Sifat patuh adalah sifat yang baik tetapi sulit dilakukan. Mengapa? Karena kita cenderung mematuhi ketika kita diuntungkan. Sebaliknya, ketika kita merasa diberati, sulit bagi kita untuk patuh.
Demikian juga dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ketika perintah Tuhan terasa mudah dan menyenangkan, kita mudah untuk patuh. Namun, ketika perintah-Nya terasa berat, tentulah kepatuhan itu menjadi berat juga.
Jika kita percaya bahwa Tuhan itu baik, seharusnya tidak sulit untuk patuh kepada-Nya. Sayang, ada saatnya kita lebih percaya pikiran atau hikmat sendiri, sehingga kita malah mencari apa yang kita sukai, bukan apa yang menyenangkan Tuhan.
Yang mengejutkan, hal ini yang terjadi pada Musa.
Musa Yang Tidak Patuh
Dalam perjalanan menuju tanah perjanjian (Kanaan), bangsa Israel kehausan karena tidak terdapat sumber air. Musa bersujud meminta petunjuk dari Tuhan.
Bilangan 20:8 “Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.”
Dengan jelas, Tuhan memerintahkan agar Musa menyuruh bukit batu untuk mengeluarkan air. Hanya itu! Akan tetapi, Musa malah berbuat lain.
Bilangan 20:10-11 Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?”
Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.
Mungkin karena lelah dan marah menghadapi orang Israel, Musa memukul bukit batu itu dengan tongkatnya. Apa yang terjadi kemudian sungguh tragis.
Sekali Gagal Patuh, Satu Konsekuensi Besar
Air memang keluar dan memuaskan banyak orang. Namun, Musa harus menanggung akibat perbuatannya itu: tidak masuk ke tanah perjanjian.
Bilangan 20:12 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.”
Karena satu hal di mana ia tidak patuh, Musa tak dapat masuk ke tanah perjanjian. Tidak ada lain yang bisa ia perbuat, selain melihatnya dari kejauhan. Sungguh menyedihkan, padahal Musa sudah berbuat banyak!
Ulangan 32:52 Engkau boleh melihat negeri itu terbentang di depanmu, tetapi tidak boleh masuk ke sana, ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel.”
Karena Musa tidak mematuhi perintah Tuhan, dia tidak akan masuk ke dalam tanah perjanjian. Dia hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Sungguh sebuah hal tragis yang dialami Musa. Hanya karena ketidakpatuhannya, dia tidak bisa menikmati janji Tuhan pada bangsa Israel.
Mengapa Kita Harus Patuh akan Perintah Tuhan?
Miris rasanya membaca kisah Musa. Hanya karena ketidaktaatannya, ia gagal menikmati janji Tuhan. Dari sini kita pun belajar, bahwa menaati Tuhan sungguh penting: Ia mau supaya kita sungguh-sungguh mengikuti kita.
Namun, tentu ada alasan mengapa Tuhan menuntut kepatuhan kita. Apa saja alasan-alasan itu?
1. Perintah dan Firman Tuhan itu Baik bagi Kita
Mungkin kita pernah berpikir, perintah Tuhan itu sangat banyak dan tidak mungkin ditaati sepenuhnya. Rasanya merepotkan jika hidup selalu diatur-atur. Kita lupa bahwa segala perintah-Nya itu baik bagi kita.
Mazmur 119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Mazmur 19:8 Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.
Kita perlu mengingat kembali, Tuhan itu sangat mengasihi kita. Apakah ada gunanya jika titah-titah Tuhan hanya untuk merepotkan dan mengatur hidup kita sebagai ciptaan-Nya? Tentu maksud Tuhan bukanlah demikian.
Seperti ayat-ayat di atas, firman Tuhan adalah penuntun jalan hidup kita. Hal itu akan memberi pengertian dan hikmat untuk menjalani kehidupan ini. Kita akan diberikan kekuatan dan pengharapan. Firman-Nya akan menjadi kompas kehidupan saat kita mulai tersesat, dan menjaga kita dari godaan dan kehancuran.
Melihat bahwa firman dan perintah Tuhan adalah baik, akan memotivasi kita untuk patuh kepada Tuhan.
2.Tuhan Telah Sangat Mengasihi Kita
Sadarkah kita bahwa Tuhan telah sangat dan terus mengasihi kita? Coba kita ingat kembali, banyaknya pertolongan Tuhan dalam hidup kita. Saat berdoa meminta pasangan hidup, keturunan, pekerjaan, Tuhan menjawabnya. Andai kita merasa tak ada satu pun doa yang dijawab-Nya, benarkah Dia tidak mengasihi?
Matius 5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Seperti ayat di atas, Tuhan menerbitkan matahari dan hujan bagi setiap orang, tanpa alasan apa pun. Andai Tuhan tidak menjawab doa kita, siapa yang telah menciptakan dan memberi nafas pada kita? Siapa yang memelihara hidup kita selama pandemi Covid-19 ini? Tuhanlah yang melakukannya untuk kita.
Jika Tuhan telah mengasihi, bukankah kita akan terdorong untuk mengikuti kehendak-Nya?
Seperti anak yang bersyukur dan merasa dikasihi orang tuanya, mereka akan mudah patuh kepada mereka. Demikian pula sikap kita seharusnya dalam menghargai kasih Bapa.
Patuh pada Tuhan adalah bentuk penghargaan akan kasih Tuhan dalam hidup kita.
Patuh Kepada Tuhan, Hidup Sesuai Rancangan-Nya
Melihat betapa baiknya perintah dan Firman-Nya, sudah seharusnya kita memutuskan untuk patuh pada Tuhan. Tuhan mau melindungi kita dan mengasihi kita sungguh-sungguh, seharusnya sudah cukup memotivasi kita menaati perintah-Nya.
Tuhan senantiasa merancangkan yang terbaik. Namun, itu hanya terjadi jika kita patuh akan perintah-perintah-Nya. Maukah kita berserah, dan mengikuti-Nya, agar rencana Tuhan terjadi dalam hidup kita?
Related Articles:
- 3 Cara Menjadi Lebih Bijaksana, Berapa pun Usia Anda
- Tekun, Pilihan yang Berbuah Manis
- Sudah Saatnya Kita Menjadi Kristen yang Dewasa
- Berani, Karakter Vital bagi Pertumbuhan dan Perubahan Hidup
- Bangun Sikap Doa yang Benar lewat Teladan Para Tokoh Alkitab
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok:https://link.gkdi.org/tiktok