Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga, hari dimana segenap jemaat GKDI Bandung bisa memiliki waktu bersama mulai dari marrieds, singles, campus, teens, hingga KKK (Kerajaan Kanak-kanak). Ini adalah pertama kalinya saya mengikuti ret-ret jemaat. Saya sangat antusias dan semangat, sampai saya mengajak ibu dan sahabat-sahabat saya untuk ikut.
Ret-ret ini dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 3 September 2017 dengan tema Called to be Free. Dari jauh hari segenap jemaat sudah bersemangat untuk mencari dana agar semua dapat bersama-sama berangkat. Kegiatan saling bahu-membahu, saling membantu dan menolong inilah yang paling saya suka ketika jemaat mengadakan acara. Tidak ada yang duduk diam dan menunggu, semuanya bekerja dengan semangat.
Tepat pukul pada 06.00 bus berangkat menuju tempat ret-ret di pantai Pangandaran. Terdapat 2 bus dan 8 mobil pribadi yang mengangkut seluruh peserta, single ministry berada dalam bus yang sama. Hal ini membuat perjalanan menjadi seru dan hangat.
Baru saja bus meluncur, para brothers langsung memutar musik di speaker bus. Mereka yang duduk di bangku belakang mulai bernyanyi mengikuti lagu. Selain bernyanyi, para peserta menghabiskan waktu dengan spendtime, tidur, dan makan. Kegiatan-kegiatan ini membuat saya merasa senang. Sekitar pukul 14.00 kami tiba di Pangandaran, rasa lelah di perjalan seolah sirna ketika kami disambut deburan ombak Pantai Pangandaran. Suasana hotel yang nyaman dan senyum para panitia yang mempersiapkan kedatangan kami membuat sangat bersemangat.
Puji Tuhan kita masih punya waktu santai sebelum pelajaran pertama di mulai. Setelah registrasi saya mengambil kesempatan untuk mengajak ibu saya dan beberapa sister dari ministry WA (Wanita Allah) untuk menikmati kelapa muda di pinggir pantai.
Pada pukul 15,00 kompetisi membuat vlog dimulai. Kami diminta untuk mengunggah video ini di Instagram kami dengan tag #Calledtobefreegkdibandung. Semua kelompok memberikan kemampuan terbaik mereka untuk kompetisi ini. Setelah kompetisi kami kembali ke kamar masing-masing untuk mempersiapkan diri untuk acara.
Pelajaran pertama yand diberi judul “CALLED TO BE FREE” dibawakan oleh bapak pendeta Charles Setiawan. Ia menjelaskan tentang manusia yang terdiri dari (Tubuh, Jiwa dan Roh) seperti yang dituliskan di 1 Tesalonika 5:23. Dalam pelajaran ini saya sangat terberkati karena saya mulai mengerti ketiga hal ini (Tubuh, Jiwa dan Roh) perlu dijaga. Sebelumnya saya merasa tidak ada ketergantungan satu dengan yang lainnya. Saya harus menjaga 3 hal ini karena tubuh, jiwa, dan roh kita bukan milik kita saja tapi milik Tuhan jadi harus dijaga dan dipelihara dengan seimbang.
Setelah pelajaran selesai kami berkumpul dengan grup PDG kami untuk mendiskusikan apa yang kami pelajari dan membuat daftar keputusan agar dapat membantu satu dengan yang lain. Kita berbicara tentang cara-cara agar dapat saling membantu menjaga 3 hal ini yaitu tubuh, jiwa, dan roh.
Keesokan paginya saya mempunyai waktu spesial untuk berdoa dengan teman sekamar saya. Dari waktu berdoa tersebut saya belajar banyak tentang pergumulan merela dan juga sebaliknya, mereka membantu pergumulan saya dalam doa. Waktu berdoa di pinggir pantai seperti ini adalah kesempatan yang sangat langka untuk kami miliki.
Pada siang hari diadakan pelajaran kedua yang berjudul “CALLED TO BUILD”. Pelajaran ini ditujukan untuk married ministry. Saya bersama para singles dan kampus mengisi waktu bebas yang diberikan untuk pergi ke daerah pantai pasir putih. Melihat keindahan laut dan langit yang biru nan luas bersama keluarga rohani saya membuat saya berpikir tentang betapa baiknya Tuhan yang memberikan kesempatan ini kepada saya. Saya sangat menikmati waktu di pantai ini bersama jemaat.
