Written by Gery 8:00 am Biblical Talk, Character, Devotionals, Quite Time & Pray, Self Development, Spiritual Life, Uncategorized

Lulus Atau Lolos dari Ujian Hidup? 3 Kiat Lulus Ujian Hidup

lulus - gereja gkdi - cover

Sewaktu jadi pelajar dahulu, lulus ujian adalah rasa yang paling menyenangkan. Sudah tentu, karena ujian serasa memberatkan. Saya merasa terbeban dengan begitu banyaknya soal-soal dari pelajaran yang dahulu saya lalui.

Setelah mengikuti ujian berkali-kali, saya mengamati bahwa ada dua tipe murid: yang lulus ujian, dan yang hanya lolos ujian. Tipe pertama, saya rasa, adalah mereka yang bukan sekadar belajar dan berhasil melewati ujian, tetapi berhasil mengambil ilmu dari apa yang mereka pelajari.

[adrotate banner=”4″]

Sedangkan tipe kedua, adalah mereka yang sekadar belajar untuk ujian saja, tanpa menjadikan pelajaran itu sebagai bekal dalam hidup mereka.

Ujian yang Memurnikan

Bertahun-tahun kemudian, saya menemukan paralelnya dengan hidup ini.

Kita semua, sadar atau tidak, adalah murid dari sekolah kehidupan. Ada banyak hal yang kita pelajari hari demi hari, waktu demi waktu. Suatu saat, ujian pasti akan tiba. Bagaimana kita melewati ujian tersebut, tergantung dari bagaimana kita belajar.

Pernah merasa, bahwa ada satu hal yang terus-menerus ‘mencobai’ Anda? Saya merasakannya. Ketika kabar buruk berdatangan, saya mudah panik. Kepala saya pusing, perut saya mulas. Tindakan dan keputusan saya jadi berantakan.

[adrotate banner=”15″]

Barulah setelah bertahun-tahun, saya belajar untuk tenang. Berita buruk akan berlalu – sama seperti berita baik. Yang menentukan adalah bagaimana saya menangani kejadian itu.

Saya kembali tersadar bahwa Tuhan ada di balik semua ujian itu. Yesaya 48:10 berkata, “Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan.” Tuhan mau memurnikan saya dari ketakutan dan kepanikan saya, dan mengajar saya berserah kepada-Nya.

Demikian juga kita. Pencobaan-pencobaan dan masalah-masalah yang Anda hadapi bisa jadi adalah cara Tuhan melatih dan memurnikan Anda. Dari yang mudah marah, jadi sabar. Dari yang mudah negatif, jadi mudah bersukacita. Dan begitu seterusnya.

Apa ujungnya? Anda dan saya makin dekat, dan mengasihi Tuhan kita.

Itulah makna dari lulus ujian hidup: kita mendapat pelajaran yang mengubahkan hidup kita.

Apakah Kita Belajar?

lulus - gereja gkdi - 1

Hal di atas bisa terjadi, asalkan kita belajar. 

Seperti orang-orang yang hanya lolos, bisa jadi kita melewati banyak peristiwa tanpa banyak belajar. 

Misalnya, ada seseorang yang sulit mengendalikan emosi. Ia bisa dengan mudah marah dan meledak jika situasi tak berjalan sesuai kehendaknya. Mungkin saja, ia bisa tenang. Bisa juga mengendalikan emosinya. Namun, yang tak ia sadari adalah akar dari kemarahannya itu.

Ia hanya berkutat dengan mengendalikan emosi terus-menerus, bukan menyelesaikan masalah sebenarnya. Seperti menyembuhkan gejala, bukan penyebab. Terkadang bisa saja ia tenang dan terkendali. Sampai suatu hari, ia kembali meledak marah.

Apakah ini mencerminkan kita? Adakah kita belajar dan terus bertumbuh, bukan hanya ‘lolos’ dari ujian hidup ini?

Itulah gunanya belajar. Salah satu keuntungan sekolah kehidupan adalah kita mampu terus belajar dari semua pengalaman kita. Namun, apakah kita mau belajar? Di Amsal 8:33 tertulis, “Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya.”

Saya sendiri pernah mengalaminya, bahwa saya belajar hanya untuk lulus ujian, bukan untuk memahami apa yang saya pelajari. Ini pun bisa terjadi dalam kehidupan. Saya menerima banyak pelajaran, terkadang pelajaran yang sama lagi, tanpa betul-betul memperhatikannya. Akhirnya, hidup saya tidak berubah sama sekali, hanya mengulang kesalahan yang sama.

Lihatlah Amsal 9:6, “buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.” Adakah kita membuang kebodohan dan memilih untuk belajar? 

Kiat-Kiat Lulus Ujian Hidup

Ketika kita memahami hal ini, cara kita memandang hidup akan berubah. Masalah adalah kesempatan untuk bertumbuh, sehingga kita bisa melewati ujian hidup ini.

Sekarang, apa cara-caranya agar kita dapat lulus, bukan hanya lolos?

1. Terus Belajar

lulus - gereja gkdi - 2

Hidup adalah proses yang tidak akan selesai. Ya, semua selesai saat kita meninggal, tetapi selama kita hidup, pertumbuhan dan perubahan akan terus kita alami.

Jadi, kita harus punya mental yang mau terus belajar. Orang yang suka belajar akan jauh lebih bertumbuh dibanding mereka yang benci belajar. Seperti kata Amsal 12:1, “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.”

2. Mengejar Kebijaksanaan, Bukan Hanya Pengetahuan

Kebanyakan orang belajar karena mereka mau tahu. Mau jadi pintar. Sedikit sekali orang mengejar kebijaksanaan. Menjadi pintar itu mudah; pelajari saja ilmu baru. Menjadi bijaksana berarti mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Belajar karena ingin pintar, tapi tanpa mengandalkan Tuhan, akhirnya membuat kita merasa penuh. Tidak lagi ingin mengandalkan Tuhan (1 Korintus 8:1-2). Mengapa? Karena menjadi pintar secara tidak sadar menjauhkan kita dari yang tidak pintar. Sedangkan, menjadi bijaksana, berarti kita mengalami perubahan, baik secara sifat maupun pemikiran.

Singkatnya, kebijaksanaan membuat kita berubah menjadi baru (Roma 12:1-2).

3. Dependen, Bukannya Independen dari Tuhan

Semakin kita belajar, semakin kita mengerti betapa banyaknya hal ada di luar kendali. Kita menjadi sadar, betapa kita membutuhkan Tuhan dalam setiap aspek hidup. 

Jika kita memilih independen – tidak mengandalkan Tuhan – kita akan menggunakan pemikiran dan ide sendiri dalam menjalani hidup. Akibatnya, kita bisa tersesat. Itulah mengapa firman Tuhan berkata, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).” 

Bergantung pada Tuhan membuat kita mampu melihat hidup dengan kebenaran-Nya. Sehingga, kita mampu menikmati hidup yang penuh damai sejahtera, apapun situasinya.

Belajar untuk Hidup

Bicara tentang lulus atau lolos, ada pepatah Latin yang berkata, non scolae sed vitae discimus. Bukan demi sekolah kita belajar, melainkan demi hidup itu sendiri. Jadi sudah tepat, bahwa kita belajar untuk hidup.

Demikian juga dalam kehidupan. Kita belajar sebaik-baiknya agar kita mampu menjalani hidup dengan baik, dan mengasihi Allah lebih baik lagi.

Related articles:

[adrotate banner=”13″]

[adrotate banner=”11″]

(Visited 516 times, 1 visits today)

Last modified: Feb 22

Close