Ketika berbicara tentang kemarahan Tuhan, mungkin manusia tidak dapat sepenuhnya memahaminya. Dalam pemikiran modern, kemarahan Tuhan seringkali menjadi alasan bagi orang-orang untuk mendiskreditkan Tuhan. Ayat-ayat seperti Yosua 11:11 digunakan untuk menggambarkan Tuhan yang melakukan genosida. Mengapa Tuhan harus memusnahkan seisi bumi dengan air bah pada zaman Nuh? Mengapa Ananias dan Safira mati dengan begitu mengenaskan? Jika Tuhan adalah kasih, mengapa Dia bisa begitu marah?
Dalam skala yang lebih pribadi, mungkin kita sering mengira Tuhan marah kepada kita. Saat kita sakit, doa tidak dijawab, atau kita menerima konsekuensi dari dosa, semuanya terasa seperti sebuah hukuman. Terlepas dari tepat atau tidaknya pemahaman kita tentang kemarahan Tuhan, memang ada kalanya Tuhan marah. Yesus pun marah. Namun, bagaimana seharusnya kita melihat kemarahan Tuhan?
Tuhan Marah Karena Dia Mengasihi Kita

Pada suatu hari, saya sedang mengemudi dan anak saya yang berusia lima tahun duduk di samping saya. Karena serius memperhatikan jalan, saya tidak menyadari bahwa dia sedang memegang gunting. Entah siapa yang meletakkan gunting tajam itu di mobil. Sebenarnya anak saya sudah cukup mahir memakai gunting. Namun, entah karena penasaran atau keisengan anak lima tahun, dia memasukkan gunting ke mulutnya dengan posisi seperti akan menggunting pipi.
Saat menengok, saya sangat terkejut tetapi berusaha tetap tenang. Tanpa menghentikan mobil, saya mengeluarkan gunting itu pelan-pelan dari mulutnya. Tetapi, saat gunting itu sudah keluar dari mulutnya, saya memarahinya dengan cukup keras. Kemarahan yang cukup mengagetkan anak saya. Dalam hati saya, berkecamuk berbagai perasaan. Antara lega, khawatir, takut, dan yang terutama: marah. Saya berpikir, bagaimana jika tadi saya mengerem atau melewati polisi tidur. Anak saya berada dalam bahaya!
Mungkin cara marah saya tidak dapat dibenarkan. Tetapi, kemarahan itu timbul dari kasih saya kepada anak saya. Hal terakhir yang ingin saya lihat adalah dia terluka dan celaka. Saat saya marah dengan cukup keras, hanya satu yang ada di benak saya: saya tidak ingin dia mengulanginya lagi!
Kemarahan Tuhan berasal dari kasih-Nya (Ibrani 12:5-7). Dia tidak marah sebagai seorang diktator. Dia marah sebagai orangtua yang menginginkan yang terbaik untuk anak-anak yang dikasihi-Nya. Saat mempelajari beberapa hal yang membangkitkan amarah Tuhan, kita akan semakin menyadari kasih-Nya kepada kita. Berikut adalah beberapa hal yang membuat Tuhan marah:
1. Tuhan Marah Karena Dosa

Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman (Roma 1:18).
Bayangkan sesuatu menghalangi di antara Anda dan orang yang Anda cintai. Anda tidak dapat bersatu dengannya karena penghalang itu. Saya pernah menonton film dokumenter tentang orangtua yang anaknya kecanduan obat-obatan terlarang. Anak yang dari kecil mereka sayangi berubah total. Masa depannya hancur. Begitu sering anaknya ingin sembuh dan melepaskan diri dari narkoba. Namun, sesering itu juga dia terjerumus kembali dan terjebak di bawah pengaruh obat-obatan terlarang. Bagi orangtua tersebut, narkoba memisahkan mereka dengan anaknya. Mereka sangat marah dan membenci obat-obatan terlarang itu.
Bagi Tuhan, pemisah itu adalah dosa (Yesaya 59:2). Tuhan membenci dosa karena Dia kudus. Dia menetapkan standar yang tinggi bagi kita karena Dia tahu bahwa kita bisa hidup kudus. Bukankah Dia menciptakan kita menurut gambar-Nya? Mazmur 7:11 mengatakan bahwa Allah murka “setiap saat”. Namun, Roma 1:18 di atas meyakinkan kita bahwa Dia marah kepada dosa dan kejahatan manusia, bukan kepada manusianya. Seperti orangtua pada kisah tadi, mereka membenci narkoba karena mengasihi anak mereka. Tuhan membenci dosa, bukan pendosanya. Dia mengasihi kita. Bagaimana reaksi kita tentang hal ini?
2. Tuhan Marah Karena Ketidaktaatan

