Written by 6:47 am Campus, Campus' Good News & Event

Good News Jemaat Yogyakarta – Michael

Michael, mahasiswa teknik sipil salah satu universitas Yogyakarta, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Selisih usia yang besar dengan kedua kakaknya membuat Michael dimanja dalam keluarga. Apa pun yang ia inginkan selalu tersedia tanpa perlu menunggu lama.

Tanpa sadar, kebiasaan ini ia terapkan dalam hubungan pertemanan. Michael hanya mau berteman dengan orang yang dapat memenuhi keinginannya atau dapat memberinya keuntungan. Alhasil, ia hanya punya sedikit teman dan tidak mudah percaya pada orang lain.

Perkenalan Michael dengan jemaat GKDI Yogyakarta bermula dari ajakan hang out oleh teman-teman SMA-nya, yaitu Finsen dan Yoga. Lewat mereka, Michael berkenalan dengan beberapa brothers. Sambutan hangat saat itu membuat ia merasa nyaman dan bersedia hadir di pertemuan berikutnya.

Kali kedua bertemu, Michael mendapatkan kejutan ulang tahun dari para brothers. Momen itu membuatnya sangat terharu karena ia tidak pernah merasakan suasana kekeluargaan dan berbagi perasaan seperti itu.

Pada 23 Februari 2018, Michael mulai mengikuti Bible Study. Perjalanannya tidaklah mulus karena ia memiliki pemahaman sendiri tentang Kekristenan. Ketika apa yang ia ketahui berbeda dari yang disampaikan Alkitab, Michael menganggap pemahamannya lebih benar. Banyak hal ia pertanyakan selama belajar—apa arti gereja, kenapa harus dibaptis, dan mengapa dalam ibadahnya tidak ada bahasa roh, dan lain-lain.

Untuk mendapatkan jawaban, ia spend time dengan sahabatnya, Finsen, serta para brothers lain. Mereka menuturkan kepadanya perjalanan iman mereka, bagaimana mereka mengatasi pergumulan, serta perubahan apa saja yang dialami setelah menjadi murid Yesus. Melihat bagaimana Tuhan mengubah hidup mereka, Michael semakin ingin tahu lebih dalam tentang Yesus.

Memasuki studi tentang dosa, Michael mendapati hidupnya jauh dari kebenaran. Walaupun dilahirkan dalam keluarga Kristen, hidupnya tidak mencerminkan sosok murid Kristus. Pemahamannya tentang saat teduh masih dangkal, dan ia tidak mengerti makna firman Tuhan dalam hidupnya.

Ketika belajar tentang salib, Michael baru menyadari dirinya tidak layak untuk Tuhan. Selama ini ia telah mengabaikan Yesus, yang begitu mengasihinya hingga bersedia menanggung dosa-dosanya di kayu salib. Pengorbanan Yesus membuat Michael memutuskan untuk hidup dalam kebenaran, dan pada 18 September 2018, ia memutuskan untuk dibaptis.

Bagi Michael, hidup sebagai murid Yesus mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik. Kini ia tidak lagi memilih-milih dalam berteman. Semua orang adalah ciptaan Tuhan, yang sepantasnya ia kasihi tanpa memandang siapa mereka.

Selain itu, Michael menjadi lebih sabar, tidak lagi menuntut agar keinginannya langsung dipenuhi. Ia juga lebih rendah hati, bersedia menerima masukan dari siapa saja karena sadar bahwa setiap teguran adalah untuk kebaikannya sendiri.

Michael bersyukur mendapatkan hidup baru dan komunitas di mana ia dapat bertumbuh secara positif. Ia memiliki sahabat-sahabat yang dengan tulus mengasihi dan mendukungnya untuk menjadi sosok yang lebih baik. Terlebih, Michael bersyukur atas semua kebaikan Tuhan. Untuk itu, ia aktif dalam pelayanan Campus Ministry sebagai tim dokumentasi, sit in study, dan anggota usher team saat ibadah.

Pada Januari 2019, Michael lulus dengan predikat cum laude. Baginya, itu adalah pencapaian itu semata-mata berkat pertolongan Tuhan dan dukungan teman-teman ministry. Hidup murid adalah sebuah inspirasi, dan Michael berjanji terus berjuang untuk memberikan inspirasi kepada orang lain demi kemuliaan nama Tuhan. Amin.

(Visited 17 times, 1 visits today)

Last modified: Aug 21

Close