Awal-awal menikah, mungkin Anda masih rindu dengan pasangan. Bagaimana dengan beberapa tahun kemudian?
Mungkin Anda pernah melihat meme tentang cara suami menyimpan nama istri di daftar kontak ponselnya yang kira-kira seperti ini:
Baru menikah: My Lovely Wife
1 tahun menikah: My Wife
5 tahun menikah: Home
10 tahun menikah: Kantor Pusat
20 tahun menikah: Mabes Polri
25 tahun menikah: Wrong Number
Barangkali kita tertawa atau justru kesal membacanya, tetapi meme ini adalah refleksi realitas pernikahan. Banyak pasangan mengecap manisnya rindu hanya di tahun-tahun pertama berumah tangga. Setelahnya, jangankan merasa kangen dan ingin bertemu, menerima telepon dari pasangan saja rasanya seperti diteror.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Adakah cara untuk mempertahankan rindu yang kita rasakan saat mengucap janji pernikahan di hadapan Tuhan?
Rindu Itu Bisa Menguap
Ingatkah masa-masa pacaran dulu? Tiada hari tanpa ungkapan cinta, selalu kepingin bertemu, duduk berdekatan, dan saling menceritakan keseharian masing-masing.
Namun, setelah menikah dan tinggal bersama, hal-hal di atas justru tak lagi dilakukan. Susah rasanya duduk bersama. Sulit rasanya saling menatap saat bicara. Berat rasanya untuk mengekspresikan rasa. Bahkan, saat bepergian untuk urusan pekerjaan, rasa rindu terhadap pasangan itu tidak ada.
Kalau Anda mengira fase ini wajar terjadi dalam pernikahan sehingga tak perlu dipusingkan, hati-hati. Lenyapnya rindu pada pasangan akan membuka lebar peluang perselingkuhan, dan tentunya kita tidak mengharapkan hal seperti ini.
Bukan Soal Jarak yang Jauh, tapi Hati yang Dekat
Bagaimana mungkin merasa rindu, kalau setiap hari bertemu? Mungkin ini salah satu alasan kita kalau ditanya mengapa kerinduan terhadap pasangan itu kian menyusut.
Rasa rindu tidak muncul karena jarak yang jauh, tetapi karena kedekatan hati. Buktinya, kita tak kangen pada kenalan yang hijrah ke negeri lain, misalnya. Namun, seorang suami yang sedang rapat di kantor bisa tiba-tiba kangen dengan istrinya. Atau, seorang istri yang sedang menyetrika pakaian tiba-tiba merindukan suaminya. Banyak suasana tak diduga yang membuat rasa rindu itu muncul. Sekali lagi, ini terjadi karena hati mereka dekat satu sama lain.
Rindu itu akan makin sempurna kalau seseorang itu jauh di mata tetapi dekat di hati. Seperti kerinduan Paulus pada jemaat di Tesalonika:
“Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu.” – 1 Tesalonika 2:17
Lantas, bolehkah suami-istri saling menjauhi untuk menciptakan rasa rindu?
Saling menjauhi saja tidak akan menolong. Tetapi, mengambil waktu untuk menyendiri dan introspeksi diri dengan berdoa, sangat layak dipertimbangkan.
Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. – 1 Korintus 7:5
Dalam suratnya perihal perkawinan di 1 Korintus 7:1-16, Paulus memperingatkan pasangan suami-istri bahwa jauhnya jarak berpotensi menambah godaan (bertarak artinya menahan hawa nafsu). Ketiadaan rasa rindu adalah sinyal hubungan yang kurang baik, sehingga perlu dibenahi.
Pelihara Kerinduan dengan 4 Cara Ini
Beberapa tips sederhana berikut bisa diterapkan untuk memelihara rasa rindu terhadap pasangan:
1. Jadi Sosok yang Menyenangkan
Pernahkah Anda mencari-cari seseorang dalam sebuah acara karena merasa kehilangan dirinya? Perasaan ini biasanya muncul kalau orang tersebut adalah sosok yang menyenangkan. Hidup jadi kurang lengkap tanpa kehadirannya.
Demikian pula, istri yang menyenangkan akan dirindukan dan mendapat tempat khusus di hati suami. Istri semacam ini meneduhkan hati suaminya saat ia berbeban berat, menghiburnya ketika ia dilanda masalah. Ia baik hati seperti sosok perempuan yang digambarkan dalam Amsal 31:12: Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.
