapai impiannya, atau mendapatkan apa yang ia inginkan. Melainkan orang yang hidup benar menurut Allah.
Tentu tidak ada yang salah dengan mencapai impian atau berlimpah secara materi. Namun, di sini, kita melihat bahwa berbahagia adalah karena menaati firman Allah.
Bukan raja, bukan bangsawan, bukan pedagang. Siapa saja yang menaati firman Allah adalah orang yang berbahagia.
Deskripsi Orang Benar dalam Mazmur 1
Sekarang, mari kita kupas pasal ini satu per satu.
Tidak Berjalan Menurut Nasihat Orang Fasik
Mazmur 1:1a menyatakan, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik…”
Suka atau tidak, hidup ini terlalu berat untuk dijalani sendirian, kawan. Oleh karena itu, memiliki teman yang membangun akan sangat membantu.
Akan tetapi, teman macam apa? Teman kita memberi nasihat yang godly atau membangun? Atau, teman yang malah ngajakin kita bergosip dan membawa kita ke jalan yang salah?
[adrotate banner=”15″]
Siapa teman kita, akan memengaruhi kita. Dengan siapa kita bergaul, akan membentuk diri kita. Tidak heran, dalam 1 Korintus 15:33 dikatakan, “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Juga Amsal 13:20 berkata, “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.”
Bukankah kita akan berbahagia, jika kita memiliki teman-teman yang tepat?
Tidak Berdiri di Jalan Orang Berdosa
Mazmur 1:1b kemudian berbunyi, “yang tidak berdiri di jalan orang berdosa…”
Kata “jalan” di dalam konteks ini berarti prinsip, cara hidup, atau tujuan. Apa yang dituju oleh orang berdosa, sudah tentu berbeda dengan orang benar.
Bagaimana membedakan jalan orang benar dan jalan orang berdosa? Ibrani 4:12 berkata bahwa firman Allah itu “hidup dan kuat” sehingga mampu “membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Ujilah dengan firman Tuhan.
Ujilah apapun yang kita dengar, kita tonton, atau kita lihat. Tidak semua nasihat atau tips baik untuk kita. Pilihlah apa yang menyenangkan Tuhan.
Menyukai dan Merenungkan Taurat Tuhan

Sekarang, mari kita lihat Mazmur 1:3, “tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”
Apa yang kita dapatkan dengan merenungkan firman Tuhan? Hubungan yang dekat dan kokoh dengan-Nya. Kita mendapat sukacita, apapun keadaan kita, dengan damai sejahtera, kekuatan, dan penghiburan.
Tidak salah jika Mazmur 19:8 berkata, “Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.”
Bagaimana dengan Orang Fasik?
Tentu tidak berhenti di situ. Ayat 4-5 mengatakan, “Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar.”
Orang fasik – yang adalah kebalikan dari ciri-ciri di atas – mungkin terlihat sukses, makmur, berkelimpahan, tetapi yang hidupnya tidak benar. Mungkin mereka korupsi, pemarah, suka membalas dendam, egois, tidak mau ikut aturan, suka gosip, hidup dalam percabulan dan perzinahan, dll. Sekilas, hidupnya terlihat enak. Akan tetapi, kita percaya bahwa cerita mereka tidak berhenti di sini.
Ketika nanti kita berhadapan dengan penghakiman, mereka yang tidak taat kepada Tuhan akan mengalami hukuman. Tak peduli apapun keadaan mereka di dunia.
Pula, jika Tuhan mengizinkan, orang fasik akan menghadapi penghakiman selagi di dunia ini.
Terakhir, Mazmur 1:6 memberi penutup, “Sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.”
Orang benar dan orang fasik bisa jadi siapa saja, termasuk kita. Ketika kita tidak lagi hidup di jalan yang benar, ketika kita memilih untuk melakukan dosa padahal kita tahu apa yang benar, kita sudah memilih menjadi orang fasik. Tuhan tahu betul kapan kita benar, kapan kita fasik. Sudahkah kita memilih untuk jadi orang benar?
Berbahagia Karena Taat
Mazmur 1 ini mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu memperhatikan jalan hidup kita. Ia tahu, apa yang kita lakukan dan pikirkan. Ia tahu, kapan kita benar, kapan kita tidak benar.
Oleh sebab itu, ketaatan terhadap firman Tuhan adalah kunci kebahagiaan kita. Janji Tuhan bisa kita percaya. Ketika Dia berkata seperti yang di bawah ini dalam Mazmur 1, kita dapat percaya, bahwa janji-Nya ya dan amin.
“Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan,
dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buahnya pada musimnya,
dan yang tidak layu daunnya;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
Saat kita memilih memiliki hubungan yang erat dengan Allah, damai sejahtera, dan kekuatan, kita adalah orang yang paling berbahagia. Kenapa? Karena Tuhan di pihak kita. Bukankah tertulis dalam Roma 8:31, “Jika Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita?”
Mari kita menjadi orang yang taat dan lihatlah berkat dan kebaikannya menyertai kita senantiasa!
Related articles:
- Tak Enak Maka Tak Taat: Bagaimana Melaksanakan Firman Tuhan Tanpa Pilih-Pilih
- 3 Hal Tentang Mengikuti Tuhan
- 10 Hukum Taurat: Kunci Hidup Bahagia dan Menyenangkan Allah (Bagian 2)
- Jangan Salah! Mencari Tuhan, Butuh 5 Sikap Ini, Nggak Nyangka!
- Taat itu Sederhana
–
[adrotate banner=”13″]
–
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Jun 19
