Raja Nebukadnezar, seorang yang terkenal dalam sejarah dan Alkitab, adalah contoh nyata dari bagaimana kekuasaan dan kesuksesan dapat mempengaruhi seseorang.
Kehidupan Nebukadnezar adalah pelajaran berharga tentang pentingnya kerendahan hati dan kebergantungan kepada Allah. Apa yang ia alami adalah pelajaran berharga bagi kita semua. Bertengger di puncak kesuksesan, tak lama kemudian ia jatuh ke bumi.
Apa sebabnya, dan apa yang bisa kita pelajari dari situ?
Raja yang Berhasil dan Berkuasa
Raja Nebukadnezar adalah pemimpin yang ambisius dan efektif, yang membangun Babel menjadi salah satu kota terindah dan paling kuat di dunia kuno. Di bawah kepemimpinannya, Babel memperluas wilayah kekuasaannya melalui kemenangan-kemenangan militer yang besar.
Salah satunya, dengan menaklukkan Yehuda pada tahun 586 sebelum masehi. Dialah raja yang membuang orang Yehuda ke pembuangan (Daniel 1:1-2).
Tak hanya itu, ia memulai proyek-proyek pembangunan yang ambisius seperti Taman Gantung Babel, yang dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia kuno. Keberhasilan Nebukadnezar dalam memajukan peradabannya tidak dapat diragukan lagi.
Kesombongan Nebukadnezar: Titik Balik
Sukses besar seringkali membawa kesombongan, dan hal ini terlihat jelas pada Nebukadnezar. Alkitab mencatat bagaimana dia pernah berjalan di atas atap istana raja di Babel dan berkata, ”Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?” (Daniel 4:30).
Dari kata-kata tersebut kita bisa membaca kesombongan. “Dengan kuasaku,” “untuk kebesaranku,” “telah kubangun.” Betapa sang raja begitu mengagungkan dirinya sendiri!
Namun, kesuksesan ibarat anggur. Memabukkan, dan membuat kita tidak menyadari bahwa kita keliru.
Hukuman dari Allah: Pohon yang Ditebang
Respons Allah terhadap kesombongan ini cepat dan tegas.
Alkitab mencatat bahwa setelah Nebukadnezar mengucapkan kata-kata itu, sebuah suara dari surga mengumumkan bahwa kekuasaannya akan diambil darinya.
Nebukadnezar mengalami gangguan mental dan diturunkan dari tahtanya, hidup seperti binatang di padang selama tujuh tahun (Daniel 4:31-33).
Sebelumnya, ia mendapat mimpi yang aneh: “Kemudian dalam penglihatan yang kudapat di tempat tidurku itu tampak seorang penjaga, seorang kudus, turun dari langit; ia berseru dengan nyaring, demikian katanya: Tebanglah pohon itu dan potonglah dahan-dahannya, gugurkanlah daun-daunnya dan hamburkanlah buah-buahnya! Biarlah binatang-binatang lari dari bawahnya dan burung-burung dari dahan-dahannya!”
Sebelumnya, Nebukadnezar bermimpi bahwa sebuah pohon ditebang. Ternyata, ini adalah lambang bahwa ia akan direndahkan, bahkan terlempar jauh dari kebesarannya.
Benar terjadi, akhirnya sang raja “dihalau” dari antara manusia dan hidup seperti binatang (ayat 33).
Pengalaman ini mengajarkan Nebukadnezar bahwa “Yang Maha Tinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.” Namun lebih lagi, kita juga belajar bahwa keberhasilan ada di tangan Tuhan.
Jika Ia mampu memberikannya, Ia juga mampu mengambilnya – dengan secepat mata.
Pemulihan dan Pengakuan Nebukadnezar
Setelah periode ujian yang berat, Nebukadnezar dipulihkan ke tahtanya dan kembali ke akal sehatnya. Kejadian ini mengubah sang raja. Alkitab mencatat pengakuannya bahwa kekuasaan Allah adalah kekal dan bahwa semua jalan-Nya adil.
“Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak” (Daniel 4:37). Demikian dikatakannya di akhir kitab Daniel pasal 4.
Sulit membayangkan apa yang akhirnya membuat sang raja mengakui kebesaran Allah. Namun, kita bisa melihat pertobatannya, dan ia mengakui Tuhan sebagai raja di atas segala raja.
Jangan Terlena dengan Kesuksesan
Cerita Nebukadnezar mengajarkan kita pentingnya kerendahan hati, terutama dalam kesuksesan.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak peduli seberapa besar kekuasaan atau kesuksesan yang mungkin kita miliki, kita harus selalu mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan bahwa Dia adalah sumber segala kekuatan dan keberhasilan. Sebagai orang percaya, kita harus berusaha untuk tidak sombong dan selalu bergantung kepada kehendak dan bimbingan Allah dalam segala hal.
Kehidupan Nebukadnezar menunjukkan bahwa tidak ada yang terlalu besar atau kuat untuk di luar jangkauan hukum dan kasih Allah. Melalui naik turunnya Nebukadnezar, kita diajak untuk selalu berhati-hati dengan kesuksesan yang kita capai, agar kita tetap rendah hati dan mengandalkan Allah.
Related articles:
- Daniel di Gua Singa: Hadapi Tantangan Iman di Tempat Kerja
- Teladan Para Raja yang Takut akan Allah
- Yohanes Pembaptis: Teladan Keberanian dalam Penginjilan
- Nabi Yeremia: Beriman di Tengah Penderitaan
- Musa – Bagian 1 Percaya Diri di Dalam Kelemahan
–
Yuk, baca top artikel kami:
Muda & Gaul di Mata Tuhan: Bagaimana Caranya?
Seperti Apa Ibadah yang Sejati dan Berkenan kepada Allah?
Mazmur 91: Jika Tuhan Melindungi, Mengapa Musibah Tetap Menimpa?
Teladan dari 3 Wanita Hebat dalam Alkitab
Menjadi Orang Kristen yang Punya Integritas
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: May 24