Written by Lidia Sianturi 4:20 am Devotionals, Character, Marriage, Relationship, Self Development

Memotivasi Suami: Kiat Jitu Beri Inspirasi Tanpa Menghakimi

gkdi laguMemberi inspirasi kepada pasangan merupakan tantangan tersendiri dalam hidup berkeluarga. Terlebih, bagi wanita perfeksionis atau koleris, yang kebetulan bersuamikan seorang yang kalem. Alih-alih dipandang sebagai kekuatan, suami yang tenang malah kerap dianggap lamban, tidak peduli, atau tidak bisa diandalkan.  

Saat istri berjuang memulai kebiasaan baik untuk membentuk kerohanian anak, suami tidak menunjukkan upaya yang sebanding. Dari yang awalnya berusaha meyakinkan dan mengajak, istri pun mulai memaksa agar suami melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Tanpa disadari, niat baik istri—tetapi dengan cara yang kurang tepat—tidak menginspirasi suami, tetapi malah terkesan menghakimi dan membuat hubungan jadi tidak menyenangkan.

Lantas, bagaimana caranya agar seorang istri dapat memberikan inspirasi tanpa menghakimi suami?

Perbedaan: Pemicu Konflik atau Kekuatan?

Ketika memasuki hidup pernikahan, suami dan istri membawa kebiasaan yang berbeda. Cara mereka dibesarkan dan nilai-nilai dari keluarga asal juga tak sama. Jika tidak dibicarakan dengan baik, perbedaan ini bisa memicu konflik. Masing-masing menganggap cara mereka paling benar dan tidak perlu diubah.

Menginspirasi tanpa menghakimi ini penting, bukan hanya hanya untuk saling menyesuaikan latar belakang dan kebiasaan suami istri. Pasalnya, seorang istri biasanya punya pengharapan kepada suaminya. Sayangnya, pria bukanlah sosok yang ingin diajari dan suka dinasihati, apalagi oleh kaum hawa. Ia akan merasa pride-nya runtuh seketika. Dan, memang wanita diajarkan untuk tidak menggurui laki-laki (1 Timotius 2:11-12). 

Nah, di sinilah pentingnya ilmu menginspirasi tanpa menghakimi. Kita para istri dapat menginspirasi suami untuk melakukan sesuatu atau untuk bertumbuh dengan cara penyampaian yang menyenangkan. Dalam artikel ini, saya mengangkat contoh tentang bagaimana seorang istri menginspirasi suaminya dalam pelaksanaan family devotional atau ibadah keluarga. 

Karena berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, pandangan suami dan istri tentang family devotional pastinya memiliki perbedaan. Contohnya, sang istri berasal dari keluarga religius yang terbiasa melakukan family devotional setiap hari. Sementara sang suami dari keluarga yang melakukan ibadah hanya pada hari Minggu. 

Faktor perbedaan menjadi tantangan bagi istri untuk memotivasi suami. Memang, pemimpin keluarga secara rohani adalah suami sebagai kepala keluarga. Namun, jika istri hanya menuntut tanpa peduli apa pandangan atau kondisi suami, apa kendalanya, dan apa bantuan yang diharapkan, yang terjadi justru konflik alih-alih devotional

Situasinya akan berbeda jika istri menyampaikan harapannya dengan baik, dan juga mendengarkan serta menghargai aspirasi suaminya. Suami istri menyatukan pandangan tentang family devotional dan membuat kesepakatan baru. Dengan demikian, perbedaan tidaklah menjadi pemicu konflik, tetapi kekuatan untuk membangun keluarga.  

Daripada buru-buru menghakimi atau melabeli suami tidak rohani, tidak kooperatif, atau tidak peduli pada harapan / pemikiran istri, sebaiknya lakukan beberapa hal berikut:

1. Ambil Waktu Bicara Berdua

Pikiran negatif hanya akan memunculkan asumsi buruk dan menjatuhkan kita ke dalam dosa.

Karena dari hati timbul segala pikiran jahat…. — Matius 15:19a

Klarifikasi akan menjauhkan kita dari sikap menghakimi dan menurunkan potensi konflik. Alkitab menuliskan, pikiran jahat adalah awal dari dosa dan kejahatan lain. Tidak ada cara lain untuk membereskannya selain dengan duduk dan bicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan mengklarifikasi, pikiran yang tidak benar dapat diluruskan.

Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung! – Roma 14:13

Katakanlah Anda menghadapi kendala family devotional di atas. Tidak salah jika Anda berharap dapat melakukannya setiap hari. Namun, cobalah bicarakan, apakah kondisi suami dan anak-anak memungkinkan? Atau, mungkinkah Anda perlu menurunkan pengharapan agar ada titik temu dan kesepakatan dengan suami?

2. Jadilah Penolong yang Baik

Dari awal Tuhan menciptakan istri untuk menjadi penolong bagi suami. Karena itu, kalau Anda merasa suami kurang bisa memimpin, bantulah dia, bukan gantikan posisinya. Setelah kesepakatan tercapai, lakukanlah peran atau tugas Anda dengan baik. 

Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. – Kolose 3:18

Versi Firman Allah yang Hidup (FAYH) mengatakan, “Para istri, hendaklah saudara menaklukkan diri pada suami masing-masing.” 

