Written by 9:20 am Devotionals, Days of Prayer, Reading Series

Hari ke-7: 31 Hari Dalam Doa

Hari ke-7: 31 Hari Dalam Doa

Ayat:

Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: “Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu, maka aku membentangkan guntingan bulu domba di tempat pengirikan; apabila hanya di atas guntingan bulu itu ada embun, tetapi seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahulah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan.” Dan demikianlah terjadi; sebab keesokan harinya pagi-pagi ia bangun, dipulasnya guntingan bulu itu dan diperasnya air embun dari guntingan bulu itu, secawan penuh air. Lalu berkatalah Gideon kepada Allah: “Janganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap aku, apabila aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.” Dan demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun. (Hak 6:36-40 – TB)

Renungan:

Sebelum kita menyelami cerita apa disini yang tidak berhubungan tentang doa, penting untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dalam kehidupan Gideon saat ini. Pada awal pasal 6, kita menemukan Israel dalam kesulitan yang mengerikan: orang Midian telah menaklukkan orang Israel. Agar tidak ditangkap atau dibunuh, orang Israel bersembunyi dalam gua-gua di padang belantara daripada di rumah mereka. Setiap kali mereka menanam tanaman supaya bisa mendapatkan kebutuhan pangan, orang Midian datang dan menghancurkan semua makanan mereka. Hal ini membuat mereka semakin putus asa. Tuhan memanggil Gideon, saat dia sedang mengirik gandum (pembuatan roti) sambil bersembunyi di tempat pemerasan anggur. Dia melakukan yang terbaik agar tidak terlihat, sehingga dia bisa membuat makanan. Ini adalah masa dengan keadaan yang sulit.
Tuhan mengatakan kepada Gideon, yang bersembunyi di tempat pemerasan anggur, bahwa ia akan menggulingkan orang Midian. Setidaknya Gideon sedikit ketakutan. Dia bukan seorang pejuang, dia bukan seorang prajurit, dia bukan seorang pemimpin. Bahkan menurutnya, dia bukan orang yang paling penting dalam keluarganya. Tetapi Tuhan melihat potensinya. Tuhan melihat apa yang dia lakukan dan menempatkan dia di jalan untuk menemukan tujuan sejatinya.
Ayat di atas terjadi ketika Gideon bersiap untuk menghadapi orang-orang Midian. Dia merasa takut, cemas, tidak pasti, dan membutuhkan Tuhan untuk memberinya kepercayaan diri. Inilah mengapa dia berdoa. Dia tahu apa yang Tuhan minta dia lakukan, dia hanya butuh bantuan di belakangnya. Dia ingin melakukan kehendak Tuhan, dia hanya takut dan perlu dihibur.
Ayat ini sering digunakan untuk mendekati Tuhan seolah Dia adalah cenayang atau peramal nasib. “Jika Anda ingin saya melakukan A, maka biarkan Tigers memenangkan pertandingan sepakbola. Jika Anda ingin saya melakukan B, maka biarkan Eagles memenangkan pertandingan sepak bola. Kemudian saya akan tahu apa kehendak Anda”. Ini adalah eksegesis (interpretasi kritis / kontekstual dari Alkitab) yang buruk  dan menuntun kita ke tempat di mana kita tidak lagi secara proaktif mencari untuk melakukan kehendak Tuhan, tetapi menunggu Tuhan untuk “membuat jelas “apa yang harus kita lakukan.
Jika kita menerapkan doa Gideon ke dalam hidup kita, maka itu harus dimulai dengan kejujurannya. Seberapa banyak yang ingin Anda akui saat Anda takut? Seberapa banyak Anda ingin memberi tahu Tuhan bahwa Anda tidak yakin dapat melakukan sesuatu? Mengakui kelemahan adalah seperti menembakkan peluru ke ego kita, tetapi itulah yang dilakukan Gideon. Dia tidak khawatir tentang bagaimana itu akan membuatnya terlihat. Dia jujur tentang kondisi dia berada dan Tuhan menghormati dia dengan memberinya apa yang dia butuhkan.

Renungan:

Ketika Anda berdoa, jangan memakai rasa percaya diri yang salah. Hanya ketika kita meletakkan semuanya di sana dan memberi tahu Tuhan apa yang sedang terjadi, Dia akan berbicara ke dalam hati kita seperti yang kita butuhkan. Sama seperti pergi ke dokter, dia tidak bisa membuat kita lebih baik sampai kita memberi tahu dia apa yang sebenarnya terjadi. Jangan takut mengakui kelemahan, karena di sanalah Tuhan dapat dihormati dan dimuliakan.

 

 

Diterjemahkan dari artikel “31 Days of Prayer: Day 7” oleh Travis Albritton

(Visited 33 times, 1 visits today)

Last modified: Aug 23

Close