Written by Richard Tri Gunadi Raharjo 4:24 am Bible & Character, Biblical Talk, Devotionals, Heart & Feeling, Self Development • 4 Comments

Bisakah Kita Menyelami Perasaan Tuhan?

perasaan

Bicara perasaan seseorang, kita tak selalu tahu pasti, apalagi kalau kita tidak kenal atau baru kenal dengan orang tersebut. Namun, kita biasanya akan lebih cepat menangkap perasaan dan isi hati seseorang kalau kita betul-betul mengenalnya.

Jika relasi kita dengan seseorang berpengaruh terhadap kemampuan kita membaca perasaannya, bagaimana halnya dengan Tuhan? Mungkinkah kita menyelami perasaan-Nya?

Peka karena Kenal Baik

perasaan - gkdi 1

Suatu kali, saya menemani istri membeli buku pelajaran. Sambil menunggunya pilih-pilih produk, saya membaca sebuah buku motivasi. Saya suka buku itu dan ingin membelinya, tapi tidak berkata apa-apa. Tak lama, istri saya menghampiri dan bertanya, “Mau beli buku itu?”

Kalau Anda dekat dengan seseorang, tak perlu mendengarnya bicara, hanya lewat ekspresi atau bahasa tubuhnya, Anda bisa tahu perasaannya. Mengapa istri saya tahu keinginan saya? Karena, ia mengenal saya. Dalam kurun dua tahun menikah, saya semakin mengenal istri saya, begitu pula sebaliknya. Kami ada di dekat satu sama lain setiap hari, menjalin komunikasi intens, dan berjuang bersama menghadapi pergumulan hidup.

Untuk mengenal dan makin kenal seseorang butuh usaha terus-menerus. Bukan jaminan bahwa suami-istri pasti saling mengenal satu sama lain. Bisa saja keduanya tinggal bersama bertahun-tahun tapi jarang ngobrol, jarang melakukan aktivitas bersama atau berkencan.

Jadi, apakah kita bisa menyelami perasaan Tuhan? Jawabannya, bisa.

Agar kita dapat lebih peka dengan hal tersebut, berlatihlah melakukan tiga hal ini:

1. Baca, Renungkan, dan Lakukan Firman-Nya

perasaan - gkdi 2

 

Ketika hal itu dilihat oleh Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, bangunlah ia dari tengah-tengah umat itu dan mengambil sebuah tombak di tangannya, mengejar orang Israel itu sampai ke ruang tengah, dan menikam mereka berdua, yakni orang Israel dan perempuan itu, pada perutnya. Maka berhentilah tulah itu menimpa orang Israel. Orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang banyaknya. – Bilangan 25:7-9

Ketika bangsa Israel berkemah di Sitim, mereka berzina dengan para perempuan Moab dan beralih menyembah Baal-Peor (Bilangan 25). Akibatnya, Allah menghukum mereka dengan tulah dan memerintahkan Musa untuk membunuh orang-orang yang berpasangan dengan (melakukan ritual penyembahan) Baal-Peor.

Setelah Pinehas membunuh dua pezina yang berkeliaran di perkemahan Israel, tulah itu pun berhenti. Dari mana ia tahu berpasangan dengan Baal-Peor dan berzina dengan perempuan Moab membuat Tuhan murka? Dengan mempelajari firman-Nya; secara khusus, dalam poin-poin Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:1-17), yaitu jangan ada padamu allah lain di hadapanku, dan jangan berzina.

Karena berempati dengan perasaan Tuhan, Pinehas berinisiatif membela kehormatan-Nya. Ia memadamkan murka Allah dengan menghukum dua pezina yang terang-terangan masuk perkemahan tatkala segenap umat Israel sedang berduka oleh banyaknya korban tulah. Andaikan Pinehas tak mengambil tindakan, mungkin tulah itu akan merenggut lebih banyak jiwa.

TUHAN berfirman kepada Musa: “Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, telah menyurutkan murka-Ku dari pada orang Israel, oleh karena ia begitu giat membela kehormatan-Ku di tengah-tengah mereka, sehingga tidaklah Kuhabisi orang Israel dalam cemburu-Ku.” – Bilangan 25:10-11

Kenapa Perlu Tahu Perasaan Tuhan?

