“People pleaser tuh dia, semua orang mau dia senengin!” Demikian perkataan seseorang tentang temannya. Ya, People pleaser adalah sebutan orang yang mau menyenangkan semua orang, kecuali dirinya sendiri. Ia menolong semua orang, mengiyakan semua permintaan, memenuhi kebutuhan orang lain, tapi mengesampingkan dirinya sendiri.
Dari luar, sifat ini seperti kelihatan baik dan tulus. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa sifat people pleaser bukanlah sifat yang sehat?
[adrotate banner=”4″]
People Pleaser, Selalu Hidup Demi Orang Lain
People pleaser adalah mereka yang terus-menerus mencari penerimaan dan pengakuan dari orang lain. Mereka sering mengesampingkan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri demi membuat orang lain merasa baik atau nyaman. Mereka mungkin takut ditolak, dicemooh, atau ditinggalkan. Meski tampak seperti hal yang baik karena mengedepankan kebutuhan orang lain, menjadi people pleaser seringkali berdampak negatif bagi diri sendiri dan hubungan kita dengan Allah.
Bagi diri sendiri, sifat terus menyenangkan orang lain membuat orang jadi rendah diri, sulit membuat keputusan, dan sulit menentukan batasan. Ini karena ia merasa, bahwa setiap kebutuhan orang lain adalah kebutuhannya. Ia jadi tidak sadar bahwa dirinya sendiri memiliki kebutuhan, dan sifatnya yang selalu mengakomodasi orang lain membuatnya rawan dimanfaatkan atau ditipu.
Sifat menyenangkan orang juga mengganggu hubungan seseorang dengan Tuhan. Orang itu akan terobsesi untuk menyenangkan manusia lebih daripada menyenangkan Allah. Hasilnya, ia bisa saja mengkompromikan firman Tuhan. Padahal, Alkitab jelas berkata bahwa kita dipanggil untuk menyenangkan Tuhan (1 Tesalonika 2:4).
Bagaimana kita melepaskan diri dari jebakan people pleaser? Berikut 3 caranya.
Menghindari Jadi People Pleaser
Kita Dipanggil untuk Menyenangkan Allah, Bukan Manusia

Dalam Galatia 1:10, Rasul Paulus menulis, “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” Ini adalah peringatan kuat bahwa menjadi people pleaser dapat mengganggu hubungan kita dengan Tuhan. Tujuan kita adalah untuk menyenangkan Tuhan dan menjalani hidup sesuai dengan rencana dan tujuan-Nya, bukan untuk mendapatkan pengakuan manusia.
Tentu saja, bukan berarti kita tak peduli sama sekali apa kata orang. Maksudnya adalah kita mencari perkenanan Tuhan, lebih dari kesenangan manusia. Misalnya, teman-teman Anda mengajak untuk korupsi. Anda mengasihi teman-teman Anda, namun Anda menolak karena Anda tahu, tindakan itu tidak menyenangkan Tuhan.
Kebenaran Tuhan Lebih Penting dari Pendapat Manusia

Yesus sendiri adalah contoh sempurna tentang bagaimana tidak menjadi people pleaser. Ia tidak takut menghadapi orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang membenci diri-Nya. Dalam Yohanes 8:29, Yesus berkata, “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”
Kita harus berani berpijak pada kebenaran Tuhan, walaupun ini mungkin tidak selalu populer atau diterima oleh orang lain. Memang ini pilihan yang sulit. Namun, mengikut Tuhan berarti memikul salib dan segala konsekuensinya. Termasuk ketika kita harus menghadapi penolakan.
[adrotate banner=”15″]
Membuat Boundaries dengan Orang Lain
Kita sudah mengerti bahwa hidup tidak melulu tentang menyenangkan orang lain. Yang berikutnya bisa kita lakukan adalah membuat boundaries, atau batasan. Ada batasnya di mana orang bisa memengaruhi kita. Tidak semua yang mereka katakan atau rasakan harus kita tanggapi, tidak semua yang mereka minta harus kita penuhi.
Salah satu wujud boundaries adalah dengan mengatakan kebenaran dalam kasih. Efesus 4:15 (versi BIMK) mengatakan, “Sebaliknya kita harus menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih, sehingga dalam segala hal kita makin lama makin menjadi sempurna seperti Kristus, yang menjadi kepala kita.” Ketika kita menyatakan kebenaran dengan kasih, kita tidak lagi taku akan penilaian orang lain; kita tahu bahwa hidup bukan untuk menyenangkan orang, tetapi menyenangkan Tuhan.
People Pleaser No, God Pleaser Yes!
Menjadi people pleaser bisa terlihat seperti suatu bentuk kerendahan hati. Namun, sebagai pengikut Yesus, kita harus memahami bahwa tujuan kita bukanlah untuk selalu menyenangkan manusia, tapi untuk memuliakan dan menyenangkan Tuhan.
Kita harus berani berdiri di atas kebenaran-Nya, walaupun itu mungkin tidak selalu populer. Juga untuk mencintai dan merawat diri sendiri, karena mengasihi diri sendiri sama pentingnya seperti mengasihi orang lain.
–
Related Articles:
- Rendah Hati, Bukan Cuma Tidak Sombong
- Tak Enak Maka Tak Taat: Bagaimana Cara Melaksanakan Firman Tuhan Tanpa Pilih-Pilih
- Jangan Anggap Remeh Sifat Egois
- Yesus Ingin Kita Menjadi Diri Sendiri
- Sudahkah Anda Memenuhi Kebutuhan Emosional Pasangan Anda?
–
[adrotate banner=”13″]
–
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Oct 27