Written by 10:00 am Devotionals, Biblical Talk, Character, Community, Relationship, Self Development, Spiritual Life

Berbohong demi Kebaikan, Memang Boleh?

berbohong demi kebaikan - gereja gkdi - cover

Kita tahu berbohong itu buruk, tetapi bagaimana dengan berbohong demi kebaikan?

Berbohong demi kebaikan bisa dianggap berguna. Misalnya orang bertanya, “Apa kabar?” lalu dijawab, “Baik,” meskipun kenyataannya berbeda. Atau, ketika seseorang yang tidak kita sukai datang ke rumah, kita berpesan kepada anak atau pasangan untuk bilang, bahwa kita tidak di rumah. Sekilas bohong jenis ini tidak berbahaya, bahkan dianggap baik.

Namun, benarkah demikian?

[adrotate banner= “4”]

Berbohong demi Kebaikan Tidak Berbuah Kebaikan

berbohong demi kebaikan - gereja gkdi - 1

Kadangkala, orang menggunakan kata “berbohong demi kebaikan” untuk tujuan yang licik atau tidak benar. Seperti, pura-pura tidak di rumah, untuk menghindar dari penagih hutang. Padahal, hutang memang harus dibayar.

Atau, bisa juga berbohong demi kebaikan, bukan karena maksud yang jahat. Seperti menjawab, “Kabar saya baik” meskipun keadaan tidak baik-baik saja. Orang ini mungkin sedang tidak mood atau tidak ingin menceritakan apa yang dia alami kepada yang bertanya.

Tapi, kenapa sih harus berbohong? Mungkin alasannya, supaya tidak ada yang tersakiti. Apalagi dunia secara halus mengajarkan, bahwa sekali-sekali bohong itu oke saja. “Kalau berbohong demi kebaikan bisa menjaga hubungan, menghindarkan konflik, dan membuat semua orang merasa oke, memang apa salahnya?”

Sayangnya, kebohongan tetap kebohongan, demi tujuan baik sekalipun. Yang Tuhan ingikan adalah kejujuran mutlak. Di dalam Matius 5:37 tertulis, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Yes, when it’s yes. No, when it’s no. Tidak lebih tidak kurang.

Lagipula, tidak ada seorangpun yang suka dibohongi. Orang yang mendengar kebohongan jelas akan merasa tertipu jika kebohongan itu terbongkar. Bagi yang mengucapkan kebohongan, ia akan terus berbohong untuk menutupi kebohongannya. Pula, bisa saja ia merasa tertekan karena terbeban oleh dusta yang ia ucapkan.

Siapapun yang berbohong menipu dua pihak: orang lain dan dirinya sendiri. Kita perlu berkata jujur, karena kita punya Allah yang penuh kebenaran. He is the way, the truth, and the life.

[adrotate banner= “15”]

Allah yang Penuh Kebenaran

berbohong demi kebaikan - gereja gkdi - 2

Allah tidak pernah mengajarkan berbohong demi kebaikan. Kebenaran adalah sifat-Nya, dan oleh karena itu Ia tidak dapat berdusta.

Amsal 6:16-19 jelas mengatakan bahwa “lidah dusta” adalah salah satu hal yang sangat dibenci Tuhan. Lalu, Amsal 12:22 berkata, “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.”

Bahkan, salah satu dari 10 Perintah Tuhan di Keluaran 20 jelas berbunyi agar kita tidak “bersaksi dusta.” Jadi, mengikuti Allah artinya adalah hidup dan berkata dalam kebenaran. Sebagaimana Ia adalah kebenaran itu sendiri, demikian kita perlu hidup dalam kebenaran.

Dengan berbohong, kita mengikuti iblis, yang adalah “bapa segala dusta” (Yohanes 8:44). Tidak ada yang mau jadi pengikut iblis, bukan?

Bagaimana Mengatakan Kebenaran?

berbohong demi kebaikan - gereja gkdi - 3

Oleh karena itu, mari kita biasakan untuk berkata jujur. Namun, ada saatnya mengatakan kebenaran terasa sulit. Bagaimana kita dapat mengatakan kebenaran?

Berbicara Kebenaran dalam Kasih

Melakukan apapun tanpa kasih jelas tidak berguna (1 Korintus 13:1-3). Meskipun kita menyampaikan kebenaran, tanpa disertai kasih, tidak ada artinya. Itulah alasannya ucapan kita tidak hanya benar, namun harus disampaikan dengan kasih Allah.

Contoh, jika kita harus menegur seseorang. Tidak mungkin kita datang kepadanya dan membongkar semua kesalahannya. Sebaliknya, jika kita sampaikan dengan lembut kepadanya bahwa ia harus berubah, tentu orang tersebut akan mudah menerimanya.

Berbicara dengan Hikmat

Selain kasih, kita juga memerlukan hikmat. Amsal 25:11 berkata, “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” Kalau hendak berbicara, kita tahu waktu dan keadaan yang sesuai. Jangan sampai muncul konflik yang tidak perlu hanya karena kurangnya hikmat.

Kembali ke contoh menegur orang, kita tahu bahwa teguran perlu disampaikan secara empat mata (Matius 18:15) terlebih dahulu. Dengan demikian, orang tersebut merasa aman, karena kesalahannya tidak diumbar kepada publik.

Berbohong demi Kebaikan = Berbohong

Singkatnya, berbohong demi kebaikan sama halnya dengan berbohong. Tidak ada kebohongan yang berkenan kepada Allah. Allah mau kita untuk berkata-kata dengan kebenaran, kasih, dan hikmat. 

Seperti dikatakan pada Mazmur 15:2, Allah berkenan kepada orang yang “mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya.” Mari jauhkan kebohongan, dan kenakan kebenaran dalam hidup kita sehari-hari.

Related articles:

[adrotate banner= “13”]

[adrotate banner= “11”]

(Visited 6,157 times, 1 visits today)

Last modified: Sep 1

Close