Surat Filemon adalah salah satu surat terpendek dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi, pelajaran yang bisa kita ambil sangatlah dalam. Malah, dengan mempelajari surat ini, kita belajar lagi arti menjadi orang Kristen: kepedulian, kasih, dan pengampunan.
Mari kita kupas surat Filemon dengan mendalam.
[adrotate banner= “4”]
Latar Belakang: Filemon dan Onesimus

Filemon adalah seorang kaya dari jemaat Kolose yang kemudian menjadi orang Kristen. Ada jemaat beribadah di rumahnya (Filemon 1:2). Sebelumnya, ia memiliki seorang budak bernama Onesimus, yang melarikan diri. Bisa dibayangkan, Filemon pasti kesal bukan kepalang terhadap Onesimus.
Apa alasannya? Hukum pada masa itu memberikan kuasa penuh atas budak kepada pemiliknya. Ini berarti pemilik budak boleh melakukan apa saja kepada budak, termasuk menghukum mati. Budak yang tertangkap pasti akan dikembalikan kepada tuannya. Nasib Onesimus tentu terancam.
Beruntungnya, Onesimus bertemu dengan Paulus, dan menjadi seorang Kristen. Mengetahui hubungan Onesimus dan tuannya, dan bahwa Filemon adalah kawan Paulus, Paulus pun berniat untuk mendamaikan kedua orang ini.
Dari sinilah lahir surat Paulus kepada Filemon. Paulus menyerukan agar dia menerima Onesimus kembali bukan sebagai budak, tetapi sebagai saudara dalam Kristus.
Pelajaran dari Surat Filemon

Tulisan Paulus dalam surat ini sarat dengan kasih. Ketika saya membaca surat ini, saya merasa belajar banyak, terutama dalam hubungan dengan orang lain.
Berikut 3 poin menarik untuk kita renungkan.
Kasih dan Kepedulian
Paulus memulai bukan dengan perintah, melainkan dengan permintaan. “Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu” (Filemon 1:8-9). Paulus memilih pendekatan kepedulian dan kasih daripada otoritas, meskipun dia mempunyai kewenangan sebagai seorang rasul.
Dalam semua hubungan kita, kasih dan kepedulian harus kita kedepankan. Misalnya, apakah kita murni? Apakah saya berusaha untuk berkata-kata dalam kasih? Apakah saya berusaha untuk mengerti, bukan hanya dimengerti?
Pengampunan
Kemudian, Paulus menekankan pentingnya hubungan. “Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih” (Filemon 1:15-16). Ada elemen pengampunan yang kuat di sini. Onesimus mungkin telah mengecewakan Filemon, tetapi Paulus memintanya untuk menerima Onesimus kembali.
Tentu akan ada masanya kita melukai dan dilukai. Terutama oleh orang-orang yang kita sayangi. Namun, seperti Yesus sendiri memerintahkan untuk mengampuni, kita pun terpanggil untuk mengampuni, dan mengampuni lagi.
Sebagaimana Tuhan sudah mengampuni dosa-dosa kita, demikianlah kita wajib mengampuni sesama kita (Matius 18:21-35).
[adrotate banner=”15″]
Restorasi dan Rekonsiliasi
Paulus menambahkan, “Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku” (Filemon 1:17-18).
Paulus menunjukkan belas kasihan dan kepedulian tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan tindakan. Dia berusaha agar Filemon dan Onesimus dapat rekonsiliasi, bahkan menanggung kerugian Filemon dengan uangnya sendiri. Tujuannya, agar tidak ada lagi penghalang di antara mereka berdua.
Sebagai orang Kristen, hubungan-hubungan kita akan diuji. Di situlah tantangannya. Ketika ada konflik, janganlah buru-buru memutus hubungan. Akan tetapi, usahakanlah – jika mungkin – untuk rujuk dan berbaik kembali.
Pelajaran untuk Kita
Surat Filemon mengingatkan kita akan satu hal penting: kasih. Bahwa mengasihi adalah atribut dan bukti terbesar kita sebagai pengikut Kristus. Utamanya, hal ini ditunjukkan dalam hubungan kita sehari-hari: bagaimana kita menunjukkan kasih, mengampuni, dan rekonsiliasi.
Di tengah-tengah permasalahan dan tantangan yang kita hadapi, marilah kita tidak lupa untuk mempraktikkan kasih. Karena di situlah kita menemukan esensi dari apa artinya menjadi seorang pengikut Kristus.
–
Sumber:
www. britishmuseum. org/exhibitions/nero-man-behind-myth/slavery-ancient-rome
Related articles:
- Ketekunan yang Menyelamatkan: Dalami Alkitab dengan Cara Ezra
- Bagaimana Cara Mengajarkan Kasih kepada Anak?
- Kasih yang Radikal: Mengasihi Musuh
- Sulitnya Mengampuni Orang Terdekat
- 3 Tipe Manusia Berdasarkan Amsal: Yang Manakah Anda?
–
[adrotate banner=”13″]
–
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Oct 6
