Pembedaan perlakuan terhadap pihak tertentu atau diskriminasi merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia—tak terkecuali orang-orang Kristen. Kita memberi perhatian ekstra kepada orang-orang tertentu, yang hartanya banyak, yang cantik atau tampan, yang populer dan berpengaruh. Namun, kita kesampingkan mereka yang sederhana, yang tidak menarik atau tidak terkenal.
Akibatnya, terbentuklah kubu-kubu pergaulan eksklusif yang menolak berbaur dengan kelompok lain. Jika demikian, bagaimana orang-orang dari latar belakang sederhana, yang tidak memiliki kuasa, jabatan, atau keelokan, bisa dimenangkan di dalam Tuhan?
Seperti apa seharusnya pergaulan yang menjangkau semua lapisan masyarakat agar sesama kita dapat beroleh selamat? Sudahkah cara bergaul kita memberi inspirasi, sehingga orang yang tidak mengenal Tuhan dapat melihat kemuliaan-Nya lewat diri kita?
Jangan Memandang Muka
Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. – Yakobus 2:1
Yakobus memperingatkan bahwa iman kita tidak boleh diamalkan dengan memandang muka. Dalam Alkitab terjemahan Inggris, konsep memandang muka antara lain disebut sebagai favoritism (pilih kasih) dan prejudice (prasangka). Ayat-ayat selanjutnya memberikan contoh konkret: jika kita menghormati orang yang berbusana indah, sementara yang berpakaian lusuh kita perlakukan buruk, kita telah membuat pembedaan dengan pikiran yang jahat (Yakobus 2:2-4).
Bayangkan, seandainya Tuhan kita Yesus Kristus hanya memandang penampilan luar. Karena Anda tak punya harta, tidak sukses, tidak menarik atau beken, Yesus menolak Anda—tentunya hari ini Anda takkan selamat!
Para kenalan, kerabat, dan teman Anda pun ingin selamat. Mereka ingin melihat kebenaran, ingin hidupnya diperbarui. Karenanya, dalam pemberitaan firman Tuhan, Anda tidak boleh memandang status, penampilan, harta, atau hal-hal lahiriah lainnya.
Jangan Mementingkan Diri Sendiri
Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. – 1 Korintus 10:33
Beberapa bulan yang lalu saya bertemu seorang saudari yang dulu tinggal di kota yang sama dengan saya. Ia menghampiri saya dengan gembira dan berkata, “Saya bercerita kepada para sisters di Malang mengenai sebuah hal kecil yang Kakak lakukan ketika saya pertama kali mengunjungi Jemaat Surabaya: Kakak menyapa dan mengajak saya bicara.”
“Itu adalah lollipop moment1 bagi saya,” jelasnya. “Waktu itu, hidup saya kacau. Saya telah lama meninggalkan Tuhan. Namun, sapaan Kakak membuat saya merasa diterima dan disambut hangat. Momen itu telah membawa saya begitu jauh, serta menciptakan hal-hal besar dalam hidup saya.
“Saya kembali semangat beribadah, terdorong belajar Alkitab, bertobat, dan menjadi murid Yesus. Saya bergabung dengan mission team ke Malang untuk menolong orang lain mengenal Tuhan, lalu menikah dengan pria yang cinta Tuhan. Kami dikaruniai anak yang sehat, ceria, dan taat. Adik saya telah menjadi murid Yesus, dan kini sepupu saya sedang mendalami Alkitab.
“Terima kasih, ya, Kak. Andaikan Kakak tidak menyapa saya waktu itu, mungkin saya tidak akan pernah kembali ke jalan Tuhan.”
Mendengar itu, saya merasa sangat terharu. Ternyata hal kecil yang saya lakukan telah membuat perbedaan yang besar bagi hidup orang lain.
Kita cenderung lebih senang bercakap-cakap dengan orang yang kita kenal atau akrab dengan kita. Kita lebih suka berteman dengan orang-orang yang berselera sama, sehobi, dan sepemikiran dengan kita. Setiap Minggu, kita hanya menjalin persekutuan (fellowship) dengan orang-orang yang sama, dalam zona nyaman kita.
Namun, Alkitab mengajarkan kita untuk tidak mementingkan diri sendiri, tetapi memerhatikan kepentingan orang lain supaya mereka juga beroleh selamat. Anda tidak pernah tahu bagaimana Tuhan bekerja; bisa saja teman Anda akhirnya memilih hidup kudus dan menjadi orang yang dipakai dalam Kerajaan Allah.
Menjadi Segala Sesuatu bagi Semua Orang
Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. – 1 Korintus 9:22
Semisal Anda punya teman yang hobinya berbeda dengan hobi Anda; Maukah Anda meluangkan waktu untuk melakukan hobi teman Anda agar ia tertarik mengenal kebenaran dan beroleh selamat? Atau mungkin, teman kantor Anda seorang yang menjengkelkan dan sulit dikasihi. Bisakah Anda mengasihinya, alih-alih menjauhi, menghakimi, atau menggosipkannya?
Dalam Yohanes 4:1-42 tercatat bahwa Yesus, yang sedang lelah selepas perjalanan panjang, mau menyapa dan berbincang dengan seorang wanita Samaria (golongan yang didiskriminasi kaum Yahudi). Tak hanya itu, Yesus memberitakan kabar baik mengenai air hidup kepadanya (Yohanes 4:13-15). Atas ajakan perempuan inilah, banyak orang Samaria kemudian menjadi percaya kepada Yesus (Yohanes 4:39).
Lukas 19:1-10 memaparkan bagaimana Yesus menumpang di rumah Zakheus, seorang pemungut cukai, tak peduli apa kata orang bahwa, “Ia menumpang di rumah orang berdosa (ayat 7).”
Ya, Yesus juga bergaul dengan perempuan yang kedapatan berzinah (Yohanes 8:1-11), penderita kusta (Lukas 5:12-14), para penyandang disabilitas (Matius 15:29-31), dan orang yang kerasukan setan (Lukas 8:26-39).
Sebagai pengikut Kristus, kita tidak boleh membatasi pergaulan kita di kalangan tertentu. Kita harus menjadi “segala sesuatu bagi semua orang” seperti Yesus—yang walaupun Anak Allah, mau bergaul dengan orang-orang berdosa, miskin, cacat, dan yang terbuang dari masyarakat.
Marilah kita bergaul dengan semua orang, supaya sebanyak mungkin orang dapat memuliakan Allah dan beroleh selamat!
Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. – 1 Timotius 2:3-4
–
Momen ketika hidup terasa lebih baik karena sesuatu yang dilakukan atau dikatakan seseorang kepada kita (www.ted.com/talks/drew_dudley_everyday_leadership)
–
Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official
Artikel terkait: Kasih yang Terbesar
Video inspirasi:
Last modified: Aug 2