Written by David Marcelino 2:16 am Biblical Talk, Devotionals, Lifestyle, Spiritual Life

Apakah Perayaan Natal yang Indah itu Salah?

natal

Natal adalah momen indah yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Kristiani. Momen ketika Yesus, sang Juru Selamat kita, datang ke dunia sungguh patut kita rayakan. Jika Yesus tidak pernah datang, mungkin kita takkan punya kesempatan untuk selamat.

Sayangnya, Natal sering kali dirayakan sebagai tradisi belaka. Banyak di antara kita yang sibuk menyiapkan perayaannya, bahkan mungkin sejak berbulan-bulan lalu, untuk menampilkan semarak keindahan malam Natal. Pohon cemara dengan lampu-lampu gemerlap, pondok-pondok bernuansa salju, pesta mewah, kue-kue lezat, musik yang gembira, tumpukan kado Natal, dan tak lupa, sosok Sinterklas dengan kereta rusanya—euforia ini mudah membuat kita terlena sehingga melupakan esensi Natal yang sesungguhnya. 

Tanpa disadari, hiruk pikuk dan kemeriahan itu telah memalingkan perhatian kita dari makna Natal Pertama. Lalu, apakah perayaan Natal yang indah itu salah? Seperti apa makna Natal yang sesungguhnya?

Natal Pertama Tak Bisa Dibilang “Sangat Indah”

natal - gkdi 1

Ini bukan berarti kelahiran Yesus tidak boleh dipandang sebagai momen yang indah. Kehadiran bayi Yesus di dunia tentu saja merupakan peristiwa indah yang sungguh mulia. Namun, jika kita membaca Alkitab dengan saksama, kita tahu Natal bukanlah sebuah peristiwa elok, bagi Yusuf, Maria, dan terutama bagi Yesus sendiri.

Mari bayangkan sejenak momen kelahiran Yesus. Maria dan Yusuf tinggal di Nazaret. Pada saat yang bersamaan, Kaisar Agustus mengadakan sensus, sehingga pasangan ini harus kembali ke kotanya sendiri, yaitu Betlehem. Jarak Nazaret-Betlehem sekitar 120 km atau sekitar 80mil. Dalam keadaan Maria yang sedang hamil tua, sedikitnya mereka membutuhkan waktu 4-7 hari untuk menempuh jarak tersebut. Dan hal ini tentunya bukan hal yang nyaman untuk Maria.

Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, –karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud–supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. – Lukas 2:4-7 

Bagi Maria sendiri, tentunya hal ini bukan tempat yang ideal untuk melahirkan. Apalagi bagi Yesus, yang adalah Raja dari segala raja. Yesus lahir di palungan, bukan di rumah, apalagi rumah sakit. Dikatakan bahwa tidak ada tempat bagi Maria dan Yusuf di rumah penginapan.

Sungguh ironis, karena Yesus, Sang Pemilik Dunia, tidak kebagian tempat yang layak untuk peristiwa kelahiran-Nya sendiri.  Membayangkan Tuhan yang Mahakuasa turun ke bumi menjadi manusia dan tinggal bersama dengan ciptaan-Nya saja sudah merupakan hal yang sukar dimengerti. Apalagi, Dia lahir dalam palungan, di sebuah kandang domba, sebuah tempat yang jauh dari kata layak untuk seorang Tuhan untuk lahir.

.

Tuhan, yang selalu memberi dan tak pernah kekurangan apa pun, sekarang harus bergantung kepada seorang ibu muda untuk mencukupi makanan-Nya.

Tuhan yang selalu melindungi, sekarang butuh perlindungan dari seorang ayah yang tidak berpengalaman.

Dia, yang begitu kuat, kini menjadi rapuh dan tak berdaya dalam rupa seorang bayi. 

Tuhan, Sang Empunya Semesta, mau meninggalkan takhta dan kebesarannya sebagai raja untuk lahir di kandang domba.

Dia yang tak kelihatan menjadi kelihatan. 

Tuhan yang abadi menjadi terbatas. 

Dia Sang Pencipta yang menjadi ciptaan. 

Dia Allah yang menjadi manusia. 

Untuk apa Tuhan melakukan semua itu? Tak lain, untuk menyelamatkan Anda dan saya. 

Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. – 2 Korintus 8:9 

Red Christmas: Arti Nuansa Merah Natal

natal - gkdi 2

Kita sering melihat ornamen Natal bernuansa merah, mulai dari kostum Sinterklas, hiasan pohon Natal, dekorasi ruangan, sampai kertas kado. Pernahkah Anda bertanya, mengapa harus merah? Apakah warna itu melambangkan sebuah perayaan meriah, indah, dan menyenangkan?

Sebaliknya, justru saat melihat warna merah itu, kita kembali diingatkan bahwa Yesus datang ke dunia untuk wafat. Tiga puluh tiga tahun kemudian, bayi yang terbungkus kain lampin itu dibungkus dengan kain kafan. Dia wafat di atas kayu salib, menanggung kutuk yang seharusnya kita terima.

“Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.” – Ulangan 21:22-23 

Natal yang Sesungguhnya 

natal - gkdi 3

Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. 

Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan, biasa menderita kesakitan; sangat dihina, sehingga yang lain menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. 

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. 

Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. 

– Yesaya 53:2-5 

Inilah arti Natal yang sesungguhnya. Bagi kita, manusia, kedatangan Yesus tentu saja menjadi sebuah momen yang indah. Namun, sesungguhnya, Natal adalah awal penderitaan bagi Tuhan, karena Dia tahu diri-Nya lahir untuk kehilangan nyawa secara mengenaskan, demi orang-orang yang belum tentu menerima-Nya.

Bagaimana Anda Merayakan Natal?

natal - gkdi 4

Setelah mengetahui makna Natal yang sesungguhnya, Anda tentu akan merayakannya dengan cara berbeda. Jadi, salahkah jika kita bersukacita dan merayakan Natal dengan gegap gempita? Tentu saja tidak. Kehadiran Yesus adalah sebuah berkat yang tak ternilai harganya. Tanpa kelahiran Yesus, sia-sialah iman kita hari ini.

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” – Lukas 22:19 

Hari ini, saat kita merayakan Natal, ingatlah juga akan kematian Yesus. Renungkan kembali alasan-Nya hadir ke dunia. Jika kita mengerti hal ini, kita pasti akan merayakan Natal dengan cara berbeda. 

Menjelang Natal, mari kita luangkan waktu untuk merenungkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:

  1. Bagaimana hubungan saya dengan Tuhan sejauh ini? Sejauh apa saya mengenal dan mengasihi Pribadi yang mengorbankan nyawa-Nya supaya saya bisa memiliki hidup yang kekal?
  2. Bagaimana saya menjalani hidup saya selama ini? Masihkah saya hidup untuk memuaskan keinginan daging saya? Atau, saya hidup untuk Kristus, yang oleh kasih-Nya, telah mengampuni dan menyucikan saya dari segala dosa (Yesaya 1:18)?
  3. Apa yang sudah saya berikan untuk Tuhan sebagai tanda terima kasih? Apakah hidup saya menyenangkan Dia? Apakah cara hidup saya membuat Tuhan tersenyum? Ataukah, saya menyakiti hati-Nya, menyalibkan Dia terus-menerus dengan sikap dan perbuatan saya?

Tidak apa-apa jika Anda merasa belum sempurna; sekaranglah waktu yang tepat untuk memperbaikinya. Jangan sia-siakan tawaran keselamatan dan hidup kekal bersama Tuhan di surga. Kejarlah keselamatan itu dengan menerima kasih-Nya, hidup benar di hadapan-Nya, dan membagikan kasih kita kepada sesama.

Christmas is a beautiful moment, indeed. Namun, jangan biarkan Natal berlalu sebagai sekadar hari raya tahunan dan terlena dengan kemeriahannya, sampai-sampai kita lupa arti Natal yang sesungguhnya. Natal adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi hidup kita masing-masing dan mensyukuri segala yang Tuhan lakukan buat kita. Semoga Natal Anda kali ini menjadi Natal yang berbeda! Merry Christmas!

Disadur dan dikembangkan dari:
www.crosswalk.com/special-coverage/christmas-and-advent/have-we-made-christmas-too-beautiful.html

Referensi:

www.catholicireland.net/nazareth-to-bethlehem/

 

Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official

Artikel terkait: Sering Khawatir? Belajarlah dari Burung Pipit

Video inspirasi:

(Visited 268 times, 5 visits today)

Last modified: Jul 11

Close