Konsisten mempelajari firman Tuhan membuat kita lebih peka terhadap hal-hal yang membuat Allah sedih, bahagia, bangga, kecewa, murka, dan lain-lain. Dengan menyelami perasaan Tuhan, kita dapat:

  1. menyelamatkan diri kita dan orang lain dari murka Tuhan
  2. terhindar dari masalah-masalah yang tak perlu karena perbuatan kita selaras dengan kehendak-Nya

Setelah dibaca dan direnungkan, firman itu juga harus dilakukan. Ada orang yang berkali-kali selesai membaca Alkitab dan hafal banyak ayat. Mereka mengira sudah kenal Tuhan, dan tahu perasaan-Nya, tapi hidup mereka tidak berubah karena firman itu tak pernah diterapkan. Jadi, teruslah membaca dan melakukan firman agar hidup kita berkenan di hadapan Tuhan.

2. Doa dan Puasa

perasaan - gkdi 3

 

Salah satu cara untuk lebih mengenal seseorang adalah dengan mengobrol. Dalam mengobrol, kita melakukan dua hal: bicara dan mendengarkan. Tentunya, lawan bicara kita akan sebal kalau kita hanya ingin terus bicara, didengarkan, atau dipenuhi tuntutannya.

Demikian pula, agar lebih kenal pribadi Allah, kita perlu berdoa. Doa di sini bukan sekadar sebuah rutinitas, melainkan berbicara dari hati ke hati dengan Tuhan. Saat berdoa, kita bukan hanya menuntut Tuhan memenuhi ini dan itu yang kita inginkan. Kita memuji Tuhan, mensyukuri segala sesuatu yang Dia kerjakan dalam hidup kita, dan memohon agar dimampukan melakukan setiap perintah-Nya.

Terkait hal-hal yang sifatnya pribadi, kita bisa bertanya dalam hati, “Bagaimana perasaan Tuhan jika saya lakukan hal ini dan itu?” Untuk itu, ungkapkan perasaan Anda kepada Tuhan. Mungkin tujuan awal Anda berdoa ialah meminta Tuhan mengubah keadaan yang sedang Anda hadapi. Namun, lewat doa, Dia juga dapat menunjukkan apa yang menjadi kehendak dan perasaan-Nya. Lewat doa, kita juga dapat menyelaraskah hati kita dengan hati Tuhan. Dan hal ini membuat kita lebih berserah, bahwa ada kuasa dan kehendak yang lebih besar daripada keinginan kita sendiri.

Kehendak dan perasaan Tuhan sering kali beririsan. Tidak seperti perasaan manusia yang labil dan berubah-ubah dengan cepat tanpa alasan jelas, emosi Tuhan memiliki dasar yang pasti. Dan, perasaan Tuhan biasanya ditunjukkan dalam kehendak-Nya.

Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit … – Nehemia 1:4

Ketika mendengar kondisi menyedihkan yang dialami orang-orang Yahudi di Yerusalem setelah pembuangan Babel, Nehemia bersedih selama berhari-hari. Setelah itu, ia berdoa dan berpuasa untuk mengetahui apa yang Tuhan ingin ia lakukan. Jika kita membaca kisahnya dengan lengkap, kita tahu akhirnya Nehemia memohon kepada Raja Artahsasta agar dapat membangun kembali kota Yerusalem.

3. Bergaul dengan Orang-Orang yang Takut akan Tuhan

perasaan - gkdi 4

Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. – 1 Korintus 15:33

Mungkin kita tidak terlalu peka terhadap perasaan Tuhan. Namun, kepekaan itu bisa ditingkatkan dengan berada dalam lingkungan pergaulan orang-orang yang takut akan Allah.

Misalnya, Anda tidak tahu bahwa bohong untuk kebaikan adalah dosa. Namun, setelah Anda bergaul dalam komunitas orang-orang yang cinta Tuhan, Anda sadar bahwa berbohong, sekalipun demi kebaikan, tidaklah benar. Anda jadi tahu apa yang Tuhan kehendaki, serta bagaimana perasaan-Nya kalau Anda menjalankan atau melanggar perintah-Nya.

Tak hanya itu, di dalam komunitas rohani, Anda dapat menemukan figur yang bisa Anda teladani. Anda juga bisa melihat hasil yang dituai oleh orang-orang yang hidupnya menyenangkan Tuhan, dan belajar dari mereka.

Dengan membaca firman, berdoa, puasa, serta bergaul dengan orang-orang yang takut akan Tuhan, kita akan mampu menyelami perasaan Allah. Dan, yang paling penting, menjadi semakin mirip dengan-Nya. Semangat!

Gereja GKDI terdapat di 37 kota di Indonesia.
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:




Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok:https://link.gkdi.org/tiktok

 

(Visited 116 times, 2 visits today)

Last modified: Oct 22

Close