Tiba waktunya untuk pelajaran ke tiga khusus single dan kampus dengan tema “CALLED TO BE GODLY” yang dibawakan oleh bapak Pendeta Andreas. Pelajaran ini mengajarkan bagaimana orang akan sangat memerhatikan cara kita menjaga kekudusan di tengah dunia yang cemar. Ketika kita membandingkan dunia VS Tuhan, banyak hal yang ditawarkan dunia manusia lebih banyak memilih dunia dibandingkan Tuhan-nya. Dunia menawarkan ketergantungan: obat-obatan, makanan, internet, telepon genggam, belanja dan lain-lain. Hal ini yang membuat kita sulit untuk memiliki pemikiran seperti Kristus.
Pelajaran ini membuat saya berpikir setelah saya menjadi murid, apakah saya masih kesulitan mengejar kekudusan dan memiliki pemikiran seperti Kristus, apakah saya masih memiliki ketergantungan dengan kehidupan dunia. Pelajaran ini membantu saya mengingat dan mengambil pertanyaan dalam diri saya apa karakter yang sudah saya bertumbuh dan apakah saya masih seperti diri saya yang yang dulu yang belum mengenal Kristus.
Setelah pelajaran ini selesai kami memiliki waktu untuk memainkan permainan Amazing Race. Permainan ini mengandalkan kekuatan pikiran, semangat dan kerjasama antar tim. Banyak sekali permainan menarik yang dimainkan. Permainan-permainan ini sangat seru dan mendekatkan kami secara jemaat.
Di akhir sore para jemaat berkumpul untuk satu acara spesial. Ada seorang saudari, Mona, yang memutuskan untuk memberi diri dibaptis. Mona dibaptis di pantai, disaksikan oleh seluruh jemaat, membelakangi matahari terbenam yang indah.
Setelah baptisan tibalah untuk pelajaran keempat yang berjudul “CALLED TO SERVE” oleh Pendeta Johnson dari Surabaya. Dia membuka dengan pernyataan bahwa banyak orang menganggap bahwa pelayanan adalah tanggung jawab seorang pendeta. Saya ingat bahwa dulu saya juga berpikiran seperti itu. Dia menjelaskan bahwa pelayanan adalah tanggung jawab semua jemaat.
Pendeta Johnson membuka dengan 2 Koritus 5:21, ayat ini membuat mata aya berkaca-kaca. Lanjut ke 2 korintus 6:1-2, ayat ini berhasil membuat saya meneteskan air mata karena saya merasa ayat ini relate dengan hidup saya. Ayat ini berkata “Supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima”. Seberapa sering kita menyia-nyiakan kasih Allah dalam hidup kita?
Pelajaran yang cukup berat ini mengingatkan saya untuk memiliki love connection yang berasal dari Tuhan saja. Hal ini kembali dikuatkan ketika kami berkumpul bersama grup PDG untuk membahas apa yang kami sudah pelajari serta apa yang mau kami tumbuhkan.
Selesai kumpul PDG seluruh peserta ret-ret bersiap untuk memulai acara talent show. Dalam acara ini setiap kelompok akan membuat dan menampilkan busana yang sudah dibuat di Bandung. Busana dengan bahan utama kertas koran ini akan dipakai dalam drama yang mereka sudah siapkan. Acara ini berhasil menghasilkan kebahagian, kebersamaan dan yang pastinya gelak tawa.
Keesokan paginya saya bangun dengan perasaan sedikit sedih karena ini adalah hari terakhir ret-ret jemaat. Saya melakukan doa pagi bersama sahabat-sahabat terdekat di pinggir pantai sambil menikmati deburan ombak. Setelah itu kami memiliki waktu untuk saling berbagi kesan dan pesan akan kegiatan ret-ret. Banyak kesan positif yang diceritakan oleh para peserta. Tidak ketinggalan, panitia membagikan hadiah untuk pemenang grup games.
Kami melakukan foto bersama dan kemudian menyempatkan diri bersantai, makan siang, dan akhirnya berkemas untuk pulang kembali ke Bandung. Saya sangat semangat karena bisa mengikuti ret-ret ini dan sata berharap agar juga bisa ikut ret-ret tahun depan. [ETS]
Last modified: Aug 26