Written by I Choose Us by John Phillip Louis & Karen McDonald Louis 6:18 am Devotionals, Marriage, Relationship • One Comment

Infatuation vs Love Connection

kasmaran-love-connection

“Jatuh cinta” atau dalam istilah lain disebut infatuation (kasmaran) memang biasanya datang secara tiba-tiba. Kita semua suka tentang kisah true love (cinta sejati), tetapi apakah cinta sejati itu datang begitu saja? Jangan samakan kisah cinta yang ada di film-film dengan realita kehidupan sehari-hari, karena jika demikian kemungkinan terbesar yang akan kita temukan adalah kekecewaan. Lalu, bagaimana realita yang biasanya terjadi dalam hubungan pria dan wanita? Tahap hubungan tersebut bisa dibagi menjadi dua, yaitu infatuation dan love connection.

Infatuation (kasmaran) hadir dalam tahap awal sebuah hubungan dan mengambil wujud berupa “cinta yang menggebu”. Saat dua orang mengalami kasmaran, mereka menjadi pusat dunia satu sama lain. Anda membuat berbagai rencana untuknya, dan saat Anda memikirkannya, semua masalah pun seperti hilang. Bagi Anda, dialah orangnya, dan Anda yakin tak ada orang lain lagi yang ditakdirkan untuk Anda. Meskipun terasa indah, riset membuktikan bahwa infatuation hanya berlangsung sementara. Menurut Dr. Elaine Hatfield, profesor psikologi di University of Hawaii dan mantan presiden Lembaga Studi Ilmiah tentang Seks, menulis bahwa fase kasmaran hanya berlangsung beberapa tahun, lalu menurun seiring waktu.

Tetapi, pikirkan ini. Benarkah Anda ingin tetap berada di fase kasmaran selamanya? Suasana hati orang yang kasmaran seringkali tergantung pada bagaimana perasaan kekasihnya terhadap mereka. Satu menit mereka berada di awang-awang, dan menit berikutnya bisa merasa sedih. Orang kasmaran seringkali menjadi posesif, konsentrasi mereka gampang sekali terganggu. Bayangkan bagaimana jadinya prestasi Anda di tempat kerja tahun demi tahun, jika Anda tetap berada di fase ini. Bayangkan juga bagaimana Anda bisa membesarkan anak-anak. Bahkan di dalam alkitab, Musa pun memperhitungkan hal ini:

Apabila baru saja seseorang mengambil isteri, janganlah ia keluar bersama-sama dengan tentara maju berperang atau dibebankan sesuatu pekerjaan; satu tahun lamanya ia harus dibebaskan untuk keperluan rumah tangganya dan menyukakan hati perempuan yang telah diambilnya menjadi isterinya. (Ulangan 24:5)

Meninggalkan fase kasmaran merupakan hal yang normal. Ini harus terjadi. Tuhan yang merancang kita dan Ia tahu apa yang dilakukanNya – Ia mengharapkan kita beralih ke fase selanjutnya, yaitu Love Connection. Infatuation bukanlah tempat rasional untuk didiami, tapi jangan lupakan kenangan-kenangan yang akan banyak tercipta dari fase ini. Kenangan-kenangan inilah yang akan membuat hubungan kita bertahan setelah menghadapi pertengkaran besar, konflik, perbedaan pendapat, dan lainnya.

Love Connection – Dr. Hatfield menyebut fase ini “cinta kebersamaan” dan menggambarkannya sebagai “kasih sayang yang kita rasakan untuk orang yang dengannya kita terjalin erat.” Tuhan sendiri telah menunjukkan caranya di Efesus 5 untuk membuat hubungan antara suami-isteri dapat bertumbuh di fase ini. Bahkan love connection ini merupakan salah satu jalan, dimana arti Kasih yang sangat indah di 1 Korintus 13 dapat direalisasikan, karena bukan saja didasarkan pada nilai si penerima, tetapi juga karakter si pemberi.

Apapun sebutannya, para ahli setuju bahwa inilah bentuk cinta berdasarkan komitmen yang akan berlangsung selamanya. Perbedaan antara fase kasmaran dan love connection terletak di area yang berkaitan dengan usaha. Saat kita sedang berada di fase kasmaran, dopamine dan zat kimia lain akan membuat kita berada dalam keadaan auto-pilot.

Hanya butuh sedikit penyangkalan diri untuk bisa mengubah perilaku serta membuat pasangan kita bahagia. Kita tidak perlu diingatkan untuk merancang kencan spesial dengan kekasih, membawakan barang yang dibutuhkannya, memberikan hadiah istimewa yang kita tahu pasti akan disukainya, dan lain-lain. Segalanya berjalan otomatis dan tindakan-tindakan kebaikan kecil mengalir begitu saja. Jadi, perasaan dan emosilah yang mempengaruhi sehingga mengubah sikap serta perilaku kita.

Sedangkan, pada fase love connection kita tidak lagi berada dalam situasi auto-pilot melainkan “mode manual”. Alur yang berlaku adalah kebalikan dari infatuation. Perasaan baru akan muncul saat perilaku dan tindakan kita tepat. Analogi fase ini seperti api pada tungku perapian, kita harus menambahkan kayu bakar secara konsisten agar api tetap menyala.

Inilah fase yang membutuhkan usaha agar api cinta dapat dipertahankan, kalau tidak maka perlahan akan mati. Kita harus melakukan usaha-usaha yang akan mempengaruhi sikap kita. Saat kita tidak berusaha, sikap kita terhadap pasangan akan menjadi semakin buruk dan akhirnya tidak ada lagi perasaan mencintai. Fase yang seperti ini disebut sebagai mutual affection – komitmen masih ada, tetapi koneksi antara Anda dan pasangan telah hilang. Api cinta Anda tidak lagi kuat dan inilah saatnya Anda mencari bantuan untuk pernikahan Anda.

Jadi, saat ini ada di fase yang manakah hubungan pernikahan Anda?

*Gereja GKDI saat ini terdapat di 35 kota. Kami memiliki kegiatan Pendalaman Alkitab di setiap wilayah, jika Anda membutuhkan informasi ataupun berkeinginan untuk terlibat didalamnya, hubungi kami di contact Gereja GKDI Official:
WhatsApp 0821 2285 8686 atau Facebook / Instagram GKDI Official

(Visited 139 times, 1 visits today)

Last modified: Aug 23

Close