Menaklukkan diri berarti mengikis ego dan memberi diri dipimpin oleh suami, karena itu adalah perintah Tuhan. Suami dan istri bukanlah saingan, melainkan partner yang saling melengkapi. Ketika suami berhasil memimpin keluarga, berarti istri juga berhasil menjadi penolong.

Misalnya, setelah berdiskusi, dibuatlah keputusan bahwa family devotional akan dilakukan sekali seminggu saja. Jadikan kegiatan ini sebuah momen yang berkualitas. Buatlah sedemikian rupa agar suasananya menyenangkan, dengan games menarik dan diskusi firman yang hangat; lebih baik lagi kalau ada menu spesial, sehingga family devotional menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga.  

Saat suami sibuk dengan pekerjaan kantor dan kewalahan mempersiapkan family devotional, ada baiknya Anda sebagai istri menawarkan bantuan. Mungkin dengan memberikan ide pelajaran yang akan dibahas, menyiapkan games atau hadiah kecil, dan lain-lain. Dengan begitu, suami akan merasa didukung dan termotivasi karena istrinya berperan sebagai penolong yang baik.

3. Beri Inspirasi, Bukan Menghakimi

Memang tak mudah membangun kebiasaan baik dalam keluarga; semuanya butuh proses pembelajaran. Masih menggunakan contoh di atas, Anda bisa menginspirasi suami untuk melakukan family devotional secara konsisten. Sesi-sesi awal mungkin terasa kaku karena semua pihak belum terbiasa. Ada kalanya suami kurang menyiapkan diri, anak-anak mengantuk, bad mood, atau ada kendala lain sehingga devotional tidak berjalan sesuai harapan.

Tetaplah lakukan hal-hal baik yang Anda bisa. Misalnya, luangkan waktu untuk membaca Alkitab atau berdoa bersama anak di luar jadwal devotional mingguan keluarga. Bekali diri Anda dengan pengetahuan dan keahlian baru. Di masa pandemi ini, banyak seminar dan pelatihan pengembangan diri diadakan secara daring. Tak perlu selalu mengikuti yang berbayar; acara gratis pun banyak yang berkualitas.

Carilah waktu yang tepat untuk membagikan wawasan baru yang Anda dapatkan kepada suami. Sampaikan dengan cara santai yang jauh dari kesan menggurui. Buatlah suami tertarik dan ingin tahu lebih banyak tentang inspirasi yang ingin Anda bagikan.  

Contohnya, “Oh, iya, Sayang, kemarin aku ikut kelas dan cara melakukan devotional yang menarik. Ternyata melibatkan anak-anak untuk bertugas itu bagus juga, ya. Selain mengurangi tugas kita, juga membuat mereka lebih fokus dan tidak mengantuk. Bagaimana menurutmu, Sayang?”

Atau, 

Terima kasih buat usaha Sayang menyiapkan pelajaran untuk devotional kita selama ini. Aku sangat menghargainya. Dan, sepertinya menonton film rohani juga asyik, ya, supaya devotional kita bervariasi. Aku punya beberapa referensi film rohani anak. Kalau mau, Sayang boleh pilih mana yang bisa kita tonton dalam sesi minggu depan.”

Dengan memilih waktu dan cara penyampaian inspirasi yang baik, suami bisa melihat kesungguhan dan ketulusan Anda. Ia juga bisa merasakan penerimaan Anda terhadap dirinya. Ini akan jauh lebih baik daripada mengatakan: 

“Caramu menyampaikan pelajaran sangat kaku. Anak-anak jadi bosan dan mengantuk. Sepertinya kamu harus cari cara baru yang bisa bikin mereka lebih semangat!”

Menjalankan peran istri dengan baik adalah inspirasi yang bisa menjangkau ke hati suami. Hal ini lebih efektif daripada menghakimi atau menuntut suami mengikuti keinginan Anda.

… mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya. – 1 Petrus 3:1b

Istri yang baik tidak akan berpikir, berkata, apalagi melabeli suaminya dengan hal buruk. Sebaliknya, ia akan menyampaikan pengharapannya dengan baik. Ia menolong dan menawarkan bantuan saat dibutuhkan, serta memberi inspirasi tanpa merendahkan pasangannya. Berbahagialah suami yang mendapatkannya.

Related Articles:

Gereja GKDI terdapat di 35 kota di Indonesia. Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), Diskusi Alkitab, membutuhkan bantuan konseling, ingin mengikuti ibadah minggu atau kegiatan gereja lainnya, silahkan mengisi form di bawah ini.

[wpforms id=”11767″]

Jika Anda memiliki pertanyaan atau membutuhkan informasi lainnya, silahkan menghubungi kami melalui WhatsApp 0821 2285 8686 berikut.

Nikmati playlist lagu rohani kami di link berikut: http://bit.ly/gkdi-music

Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:

Website: https://gkdi.org
Facebook: https://www.facebook.com/GKDIOfficial/
Instagram: https://www.instagram.com/gkdiofficial/
Blog: https://gkdi.org/blog/
Youtube: https://bit.ly/yt-gkdi
Whatsapp: https://bit.ly/gkdi-wa

Video Musik:

 

 

(Visited 231 times, 1 visits today)

Last modified: Apr 12

Close