[adrotate banner=”4″]
Pernah bertemu dengan orang rendah hati? Senang rasanya punya teman seperti itu. Tidak mudah marah, murah senyum, dan tidak egois adalah ciri-cirinya. Bahkan, raut wajah mereka tampak berbeda. Seolah ada kedamaian dan ketulusan yang terpancar.
Sampai muncul pertanyaan di dalam hati saya. Apakah rendah hati hanya sampai di situ? Cukupkah hanya menjadi tidak sombong dan egois? Atau masih jauh lebih dalam lagi?

Apakah Saya Rendah Hati?
Menurut KBBI, rendah hati adalah sikap tidak sombong dan tidak angkuh.
Orang yang tidak sombong atau angkuh suka menyapa dan menghormati orang lain. Tidak mementingkan diri sendiri, bersikap merendah, tanpa keinginan untuk lebih hebat dari sesamanya.
Sebelumnya, saya merasa memiliki sikap-sikap tersebut. Jika demikian halnya, saya termasuk orang yang rendah hati, tetapi benarkah demikian? Suatu pengalaman akhirnya mengajarkan saya tentang rendah hati yang sebenarnya.
Begini ceritanya. Saya bekerja membantu usaha toko kakak perempuan saya. Sudah bertahun-tahun kami bekerja sama, jadi hubungan kami cukup erat. Pada suatu hari, terjadi kesalahpahaman antara kami berdua. Saya merasa tidak senang, dan pikiran negatif pun muncul. Akibatnya, hubungan kerja kami pun memburuk. Saya sempat berpikir untuk tidak membantunya lagi.
Akan tetapi, di saat itulah saya merasa hati saya tidak beres. Saya memelihara rasa jengkel terhadap sang kakak. Meski saya tetap bekerja, rasa jengkel itu terus mengikuti. Kejengkelan itu saya biarkan dan tak mau berubah.
Di situlah saya tersadar. Sikap saya yang jengkel dan tidak mau mengampuni membuat saya tidak rendah hati. Menjadi rendah hati bukan hanya tidak sombong atau merendahkan orang lain, tetapi juga mau mengakui kesalahan dan berubah.
Rendah Hati dalam 3 Langkah
Butuh waktu bagi saya untuk menyadari hal ini. Memang tidak mudah, tetapi akhirnya saya tinggalkan kekerasan hati saya dan bertobat. Hasilnya, saya pun mampu untuk membantu kakak saya dengan sukacita, tanpa dengki dan jengkel.
Bagaimana saya bisa berubah? Menyadari tiga hal berikut membantu saya untuk rendah hati.
1. Tidak Merasa Diri Lebih Tinggi

Sebagai manusia, kadang kita merasa lebih hebat daripada orang lain. Kita merasa lebih tahu, lebih bijak, lebih segala-galanya.
Sebaliknya, Tuhan Yesus menunjukkan sikap yang berbeda. Dia adalah Tuhan empunya segala-galanya. Namun, Dia rela mengosongkan status kekuasaan-Nya, dan membiarkan diri dihina dan disalibkan. Semua dilakukan-Nya demi mengasihi kita semua.
Hal yang berbeda justru ditunjukkan oleh Tuhan kita, Yesus Kristus. Meski Ia adalah Tuhan pencipta dan pemilik segalanya, Ia malah merendahkan diri, melepaskan kekuasaan-Nya, dan rela dihina dan disalibkan. Jika Tuhan kita saja rela untuk rendah hati, mengapa kita sebagai manusia tidak?
Filipi 2:6-7 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Ketika kita mengikuti teladan Yesus, kita mampu untuk mengakui kesalahan dan kekurangan. Ujungnya, kita pun akan mudah untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
2. Tidak Keras Hati dan Segera Berubah

Terkadang, kita sulit menyadari ketika berbuat salah. Atau, kita menyadari perbuatan itu tidak baik, namun sulit untuk berubah. Saya dahulu memang seperti itu.
Kembali ke permasalahan saya dengan kakak. Ketika saya bertengkar dengannya, sulit rasanya untuk berubah. Rasanya saya ingin agar dia tahu apa rasanya disakiti. Namun, setelah sedikit merenung, saya menyadari tak ada gunanya bersikap seperti ini. Perlahan, saya mencoba berubah dan bersikap benar. Kesadaran itulah yang akhirnya menuntun saya untuk bertobat.
Amsal 28:14 Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan Tuhan, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.
Mampu dan mau berubah sesegera mungkin akan menghindarkan kita dari banyak masalah.
Itulah yang Tuhan kehendaki. Caranya, kita perlu melihat dan bercermin apakah pilihan sikap kita benar di hadapan Allah.
3. Selesaikan Masalah Secepatnya

Mendendam dan memendam masalah adalah tanda tidak rendah hati. Ini mencerminkan ketidakmampuan untuk mengampuni, dan membiarkan dendam menguasai diri kita.
Apa kata Alkitab tentang hal ini?
Matius 5:23-24, Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di atas mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
Dari ayat di atas, kita belajar untuk segera menyelesaikan masalah. Mengapa? Kita belajar untuk mengampuni, dan mengampuni butuh kerendahan hati.
Saat ada masalah personal dengan seseorang, pastikan hati anda tetap benar. Jangan menjadi negatif dan menghakimi orang tersebut. Ajak orang itu bicara empat mata, lalu sampaikan apa yang Anda rasakan dengan penuh kasih.
Memastikan keadaan hati yang benar adalah langkah tepat untuk memiliki sikap rendah hati.
–
Menjadi rendah hati memang bukan hal yang mudah. Diperlukan penyangkalan diri dan mau mendengar nasihat orang lain. Rendah hati sesungguhnya adalah sikap menyadari kesalahan, mau melihat kehendak Tuhan, dan segera berubah.
Saya percaya setiap kita bisa menjadi pribadi yang rendah hati. Kita akan menjadi pribadi yang menghargai orang lain. Kita akan berbahagia melakukan pekerjaan dan tanggung jawab. Mengapa? Karena kita melakukan semua itu untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan kita.
Related Articles:
- 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Memaafkan Secepatnya
- Rendah Diri vs Rendah Hati: Bagaimana Melihat Batasannya?
- Batas Tipis Antara Sombong Rohani dan Benar di Mata Tuhan
- Hati Seperti Apa yang Tuhan Inginkan?
- Kepahitan dan Kelicikan: Dua Bahaya yang Mengintai Hati
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Jul 14
