Saya adalah seorang guru Sekolah Minggu. Ada satu fenomena yang sangat menarik yang saya perhatikan ketika saya bertanya kepada seseorang “apakah kamu mau menjadi guru Sekolah Minggu?”. Dari 10 orang yang ditanya biasanya hanya 1 atau 2 yang akan menjawab “Saya mau”. Bahkan tidak jarang dari 10 orang tersebut semuanya menolak.
Hal yang membuat heran adalah ketika bertanya kepada orang-orang tersebut apakah Sekolah Minggu adalah hal yang penting, mereka semua akan menjawab “IYA”.
Ketika ditanyakan lagi, kenapa kalau mereka tahu Sekolah Minggu itu penting tapi mereka tidak mau menjadi guru, maka sebagian besar akan menjawab: “saya tidak suka anak-anak”, “saya tidak sabar”, “saya tidak berbakat jadi guru”, dan lain-lain. Hal ini membuat saya berfikir apakah suka anak-anak, sabar, orang yang lucu, mempunyai bakat, dan lain-lain adalah kualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru Sekolah Minggu? Apakah kualitas ini menjamin seseorang mau dan bertahan menjadi guru Sekolah Minggu?
Kemudian saya mendatangi orang-orang yang berprofesi sebagai guru setiap harinya, berfikir bahwa mereka pasti sudah mempunyai semua kriteria yang dibutuhkan. Namun, jawaban mereka ketika ditanya apakah bersedia menjadi guru Sekolah Minggu adalah “Tidak”. Mereka beralasan sudah mengajar anak-anak dari Senin sampai Sabtu, jadi hari minggu mereka tidak mau mengajar lagi.
Apakah kualitas ini menjamin seseorang mau dan bertahan menjadi guru Sekolah Minggu?
Saya sendiri adalah guru sebelum akhirnya menjadi kepala sekolah dan kemudian dipercayakan Tuhan menjadi seorang pelayan penuh waktu. Saya menjadi guru Sekolah Minggu setelah kurang lebih setahun menjadi murid Yesus. Kalau dihitung-hitung saya sudah menjadi guru selama 15 tahun! Bahkan ketika sekarang saya tidak mengajar lagi didalam kelas, saya masih terus membantu di Sekolah Minggu. Banyak yang bertanya kenapa saya begitu betah? Apa tidak bosan mengajar anak-anak? Jawaban saya selalu sama, bagi saya menjadi guru adalah panggilan buat saya.
Inilah alasan-alasan saya untuk tetap menjadi seorang guru Sekolah Minggu:
Suatu kehormatan
Lukas 9:48 mengatakan, “Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.”
Ini alasan pertama saya menjadi seorang guru. Ketika saya menyambut anak-anak Sekolah Minggu dan mengajar mereka tentang Yesus, itu sama dengan saya menyambut Yesus. Itu membuat saya sangat semangat. Bayangkan perasaan anda ketika menyambut Yesus setiap minggu. Suatu kehormatan!
Belajar dari anak-anak
jika seseorang tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, dia tidak akan masuk kedalam kerajaan sorga. Dan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil, dia akan menjadi terbesar di kerajaan sorga.
Alasan kedua saya adalah saya ingin dekat dengan orang-orang yang masuk kerajaan sorga dan menjadi terbesar disana. Kalau saya mau masuk kerajaan sorga dan menjadi terbesar disana berarti saya harus belajar langsung dengan anak-anak. Dan itu saya bisa lakukan ketika saya bersama dengan anak-anak di Sekolah Minggu.
Mengajar mereka
Dalam Matius 18: 6-7 dikatakan barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya pada Yesus, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ditenggelamkan kedalam laut.
Alasan ketiga saya adalah saya tidak mau anak-anak kecil ini tersesat. Mereka harus tahu tentang Yesus dan terbekali oleh dasar yang kuat sejak usia dini. Saya merasa ini adalah tugas yang saya harus ambil. Saya ingin membantu mereka.
Berbekal keyakinan tersebut saya merasa siapa saja bisa menjadi guru Sekolah Minggu. Kalau setiap orang mempunyai keyakinan bahwa Yesus melihat anak-anak itu begitu berharga, dan begitu pentingnya memastikan mereka mendapat dasar yang benar sehingga tidak tersesat, maka setiap orang yang berusaha menjadi guru akan selalu berusaha belajar untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Mereka akan berusaha meningkatkan kemampuan mengajar mereka walau memang tidak gampang dan mereka tidak akan menyerah.
Ada seorang ibu sederhana yang mempunyai 2 orang anak. Ketika saya memintanya menjadi guru dia mengatakan dia takut anak-anak dan merasa tidak percaya diri karena dia adalah orang yang tidak terpelajar. Saya memberikannya keyakinan dari ayat-ayat diatas dan saya mengatakan bahwa hal yang terpenting ketika menjadi seorang guru Sekolah Minggu adalah kemauan untuk memberikan yang terbaik. Sister ini adalah orang yang paling banyak bertanya pada saya tentang apa yang harus dia lakukan di kelas dan bagaimana supaya anak-anak tertarik belajar tentang Yesus. Sikap ingin belajarnya membuat dia bertumbuh dengan luar biasa!
Menjadi seorang guru Sekolah Minggu sama sekali bukan tentang bakat atau kemampuan. Bakat atau kemampuan tidak menjamin kamu menjadi seorang guru. Mungkin guru sekuler di dunia. Tapi menjadi seorang guru disekolah minggu, itu adalah tentang keyakinan dan panggilan.
*Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official
Artikel terkait: B7, Pelipur Lara dari Kelangkaan Lagu Rohani Anak-anak
Last modified: Jul 7