Hari ke-18: 31 Hari Dalam Doa

Hari ke-18: 31 Hari Dalam Doa

 

Ayat:

Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya:
“Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!”
Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.”
Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”
Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6:1-8 – TB)

Renungan:

Sama seperti renungan kita kemarin, hari ini kita berhadapan dengan hati Yesaya yang berserah kepada Tuhan, dan kerendahan hatinya pada kemegahan Yang Maha Kuasa. Seluruh pemandangan ini digambarkan penuh dengan kerendahan hati dan takjub akan Yang Maha Kuasa.
Awal ayat ini mengatakan bahwa ujung jubah Tuhan memenuhi seluruh Bait Suci! Wow. Secara historis, semakin panjang rangkaian jubah anda, semakin penting posisi anda sebagai raja. Ujung jubah Tuhan sangat besar, tidak seperti raja yang pernah berkuasa.
Di atas Tuhan ada malaikat serafim, masing-masing dengan enam sayap, semuanya memuliakan Tuhan dengan volume yang bergetar sehingga tiang pintu dan ujung dari Bait Allah berguncang dan ruangan itu dipenuhi asap!
Tanggapan Yesaya terhadap visi ini adalah satu-satunya tanggapan yang masuk akal untuk melihat pencipta alam semesta di takhtaNya: “Celakalah aku!” Yesaya sangat sadar akan kehadiran Tuhan pada saat ini sehingga dia tidak dapat menemukan sesuatu yang baik dalam dirinya sendiri atau orang di sekitarnya, jika dibandingkan dengan kebesaran Tuhan. Kekudusan sempurna Allah secara dramatis lebih besar dari apa pun yang pernah disaksikan.
Segera setelah kesaksian Yesaya tentang Kesempurnaan, seorang malaikat terbang ke Yesaya dan menebus dosa-dosanya dengan batu bara yang diambil dari mezbah.
Kemudian, suara Tuhan yang luar biasa, mengguncangkan bumi, suara Tuhan yang luar biasa bertanya …. “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Dan Yesaya yang baru dibersihkan, ditebus, rendah hati menjawab dengan tepat:  “Ini aku, utuslah aku!”

Tantangan:

Sudahkah Anda dibersihkan tetapi tidak rendah hati? Apakah Anda ada di hadirat Tuhan tetapi tidak dalam kekaguman? Adalah keyakinan saya bahwa seseorang tidak dapat datang tanpa yang lain. Berdiri di hadapan Tuhan berarti mati sepenuhnya. Kita tidak bisa hidup di hadirat Allah; sebaliknya, Dia bisa hidup melalui kita jika kita mengizinkanNya. Hari ini, ingat kemuliaan, kekudusan, dan kesempurnaan Tuhan. Renungkanlah seberapa tinggi jalanNya, dan betapa gelap dan tidak berdayanya kita tanpa rahmatNya yang sangat berlimpah dan berkuasa dalam hidup kita. Pertimbangkan membaca Ayub 38-41 untuk melihat tanggapan Tuhan terhadap kisah Ayub, dan bagaimana Tuhan dengan percaya diri berbicara tentang diriNya sendiri. Dialah yang layak.

 

 

Diterjemahkan dari artikel “31 Days of Prayer: Day 18” oleh Daniel Berk