Hilangkan Kebiasaan Mengeluh dengan 3 Sikap Hati yang Benar

gkdi lagu

Kesulitan hidup kerap membuat seseorang mudah mengeluh. Masalah serius seperti mengalami sakit berat, kehilangan pekerjaan, atau ditinggalkan orang yang disayangi adalah sebagian contohnya. Namun, ada pula hal-hal “biasa” yang dapat menjadi kesukaran bagi sebagian orang. Misalnya, sakit perut akibat tak sempat sarapan, bulan-bulan pertama beradaptasi di tempat kerja yang baru, anak menolak belajar, atau ketinggalan dokumen karena terburu-buru.

Dalam periode semacam ini biasanya kita merasa sedih, tertekan, dan ingin menyerah saja. Tak jarang, kita pun mengeluh. Namun, bagaimana ketika keluhan-keluhan itu terus terlontar dari hari ke hari, bulan ke bulan, bahkan selama bertahun-tahun? Mengeluh akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang otomatis kita lakukan setiap kali mengalami hal-hal yang tidak sesuai harapan.

Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan kebiasaan mengeluh?

Mengeluh Tidak Menyelesaikan Masalah

Bagaimana reaksi Anda dalam menghadapi masa sulit akan menentukan kualitas diri Anda yang sebenarnya. Berkeluh kesah tidak akan menyelesaikan masalah, malah mungkin memperburuk keadaan. Kita punya pilihan lain selain mengeluh, yaitu bersyukur, karena melalui masa sulit, Anda dapat belajar banyak hal. 

Seorang tokoh Alkitab bernama Ayub dapat menjadi teladan kita dalam mengatasi sikap suka mengeluh. Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan. Namun, orang dengan kualitas luar biasa pun masih bisa mengalami penderitaan yang begitu berat (Ayub 1)

Ketika membaca kisah Ayub dan meresapi apa yang ia alami, saya bersimpati dengannya, kemudian merenungkan: Apakah yang saya alami lebih berat daripada Ayub? Apakah saya pantas mengeluh?

Dari Ayub, kita bisa belajar tiga sikap hati yang benar dalam menyikapi masa-masa sulit:

1. Tidak Menyalahkan Tuhan

Di pasal pembuka kitab Ayub diceritakan betapa naasnya hari itu bagi Ayub. Putra- putrinya tewas tertimpa rumah yang roboh akibat badai yang dahsyat. Di saat yang sama, para karyawan Ayub dibunuh dan, semua sapi, keledai, dan untanya dirampas orang. Juga, kambing-dombanya beserta para penjaganya tewas disambar api dari langit.

Setelah mendengar laporan ini, Ayub berduka, tapi ia tidak berbuat dosa dan tidak menyalahkan Tuhan.

Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. – Ayub 1: 20-22

Di masa pandemi COVID-19, banyak orang kehilangan pekerjaan, mengalami penurunan penghasilan, dan tidak bisa pergi liburan. Sebagian lagi sedang melewati periode karantina atau isolasi mandiri, berjuang mengalahkan penyakitnya, atau harus merawat anggota keluarga yang terinfeksi. Orang-orang yang terkena dampak pandemi bisa saja menyalahkan keadaan, orang lain, bahkan Tuhan. 

Setiap hendak mengeluh, mari bandingkan keadaan kita dengan keadaan Ayub. Meski kehilangan segala kepunyaannya dan orang-orang yang ia sayangi dalam satu hari, Ayub tidak menyalahkan Tuhan. Bahkan, ketika penderitaannya ditambah dengan penyakit kulit yang parah, Ayub tetap percaya Tuhan itu baik

Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. – Yakobus 1:13

Apa pun keadaan buruk yang Anda alami saat ini, percayalah bahwa Tuhan tak pernah mencobai umat-Nya. Karena itu, marilah kita mengambil keputusan untuk tidak menyalahkan Tuhan.

2. Rendah Hati Minta Pertolongan Sahabat

Ada kalanya, kita mengeluh bukan karena masalah itu sendiri, tetapi karena merasa atau berasumsi bahwa tidak ada yang membantu kita

Yang perlu kita ingat pertama-tama adalah, agar dapat bertahan melewati masa-masa berat, kita butuh pertolongan Tuhan. Dan, bukan sekadar kebetulan, pertolongan-Nya sering datang lewat tangan sesama manusia. Si penolong itu bisa jadi saudara kita, sahabat kita, bahkan orang yang baru kita kenal.

Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Teman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia. – Ayub 2:11

Diceritakan bahwa Ayub memiliki tiga kawan dekat. Mereka segera datang ketika mendengar kabar musibah yang menimpa Ayub. Yang jelas, mereka menemui Ayub dengan niat untuk menghibur, menguatkan, dan mencari solusi atas permasalahan yang sedang menimpa Ayub.

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. – Amsal 17:17

Dalam menghadapi kesukaran, Anda mungkin baru dapat mengatasinya dengan pertolongan atau bantuan orang lain, terutama dari para sahabat yang bersimpati dan peduli. Jadi, daripada mengeluh tidak ada yang peduli dengan Anda, bukankah lebih baik Andalah yang lebih dahulu meminta pertolongan mereka?

3. Mengandalkan Tuhan

Berjuang melewati rintangan hidup telah menguras segenap pikiran dan tenaga Anda. Beban berat itu menggoda Anda untuk lekas putus asa. Anda sudah berusaha begitu keras, dan sekarang Anda kehabisan daya. Mari rehat sejenak sambil merenungkan, “Apakah selama ini saya sudah melibatkan Tuhan, atau hanya mengandalkan kekuatan saya semata?”

Kemudian, Ayub menjawab TUHAN, katanya, “Aku tahu bahwa Engkau dapat melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang dapat dibendung. ‘Siapakah dia yang menyembunyikan nasihat tanpa pengetahuan?’ Oleh karena itu, aku telah mengatakan apa yang tidak kumengerti, hal-hal yang terlalu ajaib bagiku untuk kuketahui. – Ayub 42:1-3 (AYT)

Percakapannya dengan Allah di pasal sebelumnya (Ayub 41) menyadarkan Ayub bahwa ia harus tetap berpegang teguh kepada-Nya dalam segala keadaan. Pada akhirnya, Tuhan tidak mengecewakan Ayub. Dia memampukan Ayub melewati segenap penderitaannya dan memulihkan keadaannya, bahkan memberikan kembali dua kali lipat segala kepunyaannya yang dahulu.

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. – 2 Korintus 12:9

Hidup bukan hanya tentang satu hal—baik atau buruk, sakit atau sehat, sedih atau gembira—melainkan semuanya, bercampur menjadi satu. Itulah mengapa kita perlu mengandalkan Tuhan senantiasa. Dia tetap berkuasa di atas masalah-masalah kita, dan kasih-Nya tidak pernah berubah. Tuhan mengerti penderitaan yang sedang Anda alami; itu sudah Dia buktikan dengan penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib. Jadi, percayalah, rencana-Nya pasti yang terbaik.

Ketika masa-masa sulit datang, janganlah menyalahkan Tuhan karena Dia selalu baik. Miliki kerendahan hati untuk meminta pertolongan sahabat atau orang yang bisa membantu Anda. Jangan lupa untuk selalu mengandalkan Tuhan, karena Dialah yang berkuasa dan Dia tidak pernah berubah. Semoga tiga sikap hati ini dapat membuat Anda kuat dan tidak mudah mengeluh dalam menjalani segala tantangan yang ada.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. – 1 Korintus 10:13

Gereja GKDI terdapat di 35 kota di Indonesia.
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:




Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok:https://link.gkdi.org/tiktok