Komunitas kristen seharusnya menjadi tempat yang aman, membangun, dan menguatkan iman. Namun, tak dapat dipungkiri, iblis juga bekerja menyusup lewat hal-hal yang tampaknya kecil dan tidak mencurigakan. Salah satunya adalah modus, strategi terselubung yang terlihat sepele tapi bisa merusak hubungan, menciptakan perpecahan, bahkan melemahkan iman.
[adrotate banner=”4″]
Tidak semua kerusakan hubungan dimulai dari konflik besar. Justru, banyak relasi dalam komunitas rohani rusak karena kebiasaan-kebiasaan kecil yang dibiarkan berakar. Maka dari itu, penting bagi setiap anggota komunitas untuk memiliki kepekaan rohani dalam mengenali dan menghindari modus-modus yang tidak sehat.
[adrotate banner=”15″]
1. Modus “Aku Hanya Curhat”

Banyak orang datang dengan dalih curhat, tapi sebenarnya menyebar gosip. Mereka berbicara tentang sesama anggota komunitas dengan nada prihatin, tapi tujuan utamanya bukan mencari solusi, melainkan membangun opini negatif. Dalam Amsal 16:28 dikatakan, “Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat karib.” Modus ini tampak seperti keinginan untuk didengar, padahal sedang menabur benih perpecahan.
Kita perlu membedakan antara curhat yang sehat dan curhat yang beracun. Jika tujuan pembicaraan tidak melibatkan langkah rohani yang membangun, seperti mengajak untuk mendoakan atau mencari solusi langsung dengan orang yang bersangkutan, bisa jadi kita sedang terjebak dalam modus yang merusak.
2. Modus “Bercanda Tapi Menyakiti”

Candaan yang terlihat ringan bisa menjadi senjata yang menyakitkan. Dalam komunitas, seringkali seseorang menutupi kritik tajam atau sindiran dengan humor. Alkitab mengingatkan kita dalam Efesus 4:29, “Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun.” Modus ini bisa merusak harga diri dan menumbuhkan jarak emosional antar anggota komunitas.
Walau suasana santai penting, kita tidak boleh kehilangan sensitivitas. Ketika bercanda digunakan untuk menyindir kekurangan seseorang, itu bukan lagi humor sehat, melainkan cara halus untuk menyerang. Sebaiknya, humor dalam komunitas disertai kasih dan niat membangun, bukan menjatuhkan.
3. Modus “Aku Hanya Ingin Membantu”

Bersikap membantu memang baik, tapi jika di baliknya terselip ambisi untuk mengontrol, maka itu adalah modus. Orang seperti ini sering menawarkan bantuan namun menciptakan ketergantungan, sehingga mereka merasa berkuasa. Galatia 5:13 mengingatkan, “Jangan kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” Kita harus memastikan bantuan datang dari kasih, bukan keinginan mengendalikan.
Bentuk bantuannya pun sering tampak mulia, memberi waktu, tenaga, bahkan uang. Namun, jika kemudian bantuan tersebut diungkit-ungkit atau dijadikan alat manipulasi, kita harus waspada. Bantuan sejati tidak menuntut balasan, melainkan berasal dari kasih Kristus yang murni.
4. Modus “Kritik Terhadap Komunitas”

Kritik terhadap komunitas sering disampaikan atas nama keinginan untuk membangun. Namun bila yang dilakukan adalah membandingkan, merendahkan, atau bahkan mengajak member lain untuk membuat kelompok baru yang dianggap lebih “murni”, itu jelas modus memecah. Roma 16:17 berkata, “Aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka yang menimbulkan perpecahan dan godaan…”
Seringkali orang yang menggunakan kritik, memposisikan diri sebagai orang yang “lebih mengerti firman” atau lebih rohani dibanding yang lain. Hati-hati, karena sikap superioritas rohani adalah benih kesombongan yang bisa sangat destruktif. Kristus mengajarkan kerendahan hati dan kesatuan, bukan keangkuhan rohani.
Waspada dan Jaga Hati Kita Tetap Murni Ketika Kita Berada Dalam Komunitas

Komunitas Kristen seharusnya menjadi refleksi kasih Kristus. Namun kita perlu tetap waspada terhadap modus terselubung yang bisa merusak hubungan dan menghambat pertumbuhan rohani. Setiap kita bertanggung jawab menjaga kesatuan tubuh Kristus dengan cara rendah hati, saling terbuka, dan hidup dalam terang.
Mari kita menghidupi nasihat dari Efesus 4:3, “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.” Dengan kesadaran dan kasih, kita bisa menolak setiap modus yang merusak, dan membangun komunitas yang sehat serta menyenangkan hati Tuhan.
Karena itu, mari kita terus mengoreksi motivasi hati kita saat melayani dan berinteraksi dalam komunitas. Apakah kita terdorong oleh kasih atau keinginan tersembunyi untuk diakui? Tuhan melihat hati, dan hanya dengan ketulusan kita dapat menjaga komunitas tetap sehat, menjadi tempat pertumbuhan, bukan tempat untuk menciptakan luka.
Related Articles:
- 5 Kebohongan yang Kita Ucapkan Setiap Hari pada Diri Sendiri
- 5 Bahaya dari Sikap Manipulatif Ketika Membangun Hubungan dengan Sesama
- 3 Langkah Mengatasi Rasa Bersalah Terinspirasi dari Rasul Petrus
- Diet Rohani, Hidup Sehat Spiritual, Ini 5 Caranya!
- Toxic Relationship Berbahaya! Ini Cara Menghindarinya
–
[adrotate banner=”13″]
[adrotate banner=”11″]
Last modified: Jul 2