What You Value is What You’ll Have – Part 1

Apakah hal-hal yang Anda anggap penting dalam hidup pernikahan Anda? Apakah Anda menyadari bahwa hal-hal buruk yang hadir dalam pernikahan Anda secara tidak langsung karena Anda mengizinkannya untuk masuk? Semua itu berasal dari toleransi Anda, hal-hal apa yang Anda anggap penting akan hadir dan hal-hal yang tidak dianggap penting akan absen. Contohnya seperti ini:

  1. Kita tidak akan memberi toleransi apapun terhadap hal-hal yang akan merusak kejujuran diantara kita.
  2. Maka, kita berdua akan secara aktif melakukan hal-hal yang akan membuat nilai kejujuran tersebut tetap hadir dan bahkan bertumbuh dalam pernikahan.

Dalam 1 Samuel 26:24 versi NIV yang berbunyi, “As surely as I valued your life today, so may the Lord value my life and deliver me from all trouble.” Kata “value” yang digunakan berasal dari bahasa Ibrani yang berarti to make large, to lift up, atau to magnify.

Nilai-nilai yang dianut dalam hubungan sebuah pernikahan akan menjadi identitas dalam pernikahan tersebut. Layaknya seperti fondasi dan kerangka sebuah rumah…hal-hal ini akan membentuk seperti apa pernikahan Anda jadinya.

Nilai Terburuk dalam Sebuah Pernikahan

Berapa banyak kira-kira orang yang menikah dan berharap ingin punya kebahagiaan? Tentu sebagian besar akan menjawab seperti ini. Tetapi, tahukah Anda bahwa ini adalah nilai terburuk yang bisa Anda adopsi dalam pernikahan Anda? Mengapa demikian? Karena sebenarnya “kebahagiaan” merupakan sebuah hasil kerja keras. Pernikahan membutuhkan banyak kerja keras, titik. Kebahagiaan merupakan sebuah hasil (result), jika pasangan menikah berhasil bertumbuh dalam pekerjaan yang benar secara karakter (character work). Character work ini biasanya mendapatkan kesempatan untuk bertumbuh melalui keadaan sulit, konflik, ketakutan-ketakutan, penolakan, bahkan trauma-trauma masa lalu. Jika pasangan menikah berhasil melalui saat-saat seperti ini dan bertumbuh secara karakter, maka kebahagiaan tentu akan menjadi salah satu reward-nya.

Tetapi, bagaimana jika kebahagiaan menjadi nilai yang dianut? Bisakah Anda menerka apa yang terjadi jika momen-momen tidak bahagia yang justru menghampiri? Bisa saja pasangan tersebut menyesali keputusan untuk menikah dan mencari cara tercepat untuk memperoleh kebahagiaan yang lainnya. Apakah karakter mereka akan bertumbuh? Apakah acceptance mereka akan bertumbuh? Apakah respek mereka akan bertumbuh? Apakah kebijaksanaan mereka akan bertumbuh? Apakah relationship mereka akan bertumbuh? Tentu saja tidak!

Kebenarannya adalah bahwa ketika kita tidak merasa bahagia atau nyaman, berarti sesuatu yang bagus sedang terjadi. Mungkin Anda dan pasangan sedang dibawa pada satu titik krisis yang menuntut pertumbuhan. Kemungkinan besar krisis tersebut justru akan menjadi petunjuk mengenai hal apa saja yang salah dalam hidup Anda serta pasangan. Bila berhasil menarik pelajaran dari krisis tersebut, maka itu akan mengubahkan kehidupan pernikahan Anda.

Itulah mengapa Yakobus 1:2-4 mengatakan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaansebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Ketika Anda terbentur masalah pernikahan, kebahagiaan tidak akan hadir saat itu. Tapi pesan dari Yakobus justru menguatkan kita bahwa itu merupakan kesempatan untuk pertumbuhan yang mengubahkan hidup, sebuah kesempatan untuk memperoleh “keutuhan”, sehingga akhirnya hubungan tersebut setahap demi setahap akan semakin sempurna…sehingga kita takkan kekurangan suatu apapun.

Orang yang hanya mementingkan kebahagiaan dan bukannya pertumbuhan, dapat disamakan dengan analogi seseorang yang menabrakkan mobilnya ke pohon karena ia belum dapat mengemudi dengan benar. Tetapi, pada akhirnya yang ia lakukan adalah mengganti mobilnya dengan yang lain dan bukannya memperbaiki kemampuannya dalam mengemudi. Tentu saja, kejadian yang sama akan berulang.

Jika ketidakbahagiaan sedang menghampiri pernikahan Anda, jangan buru-buru berpikir bahwa Anda salah menikah, apalagi berpikir untuk berganti pasangan. Pemikiran seperti ini merupakan tipu daya iblis agar Anda jatuh ke dalam dosa perselingkuhan yang efeknya akan jauh lebih menyakitkan. Anda hanya perlu belajar memperbaiki cara Anda “mengemudikan” pernikahan ini.

Lantas apakah nilai-nilai yang seharusnya kita pegang sebagai pasangan menikah agar hubungan yang dimiliki bisa berdiri di atas fondasi yang kokoh? Ada 6 nilai yang dapat kita rangkum berdasarkan Alkitab, yaitu:

  1. Mengasihi Tuhan (Love of God)
  2. Mengasihi pasangan (Love of your spouse)
  3. Kejujuran (Honesty)
  4. Kesetiaan (Faithfulness)
  5. Belas kasih dan pengampunan (Compassion and forgiveness)
  6. Kekudusan (Holiness)

Masing-masing nilai ini akan dibahas dalam artikel-artikel berikutnya. Jika pada titik ini Anda setuju untuk memperjuangkan nilai yang benar, berarti Anda siap melawan apapun yang dapat menghancurkan hubungan Anda dengan pasangan. Ini adalah yang disebut sebagai kejengkelan yang benar (righteous indignation). Berikan fokus, energi, dan semua yang Anda serta pasangan miliki untuk menumbuhkan kasih kepada Tuhan, kasih kepada pasangan, kejujuran, kesetiaan, belas kasih dan pengampunan, serta kekudusan. Pada akhirnya, hal-hal ini takkan pernah mengecewakan.

*Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official