[adrotate banner=”4″]
“Untung ada kamu ya, berkat bagi aku yang menjadi istri kamu”, ujar seorang istri kepada suaminya. Rasanya kita selaku suami sangat ingin mendengar kalimat itu. Pujian itu seolah mengangkat kita terbang setinggi awan. Kalau istri memuji seperti itu, alangkah bahagianya.
Pertanyaannya, seringkah kita mendapatkan pujian itu dari istri kita? Ataukah sebaliknya, mereka tidak merasa bahwa kita ini adalah berkat bagi mereka?
Ketika Istri Merasa Kecewa

Pernah istri saya mengatakan, “Aku kecewa sama kamu”. Saya langsung sedih mendengarnya. Dari merasa paling benar, saya menjadi merasa amat bersalah kepadanya.
Karena tidak mau sabar mendengarkan, sering saya salah mengartikan kata-kata istri. Saat istri menyampaikan perasaan dan pikirannya, saya bereaksi berlebihan. Saya merasa diserang dan disalahkan olehnya. Akibatnya, saya balas menuduh dia. Saya terburu-buru mengambil kesimpulan dan asumsi yang negatif.
Pada akhirnya istri saya meminta maaf. Akan tetapi, saya malah membalas dengan ketus, lalu mengurung diri di kamar. Tak sepatah kata pun saya ucapkan. Saya mendiamkan setiap perkataan dan pertanyaannya. Akibatnya, istri merasa kecewa terhadap saya. Baginya, sosok suami yang dewasa telah sirna, menjadi anak kecil yang tidak mengampuni.
Muncul pertanyaan dalam benak saya. Apakah saya memang suami yang mengecewakan? Karena, dari apa yang telah terjadi, saya belum menjadi berkat bagi istri saya.
Suami yang Menjadi Berkat bagi Istri
Dalam hal apa kita tidak menjadi berkat bagi istri? Jika kita tidak mampu menampilkan sikap dewasa dan tanggung jawab.
Suami seperti apakah yang diinginkan oleh istri? Yang ngambek tak karuan, mudah tersakiti, dan melempar tanggung jawab? Atau suami yang dewasa, bertanggung jawab, dan mampu mengasihi?
Oleh karena itu, yuk kita berubah sama-sama. Kira-kira bagaimana caranya agar kita menjadi berkat bagi pendamping hidup kita?
1. Suami yang Mengasihi Tuhan

Saat seorang suami mengasihi Tuhan, kita akan mampu juga mengasihi istri. Kasih kita kepada Tuhan akan memengaruhii sikap hidup kita, termasuk dalam memperlakukan pasangan..
Markus 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Mari jadikan ayat di atas sebagai keyakinan. Mengasihi dan mengutamakan Tuhan haruslah menjadi yang utama dalam hidup kita sehari-hari. Saat kita tekun berdoa, membaca Firman-Nya, mengasihi dirinya dan orang lain, kasih kita kepada istri pasti akan bertumbuh.
Sungguh suatu berkat bagi istri, jika suaminya adalah seorang yang mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh.
2. Suami yang Mengampuni

Seberapa sering kita pernah merasa sebal melihat kesalahan istri? Mungkin saja kita pernah hampir merasa putus asa menghadapinya. Bahkan, kadang muncul pemikiran: mengapa saya menikahi dia dulu?
Benarkah sikap dan pemikiran di atas? Tentu perlu diingat lagi, tidak mungkin kita dulu memilih pasangan tanpa berbagai pertimbangan. Pasti ada kelebihan istri yang telah mencuri jantung hati terdalam kita. Kalau begitu, sikap kitalah yang perlu diubah.
1 Kolose 3:13 mengatakan, sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
Apa yang Tuhan kehendaki bagi kita? Mengampuni kesalahan orang lain seperti Tuhan telah mengampuni kita. Utamanya bagi suami dan istri, pengampunan jadi lebih penting.
Saat tergoda untuk tidak mengampuni, lihatlah pengampunan Tuhan bagi umat-Nya. Jika Tuhan saja mengampuni kita, mengapa kita tidak mengampuni istri?
Saat kita dapat mengampuni kesalahan istri yang meminta maaf, dia akan merasa kita adalah berkat baginya.
3. Suami yang Dewasa dan Bertanggung Jawab

Para istri tentu mendambakan seorang suami yang dewasa dan bertanggung jawab. Artinya, mereka memerlukan sosok suami yang mampu mengendalikan diri dan emosi, serta bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.
Suami yang dewasa akan mampu dan berusaha membawa keluarganya melewati badai kehidupan. Tantangan dalam hidup tidak akan menggoyahkan dan membuatnya lari menyembunyikan diri. Di sisi lain, ada kalanya ia terbuka dan jujur akan kelemahan. Namun, suami yang dewasa akan bangkit dan berusaha menghadapinya dengan cara yang benar. Saat istri melihat ketangguhan sikap kita itu, mereka akan merasa bahwa kita adalah berkat baginya dan anak-anaknya.
Salah satu bentuk tanggung jawab kita sebagai suami adalah berupaya memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak kita.
1 Timotius 5:8 Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.
Seperti ayat di atas, peran yang telah Tuhan tempatkan dalam diri kita adalah mencari nafkah bagi keluarga kita. Mungkin karena keadaan tertentu, istri masih perlu bekerja. Akan tetapi, pertanyaannya, masihkah kita memenuhi peran pencari nafkah dengan sungguh-sungguh?
Istri siapa yang tak akan merasakan berkat, jika suaminya bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarganya?
Kita Semua Bisa Berubah

Apakah menjadi berkat bagi istri tampak sulit bagi kita? Bisa iya atau tidak, tergantung pilihan dan keputusan kita. Kabar baiknya adalah kita semua dapat berubah. Asalkan kita mau memutuskan untuk menjadi suami yang mengutamakan Tuhan dan mengasihi istri.
Berapa pun lamanya kita membina mahligai rumah tangga, masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Tidak ada kata terlambat, selama kita mau berubah.
Related Articles:
- Membangun Rumah Tangga Bahagia: Pertimbangkan 2 Hal Ini Sebelum Menikah
- Bisakah Saya Jadi Pemimpin?
- Sudah Saatnya Kita Menjadi Kristen yang Dewasa
- Cara Efektif Nyatakan Kebenaran dengan Kasih kepada Pasangan
- Kenali 4 Ciri Hubungan Tak Sehat dan Cara Mengatasinya
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Sep 19
