Written by Lidia Kandou Sianturi 5:49 am Devotionals, Character, Marriage, Relationship, Self Development • 4 Comments

Kejujuran: Si Pahit yang Berbuah Manis

kejujuran

Kejujuran memang tak selalu menyenangkan hati dan telinga. Contohnya, suatu pagi, anak kami merajuk dan menolak sarapan bersama. Ketimbang buang waktu dengan mengomel, saya dan suami memutuskan makan duluan sambil menunggu anak menenangkan diri. Di tengah suasana kurang nyaman itu, suami saya tiba-tiba menyeletuk, “Kok, gulai ini nggak ada rasanya, ya?”

Saya terkejut mendengarnya. Rasanya ingin teriak membalas komentar suami saat itu juga. Bayangkan, saya sudah bangun pagi-pagi, memasak, mencuci, beres-beres, berjuang agar tidak terlambat ke kantor—bukannya berterima kasih, dia malah mengatai masakan saya. Saat mencicipi gulai tersebut, saya akui rasanya agak tawar. Namun, kejujuran suami telanjur membuat hati saya panas.

3 Cara Menghadapi Pahitnya Kejujuran

Saat kejujuran dari orang lain terasa menyakitkan, kita akan terdorong bersikap defensif dan marah. Berikut tiga cara agar kita dapat menyikapi kejujuran orang lain dengan baik:

1. Hindari sikap reaktif

kejujuran - gkdi 1

Setelah emosi saya mereda, kami pun bicara. Suami saya tidak salah; masakan itu memang kurang asin. Tetap saja saya membela diri, “Seharusnya Papa jangan bilang nggak ada rasa. Bilang saja kurang asin. Kan, lebih enak kedengarannya?”

“Iya, Ma,” suami menjawab sambil tersenyum. “Tapi, kurang asin itu berarti rasanya hambar, kan?”

Kita tidak suka dibohongi, tetapi di saat yang sama, tidak siap mendengar kejujuran. Kita bereaksi, menyanggah, dan membela diri untuk mematahkan pernyataan yang tidak sesuai harapan. Padahal, tanggapan saya atas komentar suami mestinya sederhana saja: cukup tambahkan garam ke gulai tersebut.

Ketika anak pulang terlambat karena pergi ke mal dengan teman, orang tua marah dan memukulnya tanpa mendengar alasannya lebih lanjut. Kita lebih lekas menghukum anak ketimbang menghargai kejujurannya. Akibatnya, lain kali anak akan berdalih terlambat pulang karena ada tugas kelompok. Anak memilih berbohong karena melihat orang tuanya justru lebih siap dibohongi.

Karena itu, tetaplah tenang dan tidak reaktif saat mendengar kejujuran dari orang lain. Selain memengaruhi sikap Anda dan situasi selanjutnya, ketenangan juga memberi dampak positif dalam interaksi Anda dengan sesama.

2. Kejujuran itu tidak mudah, maka hargailah

kejujuran - gkdi 2

Pernahkah terpikir bahwa seseorang telah melalui pergumulan sebelum bicara jujur kepada kita? Mungkin dia mencari berbagai cara untuk menyampaikan maksudnya sebaik mungkin tanpa membuat kita tersinggung. Dia berani mengambil risiko, mengalahkan ketakutan dan  keengganannya demi kebaikan kita.

Respon kita terhadap teguran akan menentukan hasil yang kita dapatkan—pertumbuhan atau justru kematian rohani. Saat pembimbing atau sahabat rohani menyampaikan teguran tentang sikap atau kebiasaan buruk kita yang perlu diubah, bagaimana respon kita?

Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. – Amsal 27:6

Amsal mengatakan lebih baik punya teman yang berani bicara jujur dan berterus terang menegur kita, ketimbang yang mendiamkan keburukan kita. Atau, teman yang tersenyum di depan tapi menjelek-jelekkan kita di belakang. Ini karena memilih diam atau bermuka dua sering kali lebih mudah daripada ‘memukul dengan maksud baik’.

Karena orang cenderung berbohong agar tidak dimarahi atau dimusuhi, maka penting sekali memberikan apresiasi pada orang yang jujur. Ucapkanlah terima kasih dan hargai kejujurannya. Anda beruntung memiliki seorang kawan yang tidak hanya jujur dalam pertemanannya, tetapi juga peduli kepada Anda.

3. Ada pelajaran dalam kejujuran, petiklah

kejujuran - gkdi 3

“Ah, berbohong demi kebaikan itu boleh-boleh saja. Jangan sampai orang lain tersinggung dengan kejujuran kita.” Ungkapan ini kerap terdengar dalam percakapan sehari-hari.  Namun, di dalam Alkitab dikatakan tidak ada bohong putih atau bohong demi kebaikan.

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” – Matius 5:37

Dengan kata lain, bohong atau dusta itu berasal dari iblis, dan memang iblis adalah bapa segala dusta (Yohanes 8:44).

Ketika guru sekolah minggu menyampaikan bahwa anak kita kurang patuh di kelas, bagaimana reaksi kita? Apakah kita menerimanya, lalu mendiskusikan hal ini dengan sikap belajar, atau justru marah pada sang guru?

“Anak saya obey di rumah dan di sekolah, kok.” Mungkin demikian pernyataan defensif kita. “Kalau anak saya tidak obey di KKK (Kerajaan Kanak-Kanak), berarti ada yang salah dengan KKK itu sendiri.”

Padahal, dengan bersikap rendah hati dan berbincang lebih lanjut dengan guru yang bersangkutan, kita bisa mendapatkan sudut pandang baru tentang parenting. Mungkin ada yang salah dengan pola asuh kita anggap paling baik, dan kita punya kesempatan memperbaikinya.

Sewaktu istri bertanya bagaimana rasa masakannya, banyak suami otomatis menjawab enak, padahal dalam hati menggerutu sebaliknya. Suami memilih berbohong untuk menyenangkan hati istri dan mencegah konflik. Akibatnya istri tidak dapat memperbaiki teknik memasaknya, dan suami juga tidak belajar berkata jujur. Seandainya suami mau jujur dengan komentarnya, besok dan seterusnya masakan sang istri pasti lebih enak lagi.

Walaupun mungkin menimbulkan sedikit gejolak, kejujuran akan membuat Anda belajar sesuatu. Kejujuran mungkin  menyakitkan, tapi ada pelajaran yang bisa diambil darinya.

Jadi, ketika kejujuran dari orang lain menyakitkan hati Anda, ingatlah tiga hal ini: Hindari bersikap reaktif, berterima kasihlah kepada orang yang jujur kepada Anda, dan miliki sikap rendah hati untuk terus belajar. Meski awalnya pahit, kejujuran yang disampaikan orang lain akan menumbuhkan buah-buah manis dalam kehidupan kita. Amin.

* Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official

 

Artikel terkait:  Sabar: Pencapaian Hebat Tanpa Saingan

Video inspirasi: 

(Visited 673 times, 1 visits today)

Last modified: Jul 21

Close