Selama pandemi COVID-19, terkait aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), gedung-gedung gereja tampak lengang. Ibadah dan kegiatan rohani diadakan secara daring. Tak dapat dipungkiri, situasi ini membuat sejumlah orang menjadi kurang semangat beribadah.
Kondisi tak semangat ibadah kalau tidak di dalam gedung gereja berakar dari pemikiran bahwa gereja adalah gedungnya. Lantas, apa makna gereja yang sesungguhnya? Bagaimana agar kita bisa tetap semangat dalam ibadah, melayani, mengajar, dan memuji Tuhan, terlepas dari apa pun medianya?
Arti Gereja Menurut Alkitab
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. – Matius 16:18
Kata gereja pertama kali disebutkan dalam Injil Matius pasal 16. Kata jemaat dalam ayat 18, yang dalam bahasa Inggris adalah church, diterjemahkan dari bahasa Yunani ekklesia, yang artinya “panggilan keluar.” Jadi, arti gereja tidak berhubungan dengan bangunan, tetapi orangnya. Gereja adalah orang-orang yang percaya dan mengakui Yesus sebagai Mesias, yang dipanggil keluar dari dunia oleh Tuhan.
Pemahaman salah tentang gereja dapat membentuk pola pikir jemaat menjadi layaknya konsumen, yaitu ingin dilayani, seperti kata pepatah, “Konsumen adalah raja.” Contoh pola pikir ini antara lain:
- Saya berhak mendapatkan pelayanan istimewa saat datang ke gereja.
- Saya ingin menikmati musik dan pencahayaan panggung yang menarik.
- Dan ingin mendengar khotbah yang lembut di telinga.
Ketika Anda memahami arti gereja sesuai dengan cara pandang Tuhan, pola pikir Anda akan berubah. Gereja bukanlah penyedia jasa bagi jemaat; justru, kita sebagai jemaat adalah gereja Tuhan.
Miliki Karakter-Karakter “Gereja” Tuhan
Berikut sejumlah karakter yang perlu kita miliki sebagai gereja milik Tuhan:
1. Gereja Berfokus kepada Tuhan
Anda dan saya adalah gereja Tuhan. Pertanyaannya, apakah kita datang ke gereja dengan fokus yang diarahkan kepada Tuhan atau kepada diri sendiri? Mari renungkan lewat tabel perbandingan di bawah ini:
Fokus kepada Diri Sendiri | Fokus kepada Tuhan |
“Sudah bagus saya datang, daripada enggak.” | “Saya mau datang dan kasih yang terbaik buat Tuhan” |
“Musiknya enggak oke, bikin malas nyanyi.” | “Saya mau bernyanyi dan memuji Tuhan dengan maksimal, karena pendengarnya adalah Tuhan, bukan manusia.” |
“Toh, ibadahnya online, matikan kamera video sambil tidur-tiduran di rumah enggak bakal ada yang tahu. Yang lain pasti juga gitu.” | “Saya mau nyalakan kamera video, mengenakan pakaian yang pantas dikenakan saat ke gereja offline, karena Tuhan layak mendapatkan yang terbaik.” |
“Khotbahnya bikin ngantuk. Cara bicara pendetanya enggak enak. Isinya gitu-gitu aja, membosankan.” | “Saya perlu mendengarkan khotbah dengan sungguh-sungguh, karena ini momen saya untuk mendengar apa yang Tuhan inginkan dari saya.” |
Saat kita datang kepada Tuhan, siapa yang jadi fokusnya? Tuhan? Manusia? Atau diri kita sendiri? Sudahkah kita membangun ibadah yang berkenan kepada Tuhan? Jika belum, marilah kita belajar melakukannya mulai dari sekarang.
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. – Kolose 3:23
2. Gereja Adalah Tuan Rumah
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati. – Kisah Para Rasul 2:46
Inilah gambaran gereja mula-mula. Para anggota jemaat bersama-sama membangun gereja, bukan menunggu satu pihak menyediakan, dan pihak yang lain tinggal menikmati. Disebutkan bahwa mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir, yang berarti mereka semua berperan serta. Semua anggota jemaat adalah tuan rumah.
