Waktu kecil, mungkin Anda diberitahu bahwa menangis berarti cengeng. Menangis hanya untuk anak perempuan, bukan anak laki-laki. Barangkali Anda dinasihati, “Malu, ah, masak anak cowok menangis. Kamu ‘kan laki-laki!” Atau, mungkin Anda pernah berkata kepada anak perempuan Anda, “Orang yang menangis itu tandanya dia lemah. Kamu harus kayak cowok, harus kuat! Mama bangga kalau kamu enggak menangis!”
Beberapa orang lebih mudah atau lebih sering menangis ketimbang yang lain. Namun, secara umum, kita semua pernah merasakan kesedihan, ketakutan, frustrasi, atau kekecewaan besar yang membuat kita tidak tahan ingin menangis.
Sayang, pengalaman, peristiwa, atau pernyataan yang kerap kita dengar di masa kecil akhirnya membentuk pemikiran bawah sadar bahwa menangis hanya dilakukan oleh orang-orang lemah. Benarkah demikian?
Manfaat Menangis
Menurut Stephen Sideroff, asisten profesor di Departemen Ilmu Psikiatri and Biobehavioral UCLA, Amerika Serikat, menangis memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan jiwa, raga, dan mental. Menangis juga dapat memperbaiki kondisi fisik dan mental kita secara klinis.
Menangis juga merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk menenangkan diri dari stres. Ini adalah bentuk pelepasan yang esensial dan penting untuk memproses kehilangan, ketidakpastian, serta tekanan.
Pakar ilmu saraf, Dr. William H. Frey II, berpendapat bahwa secara medis menangis itu menyehatkan, karena dapat:
- meredakan stres
- menurunkan tekanan darah
- menghilangkan racun dari dalam tubuh
- mengurangi kadar mangan di dalam tubuh. Peningkatan kadar mangan tubuh biasanya dibarengi dengan bertambahnya rasa gelisah, mudah marah, serta respon yang agresif.
Lalu, bagaimana pandangan Alkitab serta ajaran Yesus tentang menangis?
Menangis Bukan Tanda Kelemahan
“Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi: “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!” – Yohanes 11:34-36
Yesus, Allah yang Mahakuasa, Sang Pencipta dan Penguasa surga dan dunia, tidak pernah malu untuk menangis. Dia tidak bersikap sok kuat atau sok keren, meskipun Dia adalah Tuhan. Yesus tidak malu mengekspresikan perasaan melalui tangisan.
Menangis adalah salah satu bentuk perwujudan rasa empati Anda kepada orang lain. Menangis menunjukkan bahwa Anda terkoneksi dengan orang lain, serta mengerti apa yang ia rasakan, entah itu kesedihan, pergumulan, atau kebahagiaan. Tak heran, Roma 12:15 mengatakan, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!”
Hidup ini penuh dinamika. Ada saatnya kita menangis dan ada waktunya kita bersukacita. Di dalam Alkitab juga tidak pernah disebutkan larangan untuk menangis. Jika hal itu dapat meringankan beban dan mampu membuat kita lebih terhubung dengan orang lain, lakukan saja. Anda boleh dan berhak untuk menangis!
Menangis Membantu Kita Lewati Pergumulan
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. – Ibrani 5:7
Saat berdoa di Taman Getsemani, Yesus sedang bergumul hebat. Dari Lukas 22:44, kita tahu bahwa Yesus sangat ketakutan, sampai peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang berjatuhan ke tanah. Secara medis, kondisi ini terjadi karena Yesus mengalami tekanan emosional ekstrem yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah di sekitar kelenjar keringat-Nya.
Selain itu, kitab Ibrani juga menambahkan catatan tentang bagaimana Yesus menaikkan doa dan permohonan-Nya dengan ratap tangis! Dan, karena kesalehan-Nya itulah, Dia didengarkan oleh Bapa-Nya.
Jadi, ketika Anda menghadapi pergumulan berat atau masalah besar, tidak ada salahnya Anda menangis di dalam doa Anda. Saya pribadi termasuk orang yang sering meneteskan air mata. Bagi saya, menangis dapat membantu mengurangi stres dan melepaskan beban hati.
–
Sebagai seorang single mother dengan dua anak laki-laki, saya menyaksikan bukan hanya ketika mereka berada di titik puncak, melainkan juga di titik terendah hidup mereka. Saya melihat mereka menangis, dan menangis bersama mereka. Saya mengizinkan mereka untuk bersikap apa adanya dan berani mengekspresikan perasaan, sehingga mereka menjadi anak-anak yang sehat secara emosi.
Sudah saatnya kita mengubah pandangan bahwa menangis berarti menunjukkan kelemahan atau ketidakberdayaan. Belajarlah menghargai orang yang menangis dengan berempati terhadap situasinya, dengan tidak melecehkan atau menganggapnya lemah.
Belajarlah juga untuk menjadi orang yang bersikap apa adanya. Terbukalah dengan pergumulan Anda, dan jangan takut mengekspresikan diri saat Anda merasa hancur, kecewa, atau sedih. Karena, bukankah Tuhan menghendaki kita untuk berempati terhadap sesama maupun diri sendiri? So, it’s okay to cry!
–
Referensi:
www.bangka.sonora.id/read/502264604/jangan-malu-untuk-menangis-karena-ternyata-dampaknya-baik-untuk-kesehatan-fisik-dan-mental
www.agingcare.com/articles/reasons-why-crying-is-good-for-your-health-146022.htm
www.thebibleanswer.org/how-could-jesus-sweat-blood/
Related Articles:
- Mengolah Perasaan Menjadi Kekuatan
- Berkat Tersembunyi dalam Kesedihan
- Saat Kenyataan Tak Sejalan dengan Doa
- Obati Rasa Kecewa dengan Cara Benar
- Keluar dari Penyesalan, Bagaimana Caranya?
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Oct 22