Tuhan menyatakan kepada bangsa Israel bahwa cara hidup yang diberikan-Nya akan menghasilkan hidup yang baik (Ulangan 10:13). Layaknya orangtua yang bijak, Dia ingin bangsa Israel taat kepada ketetapan-ketetapanNya karena Dia menginginkan kehidupan yang penuh kasih, sukacita, dan damai untuk mereka (Ulangan 28:1-14). Tetapi, jika mereka tidak taat, mereka akan menerima hukuman dan kutuk (Ulangan 28:15-68).
Saat membaca ayat-ayat di atas, saya jadi teringat bagaimana saya memperingatkan anak-anak saya. “Adik, jangan memegang stop kontak ini ya. Kamu bisa tersetrum dan celaka. Kalau adik tidak obey, mama dan papa harus mendisiplinkan.” Tuhan ingin kita taat karena Dia tahu yang terbaik untuk kita. Dia marah sebagai orangtua yang ingin melindungi orang-orang yang dikasihi-Nya dari bahaya.
3. Tuhan Marah Karena Cemburu

Dalam pernikahan, suami-istri berjanji untuk setia kepada satu sama lain. Lalu, jika salah satu di antara mereka berpaling kepada yang lain, mungkinkah jika pasangannya tidak cemburu? Jika pasangannya mencintainya, pasti dia akan cemburu!
Alkitab sama sekali tidak malu menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan adalah Tuhan yang cemburu. Dia cemburu karena Dia mengasihi kita, dan Dia cemburu karena tahu bahwa Dia adalah satu-satuNya Tuhan. Dia tidak ingin kita menyembah sesuatu yang tidak ada atau merupakan perwujudan iblis (1 Korintus 10:20).
“Sebab itu TUHAN menunjukkan murka-Nya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang daripada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya.” (1 Raja-raja 11:9) Bayangkan perasaan Tuhan saat Salomo berpaling darinya!
Saat ini mungkin kita tidak menyembah dewa-dewa atau Allah lain. Tetapi, apakah tanpa sadar kita menyembah sesuatu selain Tuhan dalam hidup kita? Mungkin kita terlalu mencintai pekerjaan kita. Mungkin kita terlalu mengejar kesuksesan finansial? Atau mungkin ada seseorang yang terlalu kita idolakan? Tuhan tidak ingin kita menghabiskan waktu dengan semua itu karena Dia tahu, Dialah satu-satuNya yang terbaik untuk kita!
Tuhan yang Pengampun

“Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia.” (Mazmur 86:15)
Kemarahan Tuhan adalah kemarahan yang benar. Berbeda dengan kemarahan manusia yang banyak diwarnai oleh sinful nature, Dia marah sebagai Bapa yang penuh kasih dan berkuasa. Namun, seperti pada kisah anak yang hilang, Dia juga adalah Bapa yang mengampuni dengan murah hati. Yang melupakan semua pelanggaran kita dan melimpahkan kita dengan kesempatan-kesempatan baru.
Firman 1 Yohanes 1:9 menyatakannya dengan sangat jelas, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Saat kita datang kepada-Nya dan meminta ampun, Dia tidak hanya mengampuni sebagian dosa kita. Tetapi, segalanya!
Namun, kita jangan sampai keliru memahami kemarahan Tuhan dan konsekuensi alami dari dosa. Saat kita berdosa, ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Seorang pencuri harus menjalani hukumannya di balik penjara. Seorang pelaku seks bebas mungkin tidak dapat menghindar dari konsekuensi kehamilan di luar nikah atau penyakit menular seksual. Tetapi, Tuhan tidak membenci orang-orang yang berdosa. Satu hal yang diinginkan-Nya adalah agar kita bertobat dan kembali kepada-Nya.
–
Last modified: Jul 23
