Marta, si sulung dari tujuh bersaudara, adalah pribadi yang mandiri. Selain terbiasa mengerjakan segala sesuatu sendiri, ia juga idealis dan perfeksionis, segan meminta bantuan atau nasihat orang lain.
Pada 2014, Marta merantau ke kota Pematangsiantar untuk kuliah. Ia termasuk mahasiswi berprestasi yang aktif dalam berbagai organisasi, baik di dalam maupun luar kampus. Gadis yang sempat menjabat sebagai ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) ini juga terlibat dalam persekutuan mahasiswa Kristen.
Suatu ketika, Marta berkenalan dengan seorang mahasiswa dan mulai berpacaran. Hubungan mereka sangat erat, terbukti ketika keduanya membuka usaha kuliner bersama. Namun, seiring waktu, Marta mulai merasa tidak nyaman dengan ketidakmurnian dalam hubungannya. Ia sering berdoa agar kelak ada yang membantunya keluar dari zona yang dirasanya mulai kelewat batas.
Doanya terjawab ketika Marta bertemu seorang teman di persekutuan mahasiswa, yaitu Serli, yang waktu itu sedang belajar Alkitab. Setelah berdiskusi dan mendengarkan sharing Serli, Marta penasaran, bahkan antusias ketika diajak pergi ibadah. Bulan Juli 2019, Marta mengikuti Bible Study.
“Awalnya saya belajar Alkitab hanya untuk menambah wawasan,” ungkapnya. “Namun, semakin lama, semakin saya sadar tidak boleh main-main dengan firman Tuhan. Sedikit demi sedikit, firman itu membuka hati saya untuk terus dibimbing dalam hidup benar sesuai perintah Tuhan. Saya rasa ini komunitas yang tepat untuk saya.”
Salah satu pertanyaan yang mengganjal Marta semasa belajar adalah topik baptisan: Mengapa harus dibaptis lagi supaya menjadi Murid Yesus, padahal waktu kecil sudah dibaptis? Namun, dengan bantuan murid-murid lain dan ketekunannya membaca Alkitab setiap hari, Marta belajar tunduk dan taat pada firman Tuhan.
Melihat betapa pentingnya peran komunitas rohani, Marta merenungkan masa lalunya sebelum belajar firman. Hidup sendirian, tanpa ada yang memerhatikan dan tidak mau melibatkan orang lain, membuat ia jatuh dalam ketidakbenaran. Marta melihat pentingnya meminta nasihat dan dukungan saudara-saudari di dalam Tuhan. Dalam hal ini, ia juga belajar menjadi pendengar yang baik.
Pada 10 November 2018, Marta mengambil keputusan menjadi Murid Yesus. Ia bersukacita karena berhasil lepas dari hal-hal yang selama ini mengikatnya. Selain itu, Marta merasa memiliki keluarga rohani yang selalu peduli serta mengasihinya dengan tulus, dan terlebih, memberinya bimbingan yang benar.
Kini Marta giat membagikan keyakinannya dan membantu orang lain lewat studi Alkitab. Semoga Marta terus semangat menjalani kehidupan sebagai murid, serta dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kemuliaan hanya bagi Tuhan!