Tentunya hal-hal tersebut juga baik dilakukan oleh para suami. Meneduhkan hati istri, menghiburnya dalam kesesakan, dan bersikap baik kepadanya—tidak hanya saat masih pacaran, tapi terlebih, dalam hidup pernikahan.
2. Hubungi Dia untuk Menyapa, Bukan Meneror
Dalam rangka apa biasanya Anda menelepon pasangan? Untuk menanyakan kabarnya, atau hanya kalau ada masalah saja? Anak bertengkar, terlibat kasus di sekolah, tagihan datang, atap rumah bocor, dan semacamnya.
Cobalah menelepon pasangan untuk bercerita kabar baik. Contohnya, anak mendapat nilai bagus, Anda memasak menu spesial, ada kejadian lucu di kantor, dan topik-topik ringan lainnya. Sesekali kirimkan pesan cinta atau kalimat motivasi, video bersama anak-anak yang ceria sehabis mandi, foto masakan yang sudah terhidang di meja, rekaman celotehan lucu si kecil, dan masih banyak lagi.
Hal-hal manis ini dapat menghangatkan suasana, sehingga ketika melihat notifikasi panggilan kita, mereka tidak merasa diteror dan bertanya-tanya, “Ada masalah apa lagi, nih?”
Pasangan kita rindu mendengar kisah menarik atau ungkapan cinta, bahkan di tengah kesibukan kerjanya; dan percayalah, perhatian kecil yang kelihatannya sederhana itu bisa mencerahkan harinya.
3. Luangkan Quality Time
Menikah dan menjadi orang tua tidak berarti Anda dilarang kencan. Bukan juga berarti masa-masa mesra itu harus tutup buku.
Sisihkan waktu secara intensional untuk dinikmati berdua. Pergilah makan siang bersama di sela-sela jam istirahat kerja. Nontonlah film berdua di akhir pekan, atau jalan-jalanlah ke luar kota. Tak ada salahnya menitipkan anak pada keluarga sesekali agar suami-istri bisa memiliki waktu berkualitas, meskipun sebentar. Ini akan menghidupkan kembali romantisme dan memori indah bersama pasangan.
Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya … perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. – 1 Korintus 7:33-34
4. Berani Bicara Lebih Dalam
Membicarakan perasaan satu sama lain dengan pasangan lebih penting daripada sekadar mendiskusikan fakta atau opini.
Kalau selama ini Anda lebih senang didengarkan dan menceramahi, atau jarang menyimak curahan hati pasangan dengan penuh perhatian, belajarlah menjadi pendengar yang baik. Dengan begitu, pasangan akan merasa diterima dan dipedulikan.
Bagi Anda yang sulit mengungkapkan diri, belajarlah untuk terbuka dengan perasaan dan pemikiran. Singkirkan rasa takut dihakimi, yang terkadang hanya terjadi dalam benak Anda. Sampaikan gagasan atau uneg-uneg Anda dengan cara yang baik dan benar.
Keterbukaan dan keberanian membahas persoalan secara mendalam tak hanya membantu suami-istri lebih saling memahami, tetapi juga menuntaskan masalah hingga ke akar dan memperkuat hubungan. Jika Anda punya kendala atau tidak tahu bagaimana caranya, diskusikanlah dengan pembimbing atau saudara-saudari yang Anda percaya.
Dengan membangun kedekatan hati bersama pasangan, niscaya rasa kangen itu akan muncul dan terpelihara. Rindu yang tak lekang oleh waktu, yang membuat suami-istri memiliki keterikatan dan saling membutuhkan. Semoga panggilan sayang itu—My Lovely Wife, My Wonderful Husband—tidak berubah dari tahun ke tahun; dan bukan hanya tercantum di daftar kontak telepon, melainkan juga di hati Anda dan pasangan.
–
Related Articles:
- Kisah Nyata Pejuang Cinta: Love Is an Act of Will, Not…
- Cinta, Menyembuhkan Si Pemberi dan Si Penerima
- Jatuh Cinta atau Tetap Cinta?
- Pernikahan Mulai Retak? Masih Ada Harapan
- Jaga Kebahagiaan Pernikahan: Membuat Istri Merasa Spesial
Yuk, baca top artikel kami:
Muda & Gaul di Mata Tuhan: Bagaimana Caranya?
Seperti Apa Ibadah yang Sejati dan Berkenan kepada Allah?
Mazmur 91: Jika Tuhan Melindungi, Mengapa Musibah Tetap Menimpa?
Teladan dari 3 Wanita Hebat dalam Alkitab
Menjadi Orang Kristen yang Punya Integritas
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Jun 23