Bagaimana sikap kita ketika kita datang ke gereja? Apakah kita berpikir bahwa kita perlu disambut dan dilayani? Atau, justru kita aktif mengambil peran sebagai bagian dari gereja untuk melayani satu sama lain?
Saat memuji Tuhan, apakah kita menunggu musik yang bagus dulu, baru kita akan bernyanyi dengan semangat? Apakah semangat beribadah kita tergantung pada musik dan nyanyian orang lain? Bukankah seharusnya kitalah yang harus bernyanyi untuk Tuhan dan saling memberi semangat lewat nyanyian kita?
–
Apa pun bentuk ibadahnya, baik luring maupun daring, kita perlu datang dengan sikap melayani, bukan dilayani. Kita bukan konsumen, melainkan tuan rumah. Saudara-saudari kita dan orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah orang-orang yang perlu kita layani. Tuhan datang untuk melayani; sudah seharusnya kita juga melakukan hal yang sama.
“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” – Markus 10:45
3. Gereja = Jemaat yang Berkomitmen dalam Pengajaran
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. – Kisah Para Rasul 2:42
Gereja adalah jemaat Tuhan yang berkomitmen untuk mengajar dan diajar. Dengan kata lain, kita perlu mengajar dan membimbing satu sama lain tentang firman Tuhan. Dan, sebagai jemaat, kita perlu punya hati yang mau diajar, diberi nasihat, dikritik, dan dididik untuk semakin serupa dengan Kristus.
Pengajaran diberikan dalam bentuk khotbah maupun kelas-kelas seperti kelas menikah, kelas parenting, kelas pendalaman Alkitab, dan lain-lain. Baik secara fisik maupun daring, sebagai bagian dari gereja Tuhan, kita perlu mengajar dan belajar, membimbing dan dibimbing. Apakah kita sudah memiliki hati yang seperti itu?
4. Gereja = Jemaat yang Berkomitmen dalam Pemuridan
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” – Matius 28:19-20
Gereja adalah kumpulan orang yang membantu sesamanya mengenal Tuhan, sesuai dengan amanat agung Yesus Kristus. Perintah ini bukan untuk pendeta saja melainkan untuk setiap murid Yesus. Kita perlu menjadikan semua bangsa murid-Nya. Setelah dimuridkan, orang-orang percaya harus terus dibimbing dan dikasihi agar dapat berfungsi sesuai peranan masing-masing.
Selama masa pandemi, kita tidak dapat melakukan pertemuan secara langsung, tetapi bukan berarti kita tidak dapat memperkenalkan orang lain kepada Kristus. Di masa pelayanan Paulus, ketika ia dipenjara dan tidak bisa bertemu langsung dengan jemaat, ia tetap melakukan pembimbingan lewat surat. Di masa kini, kita dapat memanfaatkan fitur panggilan video sebagai ganti pertemuan fisik.
–
Jadi, sebagai gereja Tuhan, masihkah kita terus melakukan bagian kita untuk memuridkan?
Gereja bukanlah gedung atau tempat yang Anda hadiri setiap minggu. Gereja bukan tempat di mana Anda bisa menikmati worship yang memukau. Bukan juga tempat yang membuat Anda semangat atau tidak. Gereja adalah orangnya. Kita adalah gereja. Dan sebagai gereja, untuk dapat terus bertumbuh, kita perlu menaruh fokus kepada Tuhan, memiliki mental tuan rumah, bukan konsumen, serta berkomitmen dalam pengajaran dan pemuridan. Keadaan pandemi sekalipun tidak boleh mengurangi fungsi gereja yang sesuai dengan design Tuhan.
Mari kita terus bersemangat untuk menjadi gereja Tuhan yang sesuai dengan desain-Nya dan untuk kemuliaan-Nya. Amin!
Related Articles:
- Empat Tips Untuk Bernyanyi dengan Lebih Percaya Diri di Gereja
- Menjadi Orang Kristen yang Punya Integritas
- Apakah Tuhan Butuh Pelayanan Kita?
- Beragama atau Bertuhan?
- “Saya Percaya Tuhan Yesus”: Bicara itu Mudah, Apa Buktinya?
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok:https://link.gkdi.org/tiktok