“Sirik tanda tak mampu!” Begitu bunyi lirik sebuah lagu. Sebuah pengingat yang baik bahwa siapapun yang sirik, alias iri hati, tak mampu menyaingi. Memang benar, mereka yang iri biasanya memendam kesal dan benci, karena tak mampu mencapai siapa yang membuat mereka iri.
Lalu, sebuah pertanyaan mampir di hati saya. Kenapa mudah sekali kita sirik, ya?
Mengapa Sulit Sekali untuk Tidak Sirik?
Sirik terjadi ketika kita mulai membandingkan diri dengan orang lain. Itulah faktanya!
Kita merasa kehidupan kita kurang memuaskan jika dibandingkan dengan orang lain. Bisa jadi, buat kita, orang lain memiliki kehidupan yang lebih baik, pekerjaan yang lebih baik, atau bahkan berkat yang lebih besar.
Tak usah jauh-jauh, coba buka saja Instagram atau Tiktok. Lihat saja mereka yang jalan-jalan ke luar negeri, makan mahal, atau berpakaian lebih bagus dari kita. Sempurna! Tak sampai satu detik kita pasti sudah kepengin.
Alkitab sudah memperingatkan kita untuk berhati-hati dengan perasaan ini. Yakobus 3:16 menulis, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. ” Sirik tidak pernah membawa damai, malah mendatangkan kekacauan dalam hati. Oleh karena itu, kita sebagai orang percaya perlu waspada dan terus berusaha mengatasi perasaan sirik ini.
Cabut Akarnya, Jangan Cuma Rumputnya
Iri hati ibarat sebuah benih yang tumbuh, berakar, lalu menjalar ke mana-mana. Seringkali, kita mengatasinya hanya dengan menghindari apa-apa yang membuat kita iri. Sayang, itu tidak cukup.
Ibarat mencabut rumput, kita perlu mencabut iri sampai ke akar-akarnya. Caranya? Mari kita simak.
1. Melihat Hanya kepada Tuhan (Keluaran 20:2-4)

Cara pertama untuk mengatasi sirik adalah dengan melihat hanya kepada Tuhan. Dalam Keluaran 20:2-4, Tuhan memberikan perintah kepada bangsa Israel, “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah.“
Ayat ini mengajarkan kita untuk fokus hanya kepada Tuhan. Ketika kita fokus kepada Tuhan, kita tidak akan tergoda untuk memandang kehidupan orang lain dan membandingkannya dengan kehidupan kita.
Sebab, setiap kali kita mulai membandingkan, kita sebenarnya sedang menempatkan “allah lain” di hadapan Tuhan. Kita mulai menggantikan Tuhan dengan kesuksesan, kekayaan, atau status sosial, alih-alih percaya kepada Tuhan yang memberi kita hidup yang sempurna.
Mengalihkan fokus kita hanya kepada Tuhan juga berarti mempercayai rencana-Nya dalam hidup kita. Amsal 23:18 menulis, “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”
Dengan mempercayai rencana Tuhan, kita tidak akan lagi merasa perlu iri terhadap apa yang dimiliki orang lain. Kita tahu bahwa Tuhan juga sudah menyediakan berkat-berkat yang indah untuk kita.
2. Tidak Mengingini Apa yang Dimiliki Orang Lain (Keluaran 20:17)

Cara kedua untuk mengatasi sirik adalah dengan mengikuti perintah Tuhan yang tertulis dalam Keluaran 20:17, “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.”
Ayat ini sangat jelas: kita tidak boleh mengingini apa yang dimiliki orang lain. Mengingini sesuatu yang bukan milik kita, adalah akar dari sirik.
Ketika kita melihat rumah, mobil, atau pasangan hidup orang lain dan mulai merasa bahwa kita pantas memiliki hal-hal itu, kita sedang membuka pintu bagi rasa iri. Ketika kita membiarkan diri kita mengingini berkat orang lain, kita pada dasarnya mengatakan kepada Tuhan bahwa apa yang telah Dia berikan kepada kita belum cukup.
Sebaliknya, Alkitab mengajarkan kita untuk hidup dalam rasa syukur. 1 Tesalonika 5:18 menulis, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Dengan rasa syukur, kita akan lebih mampu melihat berkat-berkat yang Tuhan berikan dalam hidup kita, sekecil apa pun itu.
Tidak salah bagi kita untuk mencapai yang lebih baik. Jabatan lebih tinggi, penghasilan lebih, oke saja. Namun, mari kita periksa hati kita: bisakah kita merasa cukup? Bisakah kita tahan diri untuk tidak iri?
Atasi Sampai ke Akar-Akarnya
Seperti yang telah disebutkan di atas, rasa sirik seperti rumput yang menjalar. Tidak cukup hanya mencabut rumputnya, tetapi harus sampai ke akar-akarnya.
Nah, sudahkah kita mengenyahkan rasa iri dari hati kita? Kata Shannon Alder, “Kemarahan, kebencian, dan kecemburuan hanya mengubah hati Anda.” Mari atasi sirik, sebelum terlambat.
Related articles:
- Rendah Hati, Bukan cuma Tidak Sombong – Gereja GKDI
- Tipe-Tipe Orang Kristen dalam Perspektif Sepak Bola
- Mazmur 91: Jika Tuhan Melindungi, Mengapa Musibah Tetap Menimpa?
- Kemalasan, Biang Kehancuran yang Jarang Disadari
–
Yuk, baca top artikel kami:
Muda & Gaul di Mata Tuhan: Bagaimana Caranya?
Seperti Apa Ibadah yang Sejati dan Berkenan kepada Allah?
Mazmur 91: Jika Tuhan Melindungi, Mengapa Musibah Tetap Menimpa?
Teladan dari 3 Wanita Hebat dalam Alkitab
Menjadi Orang Kristen yang Punya Integritas
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Sep 25